Hujan Pemecahan Rekor pada Dua Hari Awal Festival Akuatik Indonesia
Perenang muda terus unjuk gigi pada Festival Akuatik Indonesia. Mereka memecahkan rekor demi rekor, salah satunya catatan waktu yang sudah bertahan sejak 1993.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemecahan rekor waktu, terutama pada kategori kelompok umur, terus terjadi selama dua hari awal Festival Akuatik Indonesia 2022. Hujan pemecahan rekor yang diciptakan para perenang remaja tersebut memberi angin segar terhadap masa depan renang Indonesia.
Lima rekor waktu kembali dipecahkan pada hari kedua, Rabu (27/7/2022), di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta. Semua berasal dari perenang remaja, yaitu KU1 (16-18 tahun), KU2 (14-15 tahun), dan KU3 (12-13 tahun).
Salah satu yang paling mengejutkan adalah rekor yang diciptakan perenang Bali, Ni Kadek Rena Kartika (13), pada nomor 100 meter kupu-kupu KU3. Dia yang finis dengan catatan waktu 1 menit 5,36 detik sukses memecahkan rekor atas nama Olga Hakim (1 menit 5,63 detik) yang diciptakan di Hong Kong pada 1993.
Menariknya, Rena juga nyaris memecahkan rekor pada kualifikasi, Rabu siang. Ketika itu, dia hanya terpaut 0,01 detik dari rekor milik Olga. Rasa penasaran itu dibalas tuntas pada final oleh perenang kelahiran 2009 itu yang berlomba di lintasan empat.
”Aku kira bakal turun waktunya karena saat kualifikasi di bawah waktu terbaik. Ternyata bisa memecahkan rekor. Tidak menyangka juga. Aku hanya tampil semaksimal mungkin saja. Tidak punya target apa-apa. Ini nomor terbaik aku. Semoga bisa lebih baik di nomor lain, 200 meter gaya ganti,” ucap Rena yang berlatih di klub Telaga Biru SC.
Sehari sebelumnya, Rena bersama tiga rekannya dari tim Bali juga berhasil memecahkan rekor nasional di nomor estafet 4x100 meter gaya bebas campuran. Mereka mencatat waktu 3 menit 56,19 detik, memecahkan rekor yang diciptakan tim estafet Indonesia di Los Banos pada 2018 dengan 3 menit 56,32 detik.
Perenang 15 tahun asal DKI Jakarta, Ibrahim F Faqih, juga mempertajam rekornya di nomor 100 kupu-kupu KU2. Dia menciptakan rekor baru dengan catatan waktu 56,69 pada final nomor tersebut. Catatan itu lebih baik 0,38 detik daripada rekor miliknya yang diciptakan pada 2021 di Jakarta.
Ibrahim yang berasal dari klub Millenium Jakarta dididik langsung oleh pelatih tim Indonesia, Albert C Sutanto. ”Ini baru pertama kali bisa mencapai 56 detik. Sebelumnya masih 57 detik. Saya memang datang dengan target tampil sebaik mungkin untuk bisa nanti masuk pelatnas. Sekarang, kan, masih pelatda DKI,” kata perenang jarak pendek spesialis gaya kupu-kupu itu.
Adellia (17), perenang Jabar, juga kembali memecahkan rekor pada hari kedua. Setelah memecahkan rekor 50 meter gaya dada KU1 pada hari pertama, dia menghasilkan waktu terbaik di 100 meter gaya dada KU1 lewat catatan 1 menit 11,75 detik saat final.
Adellia melampaui rekor sebelumnya milik Elysha Chloe Pribadi yang diciptakan di Brisbane pada 2021 dengan catatan 1 menit 12,02 detik. ”Saya masih ada nomor 200 meter dada. Semoga bisa terus membuktikan diri lagi meskipun itu bukan nomor terbaik saya,” ucap perenang yang sempat mengikuti seleksi untuk SEA Games Vietnam 2021 itu.
Total, sejak hari pertama, sudah ada sembilan pemecahan rekor. Delapan di antaranya berasal dari KU. Hanya tim Bali satu-satunya yang bisa memecahkan rekornas lewat Rena dan rekan-rekan di nomor estafet 4x100 meter gaya bebas campuran.
Kejuaraan seperti ini sangat penting untuk diadakan rutin. Kami (tim pelatih) bisa memantau bakat-bakat baru yang akan jadi tulang punggung renang Indonesia pada beberapa tahun lagi.
Pelatih asing tim renang Indonesia, Michael Piper, sangat antusias melihat para perenang muda. Dia selalu mengamati perenang daerah sejak final dimulai pukul 16.00 hingga selesai pukul 20.30. Menurut Piper, dia ingin memantau langsung dan memberikan saran kepada perenang yang tampil cemerlang.
”Kejuaraan seperti ini sangat penting untuk diadakan rutin. Kami (tim pelatih) bisa memantau bakat-bakat baru yang akan jadi tulang punggung renang Indonesia pada beberapa tahun lagi. Saya juga bisa berkomunikasi dengan perenang dan pelatih mereka. Harus melakukan apa untuk konsisten bertumbuh,” tutur Piper yang lebih memilih berada di Arena Akuatik ketimbang mendampingi sebagian tim Indonesia di ASEAN University Games Bangkok 2022.