Bermain malam adalah sebuah keniscayaan di Liga 1 2022-2023. Meski sejumlah klub keberatan dengan jadwal main larut malam, nyatanya performa klub papan atas di musim lalu tetap bagus ketika tampil di bawah sorot lampu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Jelang penyelenggaraan BRI Liga 1 2022-2023 sempat menghadirkan polemik terkait jadwal pertandingan. Sejumlah klub, di antaranya Persib Bandung dan PSM Makassar, sempat mengeluhkan waktu pertandingan malam atau tepatnya di atas pukul 20.00.
Penurunan kesehatan pemain karena terganggunya waktu tidur ketika menjalani pertandingan malam menjadi salah satu dasar keberatan itu. Di sisi lain, kompetisi yang kembali normal dengan kehadiran pendukung juga menjadi latar belakang kedua klub itu tidak ingin terlalu banyak menjalani laga kandang pada waktu malam.
Keselamatan suporter yang akan datang ke pertandingan menjadi kekhawatiran apalagi dua klub itu memiliki basis pendukung di seluruh wilayah Jawa Barat bagi Persib, lalu PSM adalah kebanggaan dan harga diri bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Pelatih Persib Robert Rene Alberts menuturkan, bermain malam di atas pukul 20.00 memberikan dampak buruk bagi pemain. Ia mencontohkan, pada paruh kedua musim lalu dalam sistem gelembung di Bali, pemain Persib baru bisa tidur pada pukul 03.00 atau 04.00 ketika menyelesaikan pertandingan malam.
“Dengan bermain malam, kami harus kembali larut malam ke hotel, kemudian keesokan harinya melakukan perjalanan lagi. Itu akan memengaruhi pemulihan pemain karena harus bermain pada empat atau lima hari berikutnya,” kata Alberts, pekan lalu.
Sementara itu, tim juara bertahan, Bali United, dan Persija Jakarta, tidak memedulikan jadwal bermain malam. Menurut mereka, jadwal itu telah dipertimbangkan baik-baik oleh PT Liga Indonesia Baru selaku operator Liga 1.
“Menurut kami, bermain kapan saja sama saja. Terpenting semua pemain bertekad memberikan yang terbaik dan bekerja keras demi hasil maksimal. Kami berusaha menyesuaikan dan menghormati jadwal yang telah disusun dengan tidak mudah,” ucap Asisten Pelatih Bali, Antonio Claudio.
Pada laga pekan pertama Liga 1 2022-2023 yang dimulai Sabtu (23/7/2022) ini, Bali United akan membuka kompetisi musim ini dengan menghadapi Persija di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Sepak mula dijadwalkan pada pukul 20.00 WIB atau 21.00 WITA.
Kemudian, Persib juga akan memulai Liga 1 musim ini dengan bermain malam ketika bertandang ke markas Bhayangkara FC, Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (24/7). Pertandingan itu akan dimulai pada pukul 20.45 WIB.
Selain dua tim itu, laga Persikabo 1973 melawan Persebaya Surabaya di Stadion Pakansari, Bogor, Jabar akan menutup pekan pertama di malam hari. Laga itu tepatnya akan dimainkan pada Senin (25/7) pukul 20.30 WIB.
Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita menyatakan, pihaknya telah mengakomodir beberapa masukan klub, salah satunya terkait bermain di jadwal pertandingan malam. Ia pun memastikan, PT LIB telah berusaha memenuhi asas keadilan agar tidak ada ketimpangan satu tim bermain malam jauh lebih banyak dibandingkan tim lain.
Dalam menentukan jadwal, kata Lukita, pihaknya tidak hanya berkoordinasi dengan pihak klub, tetapi juga pemilik hak siar yang juga memiliki kebutuhan tertentu.
“Membuat jadwal banyak yang harus kami pertimbangkan agar home dan away merata kepada seluruh tim dan tidak merugikan tim karena ongkos perjalanan yang mahal. Selain itu, untuk jadwal (malam) itu, semua tim memang memiliki daya tarik, tetapi daya tarik komersial tim berbeda, sehingga itu yang menjadi salah satu pertimbangan kami untuk meramu jadwal pertandingan,” ujar Lukita.
Tidak berpengaruh
Pada putaran kedua Liga 1 2021-2022 terdapat empat tim yang mendapat jatah main malam di atas pukul 20.00 lebih dari sepuluh kali. Mereka adalah Bali, Arema FC, Persebaya, dan Persib. Bali, Arema, dan Persebaya menjalani 11 pertandingan di atas pukul 20.00 WIB atau 21.00 WITA. Sementara itu, Persib mengalami 10 laga bermain larut malam.
Dari koleksi poin yang diperoleh keempat tim itu menunjukkan tampil di laga malam tidak memengaruhi performa mereka. Sebab, empat tim itu adalah klub yang meraup poin lebih banyak pada paruh penentu musim lalu.
Bali menjadi tim dengan koleksi poin terbanyak dengan 46 poin, kemudian disusul Persib, Arema, dan Persebaya yang masing-masing mengumpulkan 35 poin, 31 poin, dan 30 poin. Pada klasemen akhir musim 2021-2022, Bali duduk di peringkat pertama. Sedangkan, Persib membayangi di urutan kedua. Adapun duo Jawa Timur, Arema dan Persebaya berada di posisi keempat dan kelima.
Jika melihat jadwal putaran pertama ada enam tim yang mendapat jatah bermain mulai pukul 20.00 WIB minimal sembilan laga atau 53 persen dari total 17 pertandingan di setengah perjalanan kompetisi. Keenam tim itu adalah Persija, Persib, Persebaya, Arema, Bali, dan Persita Tangerang.
“Macan Kemayoran”, julukan Persija, akan tampil pada laga larut malam terbanyak dengan 14 pertandingan, termasuk duel “derbi Indonesia” menghadapi Persib di pekan ke-11.
Kondisi itu disambut baik oleh Pelatih Persija Thomas Doll. Menurut juru taktik asal Jerman itu, bermain di malam hari adalah waktu yang sempurna bagi para pemainnya karena cuaca tidak terlalu panas seperti tampil pada siang atau sore hari.
“Saya pikir semua pemain suka bermain malam di bawah sorot lampu stadion. Selain itu, bagus juga banyak pendukung Persija yang punya waktu untuk menyaksikan kami di depan layar televisi,” kata Doll yang pernah menangani Borussia Dortmund.
Selanjutnya tim yang paling banyak akan bermain larut malam adalah Persib dengan 12 laga, Persebaya 11 laga, Arema mendapat jatah 10 laga, Bali dan Persita akan menjalani sembilan pertandingan. Sementara itu, RANS Nusantara, klub milik pesohor Raffi Ahmad, menjadi tim promosi dengan jatah tampil malam paling banyak dengan enam laga.
Maria Lestari, medical officer Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), menilai, jadwal pertandingan tersebut menciptakan masalah kesehatan pemain, terutama waktu pemulihan pasca pertandingan, menjadi hal yang harus diperhatikan pelatih, dokter tim, dan seluruh staf tim.
Bermain malam, kata Maria, memang memberikan keuntungan bagi pemain karena tidak mengalami dehidrasi lebih banyak dibandingkan tampil di bawah terik matahari. Hanya saja, lanjutnya, pertandingan malam berpotensi besar menganggu jam tidur atlet. Pasalnya, sulit bagi pemain untuk langsung tidur setelah pertandingan malam karena adrenalin yang masih berpacu.
Tenaga kesehatan, dokter tim, dan pelatih harus berputar otak untuk memastikan atlet punya waktu tidur yang cukup delapan hingga sembilan jam.
“Tenaga kesehatan, dokter tim, dan pelatih harus berputar otak untuk memastikan atlet punya waktu tidur yang cukup delapan hingga sembilan jam. Sebab, tidur adalah proses pemulihan yang paling penting dan kebutuhan mendasar atlet. Staf tim juga tidak boleh jemu memberikan edukasi pentingnya disiplin pada waktu tidur kepada pemain,” tutur Maria.
Selain itu, tenaga kesehatan tim perlu mengatur pula konsumsi makanan atau minuman untuk membantu pemain menurunkan tekanan seusai pertandingan. Misalnya, makanan mengandung protein serta minuman, seperti coklat panas dan susu untuk membantu perasaan relaks.