Jepang terancam kehilangan Yuta Watanabe di laga perempat final. Namun, berkaca dari laga melawan Filipina, mereka akan baik-baik saja.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Jepang tidak gentar menghadapi juara bertahan Australia di perempat final meskipun terancam tampil tanpa forward andalan, Yuta Watanabe. Skuad berjuluk ”Akatsuki Five” itu terbukti baik-baik saja ketika Watanabe cedera engkel di pertengahan laga lawan Filipina. Seluruh pemain berjuang menutupi kehilangan sang bintang.
Jepang akan menantang Australia di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (21/7/2022) pukul 17.30. Menatap laga krusial itu, Watanabe diragukan tampil. Pebasket NBA itu menderita cedera engkel ketika Jepang menang atas Filipina, 102-81, di kualifikasi perempat final, Selasa malam.
Watanabe salah bertumpu setelah duel fisik di area dalam Filipina saat kuarter ketiga baru berlangsung 3 menit. Dia yang tergeletak di lapangan meringis kesakitan sambil memegang kaki kanannya. Pebasket 27 tahun itu pun tidak bisa melanjutkan laga.
Watanabe berjalan terpincang-pincang ke ruang ganti seusai laga. Dengan kondisi itu, dia masih sempat menghabiskan beberapa menit untuk memberikan tanda tangan kepada para penggemar. Ketika ditanya apakah akan bisa bermain di perempat final, dia hanya berkata, ”Kita lihat nanti.”
Jepang sedang unggul 58-42 saat Watanabe diganti. Sang pemain merupakan sosok paling berpengaruh dalam keunggulan itu, lewat sumbangan 15 poin dan 9 rebound. Di tengah keraguan tanpa sang bintang, para pemain lain justru terpacu bermain agresif.
Point guard Yuki Togashi salah satunya. Dia mencetak 18 poin dan 6 asis untuk mengantar Jepang menang pertama kali atas Filipina setelah terakhir pada 2011. Togashi yang hanya setinggi 1,67 meter itu merepotkan tim lawan dengan lemparan tiga angka dan kecepatan dribelnya.
Saya merasa harus mengambil peran itu karena Yuta tidak ada di lapangan. Kemenangan ini adalah tentang kerja sama tim. Kami mempercayai satu sama lain dan kepada pelatih (Tom Hovasse).
”Saya merasa harus mengambil peran itu karena Yuta tidak ada di lapangan. Kemenangan ini adalah tentang kerja sama tim. Kami mempercayai satu sama lain dan kepada pelatih (Tom Hovasse),” ucap Togashi.
Setelah insiden cederanya Watanabe, para pemain Jepang meningkatkan intensitas dalam adu fisik. Atmosfer pertandingan menjadi panas karena mereka tampak ingin membalas perlakuan lawan terhadap Watanabe. Adapun Filipina yang melakukan total 21 pelanggaran bermain sangat keras dan cenderung kasar sejak menit awal.
Cedera Watanabe pun tidak terlepas dari permainan keras itu. Sang pemain cedera akibat mendapat sedikit dorongan dari forward Filipina, Karl Kevin Quiambao. Tidak pelak, Quiambao menjadi incaran pemain Jepang pada dua kuarter terakhir.
Salah satu pemain Jepang, Tenketsu Harimoto, sampai harus dicadangkan sementara oleh Hovasse. Dia terlihat emosi saat berduel dengan Quiambao, sampai melanggar lawan dua kali dalam waktu berdekatan. ”Saya menariknya agar bisa berpikir lebih jernih karena laga ini sangat intens dan panas. Saya saja sampai sempat ikut emosi,” kata Hovasse.
Kehilangan Watanabe akan sangat merugikan untuk Jepang. Lawan mereka selanjutnya adalah Australia, tim yang dianugerahi pemain bertubuh tinggi dan kekar. Watanabe adalah pemain paling tinggi dan pengalaman dalam tim yang mungkin bisa mengimbangi pertarungan dengan sang juara bertahan.
Kata Hovasse, cedera engkel itu adalah yang kedua kali untuk Watanabe dalam sebulan terakhir. Karena itu, dia tidak mau terburu-buru mengambil keputusan. Sang pelatih ingin melihat perkembangan engkel Watanabe terlebih dulu, sampai hari H.
Namun, Hovasse percaya soliditas tim muda yang dibawanya akan berbicara banyak dalam laga nanti. ”Saya akan menyesuaikan andai dia tidak bisa bermain,” ujar pelatih yang mengantar tim putri Jepang meraih medali perak di Olimpiade Tokyo 2020 tersebut.
Jepang yang menyadari kalah ukuran dibandingkan dengan tim lain tidak pernah takut kalah tinggi. Mereka punya sistem untuk memanfaatkan kecepatan bermain dan lemparan akurat. Terbukti, Akatsuki Five merupakan salah satu yang terbaik dari garis tiga angka. Mereka sempat memecahkan rekor tiga angka, 27 kali, ketika bertemu Suriah di babak grup.
Lawan Filipina, Jepang juga menghasilkan 13 kali tiga angka dengan akurasi mencapai 37,1 persen. Adapun akurasi mereka nyaris sempurna dalam lemparan bebas di laga kemarin, 92 persen (23 dari 25).