"Hallyu", Gelombang Korea Terhanyut hingga ke Istora
Gelombang budaya Korea atau yang sering disebut Hallyu terbawa hingga pertandingan bola basket Piala Asia FIBA 2022. Istora Senayan menjadi saksi fanatisme itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Ratusan orang tampak antusias mengantre masuk di depan pintu tribune Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (16/7/2022) siang. Salah satunya Sufitri (26). Dia memegang poster berisi wajah pebasket Korea Selatan, Heo Ung, di tangan kanannya. Tangan satunya menggenggam kipas berwajah pemain serupa.
“Aku datang ke sini mau dukung tim Korea. Sudah seminggu ini di Jakarta. Dari Riau jauh-jauh memang hanya buat menonton ini (Piala Asia). Aku mengikuti bola basket mereka, terutama Heo Ung. Itu pemain favorit aku,” ucap Sufitri yang akan menonton laga Korsel versus Bahrain itu.
Setelah pintu dibuka, para penonton yang mayoritas wanita itu langsung menyerbu masuk. Mereka berteriak histeris sepanjang permainan ketika pemain Korsel memegang bola, “Oppa… Oppa…” Mereka tak lupa mengangkat poster yang sudah dibawa dari rumah.
Tim Korsel serasa tuan rumah kedua di Piala Asia FIBA 2022, setelah Indonesia. Dukungan terhadap tim “Negeri Ginseng” bahkan sama banyaknya ketika hari biasa, di jam kerja. Berbanding terbalik dengan tim negara lain yang lebih sering berlaga dengan suasana hening di Istora.
Pemandangan para penonton tim Korsel sangat unik. Mereka datang seperti ingin menonton konser musik K-Pop, dengan berbagai atribut yang khas seperti poster dan kipas. Atribut itu bahkan tidak terlihat ketika tim Indonesia bermain.
Wajar saja, menurut Sufitri, mereka yang berada dalam komunitas mengikuti industri hiburan Korea dulu, sebelum mulai mengikuti Liga Bola Basket Korea atau K-League. Dia saja mengetahui Heo Ung karena berawal dari ayah sang pemain, Hur Jae.
“Ayahnya dulu, kan, mantan pemain basket juga. Lalu, dia setelah pensiun masuk ke industri hiburan. Dari situ, baru mulai kenal dia punya dua anak yang pemain timnas (Heo Ung dan Heo Hoon). Akhirnya suka dan mulai ngikutin K-League,” kata Sufitri.
Sufitri datang menonton bersama rekan komunitas K-League, Kblfans.id yang berbasis di Instagram. Ada Irvi (22) dari Surabaya dan Feny (25) dari Jakarta. “Kami tidak saling kenal sebelumnya. Mulai kenal itu karena ada di komunitas. Jadi janjian ketemu di sini,” ujar Irvi.
Setelah selesai pertandingan, para penonton biasanya langsung beralih keluar Istora. Mereka memberikan sambutan kepada skuad Korsel yang beranjak pergi dengan bus. Lambaian para pemain membuat mereka "meleleh" seketika.
Penonton asal Bandung, Sofia (22), punya cerita berbeda. Dia mengikuti bola voli di Korea dulu, baru kemudian bola basket. Wanita yang baru lulus kuliah ini memang menyukai olahraga. Namun, tidak bisa dipungkiri, wajah tampan dan mulus dari pemain Korea memang jadi pemikat lebih.
“Kami bukan hanya suka karena wajahnya saja. Banyak dari kami benar-benar mengikuti permainan dan liga mereka. Kami rutin menonton liga mereka dari live streaming. Sampai tahu juga bagaimana peraturan dan kelebihan masing-masing pemain,” tutur Sofia.
Bagi para pemain Korsel, mereka merasa sangat beruntung karena dukungan yang tidak terduga itu. Mereka berhasil memanfaatkan dukungan itu dengan lolos ke 8 besar sebagai juara Grup B yang dihuni tim raksasa Asia, China. Adapun China merupakan unggulan utama dalam grup itu.
Saya mewakili rekan-rekan untuk mengucapkan terima kasih kepada para pendukung. Banyak sekali energi yang kami dapatkan dari dukungan itu.
“Saya mewakili rekan-rekan untuk mengucapkan terima kasih kepada para pendukung. Saya tidak mengira mereka akan datang untuk kami. Banyak sekali energi yang kami dapatkan dari dukungan itu. Saya senang sekali,” ucap kapten tim Korsel Lee Dae-sung.
Heo, pemain paling diidolakan dari tim Korsel, meyakini kedatangan pendukung itu tidak lepas dari hallyu atau gelombang Korea yang datang dari dunia K-Pop. Hallyu telah menjadi demam di se-antero dunia. “Saya yakin itu yang membuat mereka mendukung kami. Saya berharap mereka akan terus datang di laga selanjutnya,” kata pebasket yang juga berprofesi sebagai model itu.
Dari fanatisme di Istora itu, ada satu hal yang terpancar. Dunia hiburan dan olahraga ternyata sangat dekat, dan bisa saling silang. Memanfaatkan dunia hiburan itu mungkin bisa jadi cara juga menarik antusiasme industri bola basket Tanah Air yang sedang berkembang.