Tim Indonesia sadar seberapa besar kekuatan Australia. Namun, mereka punya tekad kuat, juga rencana, untuk memberi perlawanan dan mencuri ilmu dari sang juara bertahan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Bagi tim nasional bola basket Indonesia, mengalahkan juara bertahan Australia adalah sesuatu yang lebih dekat dengan kemustahilan. Fakta itu harus dihadapi Indonesia pada laga terakhir babak Grup A Piala Asia FIBA 2022. Untungnya, timnas tidak perlu menang untuk lolos.
Indonesia akan bertemu unggulan pertama Australia di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu (16/7/2022). Indonesia yang menempati di peringkat ke-95 dunia FIBA, terpaut jauh di bawah Australia yang berada di peringkat ketiga.
"Tidak perlu kepintaran untuk bisa membandingkan kekuatan Australia dan Indonesia. Kami tidak ingin berbicara tentang (kualitas) skuad karena itu tidak realistis. Namun, kami punya rencana dan akan tetap memberikan 100 persen,” kata pelatih timnas Milos Pejic.
Australia datang dengan skuad lapis kesekian. Tidak ada pemain berpengalaman dari NBA seperti Joe Ingles dan Patty Mills. Namun, tim berjuluk "Boomers" yang dipimpin mantan center NBA Thon Maker itu tetap menyeramkan. Mereka sudah menang telak dua kali atas Jordania 78-60 dan Arab Saudi 76-52.
Di atas kertas, timnas kalah dalam segala aspek. Hanya center naturalisasi Marques Bolden yang mungkin bisa mengimbangi level para pemain dari tim peraih perunggu Olimpiade Tokyo itu. Oleh karena itu, penting untuk menjaga ekspektasi.
Beruntung, Indonesia tidak perlu menang untuk lolos menuju kualifikasi ke perempat final. Timnas bisa finis sebagai peringkat ketiga Grup A, meskipun kalah pada laga nanti. Peringkat kedua dan ketiga setiap grup akan bertanding sekali lagi dengan grup sebelah untuk berebut tiket 8 besar.
Hal itu tidak berarti Bolden dan rekan-rekan bisa bersantai. Mereka harus menjadikan laga ini untuk membangun momentum jelang laga kualifikasi nanti. Artinya, timnas perlu belajar sekaligus memberikan perlawanan kepada Australia.
Timnas tidak boleh kalah terlalu jauh karena ada ancaman gagal lolos dari babak grup. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan koleksi satu kemenangan. Jordania dengan satu kemenangan berada di posisi kedua karena unggul head to head atas Indonesia.
Ancaman bisa datang dari Arab Saudi yang berada di posisi buncit. Jika Arab Saudi melibas Jordania dan Indonesia kalah, ketiga tim selain Australia akan sama-sama mengantongi satu kemenangan.
Skenario itu pun membuat tim peringkat kedua dan ketiga harus ditentukan lewat selisih skor. Saat ini, Indonesia paling baik dalam selisih memasukan dan kemasukan, yaitu +17, dibandingkan Jordania (-9) dan Arab Saudi (-50).
Oleh karena itu, jika tidak bisa menang, Indonesia tidak boleh kalah telak dari Australia. Arab Saudi masih bisa lolos jika menang 30 angka atas Jordania dan Indonesia kalah lebih dari 39 angka dari Australia.
Derrick Michael Xzavierro, forward andalan timnas, percaya bisa melewati misi nyaris mustahil itu dengan menang atas Australia. Pemain yang mencetak 19 poin di laga lawan Jordania itu, tidak ingin bergantung nasib dari laga lain.
"Kami butuh dua kali kemenangan lagi untuk bisa lolos delapan besar, agar masuk langsung ke Piala Dunia (2023). Jadi kami akan memberikan 100 persen. Bertarung sampai akhir. Saya tidak terlalu peduli siapa lawannya selama ini masih permainan basket. Bola itu bundar," ucap Derrick yang sedang meniti jalan untuk bermain di NBA tersebut.
Salah satu kelebihan Australia adalah mampu memainkan bola basket level tertinggi dengan seluruh pemain, baik inti dan cadangan. Tidak ada satu pun pemain yang bermain di atas 27 menit dalam satu laga. Mereka bermain kolektif dan sederhana di dua sisi lapangan.
Tim asuhan pelatih Michael Clancy Kelly ini hanya membuat turnovers rata-rata 7 kali setiap laga. Catatan rendah dalam kehilangan posisi akibat kesalahan sendiri itu memperlihatkan betapa rapinya permainan tim “Negeri Kanguru”.
Indonesia tidak punya keistimewaan dalam hal rotasi. Pejic bahkan harus menurunkan Bolden selama 40 menit, tanpa istirahat, dalam laga lawan Jordania. Belum ada pemain dari cadangan yang dinilai bisa mengisi peran Bolden.
Kami akan memberikan 100 persen. Bertarung sampai akhir.
Dari segala prediksi di atas kertas, keajaiban mungkin saja terjadi. Tim raksasa China saja hampir dikalahkan oleh tim peringkat ke-106 dunia, Bahrain, pada Kamis malam. China harus menang susah payah 80-79 setelah masih tertinggal hingga enam detik terakhir laga.
Lawan selanjutnya
Setelah laga Indonesia, laga terakhir Grup B antara China melawan Taiwan akan berlangsung. Kedua tim yang sama-sama mengoleksi satu kemenangan ini akan memperebutkan peringkat kedua klasemen. Mereka adalah calon kuat lawan Indonesia di kualifikasi perempat final.
China dengan mantan pemain NBA, Wang Zhe Lin dan Zhou Qi, memang lebih diunggulkan. Namun, keduanya belum dipastikan bisa bermain bersama. Dalam laga terakhir lawan Bahrain, Zhou yang mengenakan jaket hanya duduk di bangku cadangan hingga akhir laga. Mereka berdua sama-sama tidak bermain di laga pertama lawan Korea Selatan.
Taiwan pun berpotensi mengejutkan sang raksasa. "China adalah tim yang sangat kuat dalam hal fisik. Pemain mereka lebih besar. Namun, kami juga punya beberapa pemain yang bermain di liga mereka, terbiasa dengan duel fisik itu. Saya berharap pengalaman para pemain itu bisa membantu kami nanti," kata pelatih Taiwan Charles Henry Parker.