Tim nasional bola basket Indonesia bisa mengimbangi permainan Jordania, tetapi harus kalah pada akhir laga. Kekalahan ini terasa sangat mahal untuk timnas.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kekalahan tim Indonesia dari Jordania di Istora Senayan, Jakara, pada Kamis (14/7/2022), menyisakan pelajaran berharga. Di level Asia, mereka tidak bisa kehilangan momentum saat laga berlangsung ketat. Indonesia kalah karena inkonsisten pada awal kuarter ketiga.
Tim tuan rumah menyerah dari Jordania 65-74 dalam laga yang berlangsung saling susul pada paruh pertama. Hasil ini cukup menyakitkan karena Indonesia begitu dekat dengan kemenangan. Di depan gemuruh dukungan publik sendiri, timnas tampil sangat agresif dan mampu merepotkan lawan.
Center naturalisasi Marques Bolden mampu mencetak 16 poin dan 13 rebound, meskipun dijaga ketat pemain lawan. Forward Derrick Michael Xzavierro tampil impresif lewat 19 poin yang mayoritas dicetak pada paruh pertama. Namun, Jordania bisa lebih unggul karena empat pemainnya mampu mencetak dua digit angka, salah satunya Dar Tucker (22 poin).
“Ini adalah cara bermain yang kami inginkan. Kami tampil dengan struktur bagus. Anak-anak bisa bersaing dengan tim lawan yang punya fisik bagus. Hanya saja kami mengalami krisis di kuarter ketiga. Jujur, saya berharap skor itu berbalik untuk jadi kemenangan kami,” kata pelatih kepala Indonesia Milos Pejic.
Timnas hanya tertingal satu poin saat kuarter ketiga dimulai. Namun, Derrick Michael Xzavierro dan rekan-rekan mendadak tertinggal dua digit 38-48 akibat terkejut perubahan strategi pertahanan lawan. Laju poin itu memaksa Pejic untuk mengambil timeout.
Jordania tampil lebih agresif, memburu pengatur serangan Indonesia yang diperankan guard Andakara Prastawa. Timnas gagal mengeksekusi beberapa skema serangan beruntun, sementara tim tamu bisa mencetak poin mudah dengan serangan cepat.
Sulit mengejar ketinggalan dua digit melawan tim berpengalaman seperti Jordania. Mereka diperkuat dua pemain veteran di ajang ini, Zaid Abbas (38) dan Ahmad Al-Dwairi (29). Terbukti, Indonesia sempat menipiskan jarak jadi hanya tiga poin pada kuarter terakhir, tetapi selalu bisa dijauhkan lagi.
Kapten Indonesia Arki Dikania Wisnu menilai, timnas kalah karena kehilangan ritme. “Kami memulai dengan buruk pada kuarter ketiga, sementara mereka bisa mendapatkan rime sejak awal. Sayang sekali harus kalah dalam laga ketat ini,” katanya.
Ini adalah cara bermain yang kami inginkan. Kami tampil dengan struktur bagus. Anak-anak bisa bersaing dengan tim lawan yang punya fisik bagus.
Selain itu, faktor kekalahan timnas juga karena penampilan kurang efektif dari Andakara Prastawa dan Brandon Jawato. Mereka berdua hanya menyumbang total 2 poin. Prastawa hanya memasukkan satu lemparan dari 10 percobaan, sementara Jawato gagal semua dari 5 percobaan.
Indonesia pun sulit mencari kombinasi serangan. Skor dari Prastawa dan Jawato sangat dibutuhkan. Mengingat, Bolden yang dalam laga sebelumnya mencetak 32 poin, tidak bisa mendominasi seperti lawan Arab Saudi. Setiap pergerakannya sudah diantisipasi lawan. Jordania datang dengan misi “mematikan” Bolden.
Apalagi, Derrick juga mendapat perlakuan khusus dari pertahanan Jordania setelah mencetak empat kali lemparan tiga angka pada paruh pertama. Praktis, alternatif serangan pada paruh kedua hanya Abraham Damar Grahita yang menyumbang total 11 poin.
Pelatih Jordania Wesam Al-Sous berkata, Indonesia dalam laga tadi bukanlah seperti tim yang mereka kalahkan dua kali di kualifikasi Piala Dunia, 94-64 dan 77-52. “Mereka bermain sangat baik. Tetapi pada akhirnya kami berhasil menang karena pertahanan yang solid. Itu yang membuat perbedaan,” ujarnya.
Sementara itu, agresivitas Jordania di area dalam juga berbuah manis. Mereka berhasil mencatatkan 17 offensive rebound. Tucker dan rekan-rekan pun bisa mendapat kesempatan kedua untuk mencetak angka. Akurasi lemparan mereka yang rendah, 38,4 persen, tidak terlalu berdampak berkat hal itu.
Lewat hasil ini, Indonesia sementara menduduki peringkat ketiga Grup A. Timnas sama-sama mengantongi satu kemenangan dengan Jordania, tetapi kalah head to head. Juara bertahan Australia memuncaki klasemen setelah kemenangan atas Arab Saudi, 76-52. Mereka sudah mengoleksi dua kemenangan.
Meskipun menunjukkan perkembangan positif dalam performa, kekalahan ini harus dibayar mahal oleh timnas. Indonesia yang akan bertemu Australia di laga terakhir babak grup, kemungkinan akan lolos sebagai peringkat ketiga Grup A.
Artinya, Indonesia akan lolos untuk kualifikasi perempat final. Adapun peringkat ketiga Grup A akan berhadapan dengan peringkat kedua Grup B. Timnas pun berpotensi menghadapi lawan yang lebih sulit di grup sebelah.
Di Grup B, China berhasil memenangi laga dramatis atas Bahrain 80-79. Peraih emas Asian Games 2018 itu bisa finis sebagai peringkat kedua grup jika menang dalam laga penentu lawan Taiwan. Indonesia pun berpotensi besar bertemu raksasa Asia itu.
Salah satu hal positif dalam laga tadi adalah dukungan penonton Istora. Setelah kalah, ribuan penonton tetap memberikan tepukan tangan kepada para pemain. Mereka masih percaya, timnas bisa mewujudkan target masuk ke 8 besar agar bisa lolos langsung ke Piala Dunia 2023.