Malaysia meraih tonggak kejayaan kedua di Piala AFF U-19 usai menundukkan tim kejutan Laos di final. Indonesia kembali menjadi tempat yang bertuah bagi pasukan “Harimau Malaya”
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS – Tim nasional sepak bola Malaysia U-19 merengkuh gelar juara Piala AFF setelah menundukkan tim kejutan Laos 2-0 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/7/2022) malam. Gelar juara ini melengkapi konsistensi “Harimau Malaya” yang selalu mampu menembus final dalam empat edisi Piala AFF terakhir.
Malaysia bersaing di Piala AFF dengan status tim unggulan. Mereka merawat konsistensi dengan rutin menembus partai final Piala AFF sejak 2017. Dari empat kali mencicipi partai puncak, skuad “Harimau Malaya” keluar sebagai juara pada edisi 2018 di Indonesia. Kala itu, Malaysia menumbangkan Myanmar dengan skor 4-3.
Kali ini, Indonesia kembali menjadi tempat yang bertuah bagi Malaysia. Tim besutan pelatih Hassan Sazali Waras itu mampu mengulangi prestasi yang diraih pada 2018 sekaligus menyegel gelar kedua di Piala AFF.
“Harimau Malaya” sejatinya mengawali Piala AFF dengan performa yang naik turun. Mereka harus bersusah payah memenangkan laga menghadapi tim-tim yang bukan unggulan. Malaysia bahkan sempat dikalahkan Laos yang tidak diunggulkan dengan skor 0-1 pada laga terakhir Grup B.
Saat itu, Malaysia gagal menembus rapatnya barisan belakang Laos yang menerapkan skema pertahanan berlapis. Segala upaya serangan yang dilancarkan para pemain Malaysia kandas. Para pemain Laos sangat disiplin dan tanpa kompromi menjaga area pertahanan mereka.
Kali ini, Hassan menemukan cara lain untuk membongkar lini pertahanan Laos. Ia memanfaatkan lebar lapangan dengan mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Laos yang kerap ditinggal pemain sayapnya.
Upaya itu berjalan efektif. Para pemain Malaysia beberapa kali mampu merangsek masuk ke jantung pertahanan Laos. Akan tetapi, penyelesaian akhir yang buruk membuat peluang emas yang tercipta terbuang sia-sia.
Kondisi lapangan yang agak tergenang air membuat pemain kedua tim memilih melepaskan umpan-umpan panjang ke pemain depan. Strategi ini kurang efektif karena aliran bola mudah dipatahkan para pemain belakang.Meski begitu, Malaysia mampu unggul lebih dulu pada menit ke-13 melalui gol Muhammad Faiz Runnizar yang mengoptimalkan umpan tendangan bebas.
Kreativitas dan intensitas serangan Laos menurun di babak kedua. Tim besutan Hans Michael Weiss tersebut kehabisan akal untuk membongkar pertahanan Malaysia. Skema serangan balik yang dilancarkan kerap kandas karena para pemain Laos terlambat bertransisi dari bertahan ke menyerang. Malaysia kemudian mampu menambah keunggulan melalui gol Muhammad Aliff Izwan Yuslan di menit ke-76.
Adapun kekalahan dari Malaysia mengubur impian besar Laos untuk meraih gelar juara pertama dalam sejarah sepak bola negeri tersebut. Berbanding terbalik dengan Malaysia, Laos yang tidak diunggulkan sejak awal justru tampil meyakinkan dengan menjadi tim yang tidak terkalahkan hingga semifinal.
Mereka menyapu bersih semua laga di fase grup. Di semifinal, Laos di luar dugaan menyingkirkan juara Piala AFF lima kali, Thailand, dengan skor meyakinkan 2-0. Kendati mampu membawa asa kebangkitan sepak bola Laos, Weiss mengatakan masih banyak kelemahan dari Laos yang perlu dibenahi.
Fasilitas latihan dan aspek manajerial timnas yang masih rendah menjadi dua hal yang disoroti Weiss. “Secara fasilitas kami juga masih kalah. Kami harus meningkatkan hal itu kalau ingin terus berkembang,” ujar Weiss.
Secara fasilitas kami juga masih kalah. Kami harus meningkatkan hal itu kalau ingin terus berkembang.
Posisi ketiga
Pada pertandingan lainnya, Vietnam merebut peringkat ketiga usai menaklukkan Thailand lewat drama adu penalti. Kedua tim bermain imbang 1-1 hingga waktu normal berakhir. Thailand unggul lebih dulu melalui gol Sittha Boonlha di menit ke-43. Vietnam kemudian membalas di babak kedua melalui sepakan keras Nguyen Quoc Viet di menit ke-54.
Pertandingan tidak dilanjutkan ke perpanjangan waktu, melainkan langsung ke babak adu penalti. Pada momen ini, kelima algojo Vietnam sukses menunaikan tugasnya. Adapun dari kubu Thailand, Chanapach Buaphan menjadi satu-satunya penendang yang gagal. Dengan begitu, Vietnam memenangkan adu penalti dengan skor 5-3.
“Ini pertandingan yang sulit. Kami sebenarnya ingin bertanding untuk perebutan juara pertama. Meski begitu, saya sangat senang tim kami bisa merebut peringkat ketiga,” ujar penjaga gawang Vietnam Cao Van Binh.