Rybakina Lahir di Rusia, tetapi Juara untuk Kazakhstan
Elena Rybakina menambah juara baru tunggal putri Wimbledon yang selalu terjadi sejak 2017. Dia juara untuk Kazakhstan meskipun terlahir di Rusia yang petenisnya menerima larangan tampil di Wimbledon 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
LONDON, SABTU — Ketika tunggal putra hanya memiliki empat juara Wimbledon sejak 2003, tunggal putri memiliki 11 juara pada periode yang sama, termasuk lima juara berbeda pada lima edisi terakhir. Elena Rybakina bergabung bersama para juara baru tersebut.
Gelar itu didapat setelah mengalahkan Ons Jabeur dalam final sesama finalis baru Grand Slam. Di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Sabtu (9/7/2022), Rybakina menang, 3-6, 6-2, 6-2. Kemenangan yang menjadi catatan baru dalam karier petenis berusia 23 tahun ini disaksikan oleh para legeda tenis, di antaranya Billie Jean King, Margaret Court, dan Martina Navratilova, di Royal Box.
Rybakina menjadi juara Wimbledon 2022 setelah juara tunggal putri terus berganti sejak 2017. Para juara sejak saat itu adalah Garbine Muguruza, Angelique Kerber (2018), Simona Halep (2019), dan Ashleigh Barty (2021). Adapun Wimbledon 2020 tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19.
Sementara pada tunggal putra, hanya ada ”Big Four” yang bisa membawa trofi juara Wimbledon sejak 2003. Mereka ialah Roger Federer, Rafael Nadal, Andy Murray, dan Novak Djokovic. Djokovic bahkan berpeluang menambah enam gelar, termasuk dalam tiga edisi terakhir, dari lapangan rumput All England Club. Dalam final, Minggu (10/7/2022), petenis peringkat ketiga dunia itu akan berhadapan dengan finalis baru Grand Slam, Nick Kyrgios.
Tak hanya juara Wimbledon, Rybakina juga menambah daftar tunggal putri yang pertama kali menjuarai Grand Slam. Dalam 22 Grand Slam terakhir sejak 2017, terdapat 12 juara baru di tunggal putri, termasuk Rybakina.
Tidak ada ekspresi berlebihan dari Rybakina setelah mendapat poin terakhir ketika bola pengembalian servis Jabeur keluar lapangan. Sebelum mendapat lambang gelar juara tunggal putri berupa piringan Venus Rosewater dari Kate Middleton (patron of the All England Lawn Tennis and Croquet Club), Rybakina merayakannya selaiknya kemenangan pada babak lain.
Momen itu terjadi pada waktu yang tepat karena Kazakhstan mencari petenis dan saya memang membutuhkan bantuan. Jadi, itu adalah kombinasi yang baik. Mereka pun percaya kepada saya. (Elena Rybakina)
Petenis yang pemalu itu hanya tersenyum, bersalaman dengan lawan, wasit, lalu melambaikan tangan kepada penonton. Di sisi lain, Jabeur duduk sambil terus menundukkan kepala, menyesali penampilannya. ”Saya sangat gugup sebelum dan selama pertandingan. Terima kasih untuk semua yang mendukung saya selama dua pekan ini,” ungkap Rybakina.
Gelar tersebut tak akan didapat seandainya dia tak bermain atas nama Kazakhstan sejak 2018. Dia lahir di Moskwa, Rusia, tetapi bermain untuk Kazakhstan dalam empat tahun terakhir.
Larangan tampil
Tahun ini, panitia penyelenggara Wimbledon melarang petenis Rusia dan Belarus tampil di All England Club terkait serangan Rusia, yang dibantu Belarus, ke Ukraina. Pemerintah Inggris tak ingin ada petenis Rusia atau Belarus yang menerima trofi juara Wimbledon.
Status sebagai petenis Kazakhstan bermula ketika Rybakina berada di persimpangan jalan untuk memilih bersaing di arena profesional atau melanjutkan studi sambil bermain tenis di level universitas. Pada WTA Insider, dua tahun lalu, Rybakina bercerita bahwa ayahnya menginginkan dia kuliah.
”Ayah khawatir ketidakpastian karier saya di arena profesional. Dia tak ingin saya hanya berada di rumah tanpa pendidikan. Dia juga khawatir jika pada suatu saat anaknya mengalami cedera,” katanya.
Namun, tekad besarnya untuk menjadi petenis membuat Rybakina menolak 15 tawaran dari universitas di Amerika Serikat. Dalam situasi itu, Federasi Tenis Kazakhstan mengambil peran. Mereka menawarkan fasilitas latihan level elite, termasuk gaji seperti yang pernah diterima petenis Rusia lain yang berlabuh di Kazakhstan, yaitu Alexander Bublik, Yulia Putintseva, dan Yaroslava Shvedova.
”Momen itu terjadi pada waktu yang tepat karena Kazakhstan mencari petenis dan saya memang membutuhkan bantuan. Jadi, itu adalah kombinasi yang baik. Mereka pun percaya pada saya,” kata Rybakina kepada ESPN.
Pilihan itu akhirnya membawa dampak di Wimbledon 2022. Tak ada yang menduga bahwa petenis Rusia dan Belarus akan dilarang tampil. Kepindahannya membawa ”berkah” hingga dia pun bosan menerima pertanyaan tentang itu, apalagi yang bernada sinis.
”Larangan untuk petenis lain adalah situasi yang tak diinginkan semua petenis. Kami ada di dunia olahraga. Atlet pasti ingin selalu berkompetisi. Saya pun berempati kepada teman-teman yang tak bisa tampil dalam turnamen sebesar Wimbledon. Semoga tahun depan bisa normal kembali,” katanya.
Membela Kazakhstan
Keputusan Rybakina untuk membela Kazakhstan mulai memperlihatkan hasil baik pada 2020 ketika dia mengawali musim itu dengan 21 kemenangan dari 25 pertandingan. Jumlah itu membawanya pada empat final dari lima turnamen dengan satu gelar juara. Namun, situasi berubah pada tahun yang sama karena pandemi Covid-19. Turnamen tenis lalu dihentikan pada Maret hingga Oktober, tahun itu.
Selama pandemi, Rybakina tak bisa berlatih. Lalu, muncul masalah kesehatan, cedera, bahkan alergi. ”Semua itu menyulitkan. Namun, pelatih mengatakan, saya tak perlu punya ekspektasi tinggi bahwa harus berada dalam kondisi sempurna untuk kembali ke Tur WTA. Saya bisa menjalaninya kembali secara perlahan. Ternyata, dia benar,” katanya.
Berbeda gaya
Pertemuan Jabeur dan Rybakina adalah pertemuan dua petenis dengan karakter permainan berbeda. Jabeur dikenal sebagai salah satu dari sedikit tunggal putri dengan gaya bermain variatif. Keberaniannya melakukan drop shot dan slice, untuk mengubah ritme permainan, sering dibandingkan dengan gaya bermain Roger Federer, meskipun tentunya dengan kualitas berbeda.
Keputusan Rybakina untuk membela Kazakhstan mulai memperlihatkan hasil baik pada 2020 ketika dia mengawali musim itu dengan 21 kemenangan dari 25 pertandingan.
Sementara Rybakina adalah petenis agresif yang mengandalkan tenaga penuh dalam setiap pukulan. Dia membuat 49 as dalam enam pertandingan. ”Menarik. Saya tak tahu bagaima Rybakina akan merespons permainan Jabeur. Dia bisa mengubah ritme dengan banyak slice,” komentar Halep setelah dikalahkan Rybakina dalam semifinal.
Dua gaya itu melahirkan pertandingan dengan momentum yang berubah. Jabeur bermain nyaman dengan gayanya pada set pertama. Namun, pada set kedua, Rybakina bisa bergerak lebih cepat mengantisipasi perubahan ritme yang dibuat Jabeur dengan membuat bola jatuh di dekat net. Bahasa tubuh dan raut wajah pun mulai memperlihatkan rasa frustrasi.
Cara bermain agresif Rybakina masih membuat Jabeur kesulitan pada awal set ketiga. Servisnya pada awal gim langsung dicuri hingga Rybakina unggul 2-0. Namun, petenis peringkat ke-23 dunia itu juga sering membuat kesalahan ketika tidak bisa mengontrol pukulan kerasnya hingga bola jatuh di luar lapangan.
Jabeur memiliki kesempatan mematahkan servis Rybakina ketika mendapat triple break point (40-0) pada gim keenam. Namun, dia gagal memanfaatkan peluang itu untuk menyamakan skor karena sulit mengantisipasi kerasnya servis Rybakina. Servis Jabeur justru untuk kedua kalinya dipatahkan Rybakina, yaitu pada gim ketujuh. (AFP/AP)