Benteng Kokoh Timnas Basket Indonesia Diuji Jordania
Timnas basket Indonesia sudah dinanti tantangan lebih berat di laga terakhir kualifikasi Piala Dunia. Tim tamu, Jordania, punya segala senjata untuk menguji kualitas pertahanan Indonesia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tim nasional bola basket Indonesia belum bisa tenang, meskipun pertahanannya meningkat pesat dalam dua bulan terakhir. Benteng Indonesia akan diuji hebat ketika bertemu Jordania, tim yang unggul postur tubuh serta punya pengalaman dan kualitas teknik yang mumpuni.
Indonesia akan menjamu Jordania di Istora Senayan, Jakarta, pada kualifikasi Piala Dunia FIBA, Senin (4/7/2022). Laga ini akan menjadi yang terakhir untuk Indonesia, sebelum bertempur di Piala Asia pada 12 Juli – 24 Juli 2022.
Timnas Indonesia sedang dalam momentum positif setelah mampu mengimbangi kekuatan Arab Saudi dengan hanya kalah dua poin, Jumat lalu. Padahal, Indonesia tampil tanpa dua pemain kunci, Abraham Damar Grahita dan Marques Bolden.
Pada pertemuan sebelumnya, Februari lalu, Indonesia takluk dari tim yang sama dengan selisih nyaris 30 poin. Indonesia kini bisa bersaing karena mampu menampilkan pertahanan kokoh seperti saat meraih emas SEA Games Vietnam 2021, Mei 2022. Benteng yang dipimpin forward Derrick Michael Xzavierro (19) itu akan kembali jadi titik tumpu melawan Jordania.
Pelatih Indonesia Rajko Toroman menilai laga nanti tetap penting, walaupun timnas tidak bisa lolos lagi lewat kualifikasi. ”Kami perlu bekerja keras. Sangat penting menjaga atmosfer positif dalam tim. Seperti melawan Arab, kami kalah, tetapi tidak mudah dikalahkan,” ujar pelatih yang pernah melatih Jordania pada 2014 - 2016 itu.
Jordania datang dengan rasa lapar. Mereka baru saja kalah dari tuan rumah Lebanon, 60-79. Tim tamu sangat butuh kemenangan atas Indonesia untuk menjaga kans lolos ke Piala Dunia FIBA 2023. Selain motivasi besar, mereka adalah tim yang lebih komplet dibandingkan Arab Saudi.
Tim peringkat ke-39 dunia itu diperkuat banyak pemain yang lahir dan besar di negara maju bola basket, seperti duet guard, Amin Abu Hawwas (Amerika Serikat) dan Freddy Ibrahim (Kanada). Mereka juga punya forward naturalisasi kelahiran AS, Dar Tucker.
Selain menjaga Tucker, Jawato juga akan berperan sebagai mesin skor Indonesia. Kebutuhan di dua sisi lapangan itu bisa menguras tenaganya.
Pemain itu menjadi ancaman paling berbahaya. Pebasket setinggi 1,93 meter ini merupakan mesin skor Jordania. Dengan tubuh atletis dan kepiawaian dribel serta lemparan, dia dominan di area dalam dan luar.
Pemain eksplosif layaknya kebanyakan pemain keturunan AS–Afrika itu belum pernah melawan Indonesia dalam dua bulan terakhir. ”Kami ingin bangkit dan menang (di Indonesia). Kami ingin memastikan masih punya peluang lolos,” kata Tucker.
"Mesin skor" Indonesia
Tucker kemungkinan bakal dijaga forward andalan Indonesia, Brandon Jawato, yang memiliki tugas ekstra berat. Selain menjaga Tucker, Jawato juga akan berperan sebagai mesin skor Indonesia. Kebutuhan di dua sisi lapangan itu bisa menguras tenaganya.
Pertarungan di area dalam akan menjadi tantangan terbesar Indonesia. Vincent (2,03 meter) dan Derrick (2,06 meter) bisa sedikit meredam keunggulan Saudi pada laga sebelumnya karena tim lawan hanya punya satu pemain raksasa di tim inti, yaitu Mohammed Almarwani (2,06 meter).
Sementara Jordania punya dua ”menara” yang lebih tinggi, yaitu Zaid Abbas (2,07 meter) dan Ahmad Al Dwairi (2,1 meter). Tak pelak, Jordania menang atas Indonesia, 94-64, di duel pertama, Februari lalu. Ketika itu, mereka mendominasi area dalam dengan menghasilkan 50 rebound, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan timnas.
Untuk menghadapi Jordania, Bolden dan Abraham telah dimasukkan kembali ke dalam skuad. Namun, belum diputuskan apakah mereka akan dimainkan atau tidak. Mereka sempat mengalami cedera ringan sehingga disimpan saat melawan Saudi. Sementara point guard inti, Andakara Prastawa, akan diistirahatkan setelah berbenturan dengan pemain Arab Saudi di akhir laga.
“Prastawa dalam kondisi baik, tetapi masih merasakan sakit. Kami tidak mau mengambil risiko. Target kami adalah Piala Asia. Tiga tahun program dan tiga tahun latihan untuk kejuaraan itu,” jelas Toroman.
Bagi Indonesia, laga ini penting untuk mengukur kekuatan terbaru Jordania. Indonesia akan berada satu grup bersama Jordania di putaran final Piala Asia. Mereka akan bertemu lagi setelah pertandingan kualifikasi nanti.