Kebanggaan Sekaligus Kekhawatiran terhadap Timnas Basket
Terlepas dari kemajuan performa pesat, timnas Indonesia masih menyisakan beberapa catatan mengkhawatirkan. Catatan itu perlu menjadi perhatian.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Tim nasional bola basket Indonesia memunculkan segudang asa ketika mampu mengimbangi Arab Saudi dalam jendela ketiga kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023. Namun, di tengah banyak hal positif, masih terpampang beberapa masalah yang bisa menjadi bumerang untuk timnas.
Tampil tanpa dua pemain kunci, Abraham Damar Grahita dan Marques Bolden, timnas hanya kalah satu bola dari Arab Saudi, 67-69, di Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Jumat (1/7/2022). Tim asuhan pelatih Rajko Toroman ini unggul nyaris sepanjang permainan, tetapi kehilangan momentum jelang akhir laga.
Kekalahan adalah kekalahan. Jauh atau tipis, sama-sama menyakitkan. Kekecewaan itu tampak dari semua pemain Indonesia ketika percobaan lemparan terakhir Brandon Jawato gagal masuk. Toroman dan kapten tim Arki Dikania Wisnu juga terlihat kurang bersemangat saat konferensi pers.
Namun, jika dilihat lebih luas, begitu banyak hal positif yang bisa dipetik dari laga itu. Terutama dalam performa. Indonesia bisa memberikan perlawanan sengit kepada tim tamu yang sempat mengalahkan mereka 66-95 pada jendela kedua. Dari kalah 29 poin, Arki dan rekan-rekan hanya kalah 2 poin.
Ketika kalah Februari lalu di Jeddah, Arab Saudi, Andakara Prastawa dan kawan-kawan sudah tidak punya harapan menang saat kuarter ketiga berakhir. Tim lawan bahkan menurunkan semua pemain cadangan pada kuarter terakhir. Mereka kalah dalam segala aspek dari pemain lawan yang unggul dalam postur tubuh.
Berbeda jauh dengan kemarin, Indonesia masih unggul jauh pada pertengahan kuarter ketiga 46-33. Sayangnya, timnas kehilangan momentum setelah itu. Dua pemain tertinggi dalam tim, Vincent Kosasih dan Derrick Michael Xzavierro, harus dicadangkan karena foul trouble atau mendapat empat pelanggaran.
Pelatih tidak mau mengambil risiko. Jika Vincent dan Derrick terkena satu pelanggaran lagi, mereka akan dikeluarkan dari pertandingan. Toroman masih membutuhkan peran center di momen krusial kuarter keempat. Bayangkan jika Vincent dan Derrick bisa tetap bermain, akhir cerita dari laga kemarin mungkin bisa berbeda.
Pertahanan menjadi nilai paling positif untuk timnas. Mereka mampu menekan akurasi lemparan lawan hanya 35,1 persen, dari sebelumnya 51,3 persen di jendela kedua. Para pemain bertahan sangat agresif di tengah riuh teriakan ”Defense… defense…,” oleh ribuan penonton di Istora.
Agresivitas itu tidak terlihat pada pertemuan pertama. Skuad asuhan Toroman berani bertarung dalam semua perebutan bola meski kalah atletis. Mereka selalu disiplin membantu untuk menutup pemain lawan saat rekannya kehilangan posisi.
Vincent dan Derrick bagai jadi ”menara kembar” pelindung keranjang timnas. Keduanya mengombinasikan 5 blok yang membuat pemain Arab Saudi kesulitan di area dalam. Terbukti, tim tamu hanya menghasilkan 40 poin dari area berwarna atau paint area, 16 poin lebih sedikit daripada pertemuan sebelumnya.
Dia selalu berkata, bertahan adalah tentang mentalitas. Kuncinya hanya kerja keras dan disiplin, tidak butuh talenta spesial.
Derrick yang baru menjalani debut di kualifikasi Piala Dunia menjadi pembeda skuad timnas dibandingkan dengan jendela kedua. Dampak pemain kekar setinggi 2,06 meter itu memang sangat besar di pertahanan. Selain dia, pemain lain juga tampil ngotot saat bertahan.
Pertahanan timnas terlihat berkembang sejak kedatangan pelatih spesialis bertahan Milos Pejic, Maret lalu. Pejic sekarang mendampingi Toroman sebagai asisten pelatih. Dia selalu berkata, bertahan adalah tentang mentalitas. Kuncinya hanya kerja keras dan disiplin, tidak butuh talenta spesial. Mentalitas itu yang terpampang jelas saat Indonesia meraih emas SEA Games Vietnam 2021 dan laga kemarin.
Menariknya, Indonesia belum menurunkan Bolden yang merupakan pemain bertahan paling tangguh dalam tim. Dengan kehadiran pebasket asal NBA G-League itu, pertahanan tim akan lebih kokoh lagi. Seperti yang ditunjukkan saat Indonesia mengalahkan Filipina di SEA Games. Adapun Filipina dikenal sebagai tim papan atas Asia, di atas level Arab Saudi.
Di sisi serangan, Indonesia juga cukup baik. Empat pemain mencatatkan dua digit angka, yaitu Vincent (15 poin), Andakara Prastawa (12 poin), Brandon Jawato (10 poin), dan Agassi Goantara (10 poin). Timnas bisa mencetak poin lebih meski tidak ada pemain naturalisasi seperti pada jendela kedua. Ketika itu, Indonesia masih menggunakan jasa Lester Prosper yang mencetak 18 poin.
Serangan ini akan bertambah lengkap jika Abraham bisa diturunkan. Abraham merupakan pencetak poin terbanyak timnas di jendela kedua kualifikasi. Dengan kemampuan penetrasi dan lemparan tiga angka, dia selalu menjadi pendobrak utama pertahanan lawan.
Kekhawatiran
Di antara segala hal positif itu, timnas masih harus berhati-hati. Ada beberapa catatan yang bisa menjegal mereka di Piala Asia, 12 Juli-24 Juli. Mereka akan bertemu lagi dengan Arab Saudi di babak penyisihan Grup A.
Agresivitas timnas di pertahanan menjadi pedang dua sisi. Mereka bisa meredam sengatan lawan, tetapi juga berpotensi menerima pelanggaran. Kemarin, Vincent dan Derrick sudah berstatus foul trouble saat laga masih menyisakan lebih dari satu kuarter.
Kisah itu seperti menjadi déjà vu laga SEA Games lalu. Saat melawan Filipina, tiga pemain sekaligus sudah mendapatkan empat pelanggaran pada kuarter ketiga. Mereka adalah Derrick, Bolden, dan Jawato. Pada akhirnya, Derrick dan Jawato diusir dari lapangan pada kuarter keempat karena mengoleksi lima pelanggaran.
Masalah pelanggaran ini sudah menjadi pola. Lawan seperti mengincar area dalam untuk memancing pelanggaran dari para pemain raksasa timnas. Problem terbesarnya, Indonesia tidak punya banyak pelapis dalam posisi center.
Seperti kemarin, hanya ada satu center murni di bangku cadangan, yaitu Kelvin Sanjaya. Namun, pebasket 21 tahun itu belum dipercaya untuk tampil oleh Toroman. Pelatih berusia 67 tahun itu lebih memilih Kevin Yonas Sitorus yang berposisi asli sebagai power forward.
Timnas juga tidak boleh lengah lagi pada paruh kedua. Mereka sedikit melonggarkan serangan lawan dari lemparan tiga angka. Padahal, Arab Saudi mencatatkan akurasi lemparan tiga angka hingga 40,9 persen pada pertemuan pertama.
Akibatnya, Arab Saudi yang hanya memasukkan dua lemparan selama tiga kuarter, bisa menemukan ritmenya. Tim tamu menghasilkan empat lemparan tiga angka hanya dalam 10 menit kuarter terakhir. Hujan tiga angka mendadak itu menjadi salah satu penyebab utama kekalahan timnas.
Hasil timnas lawan Arab Saudi terbilang membanggakan. Namun, itu belum cukup. Timnas perlu membenahi beberapa catatan jika tidak ingin kalah lagi dari tim Timur Tengah tersebut di Piala Asia. Sebab, pada akhirnya, tidak ada beda kalah dua poin dengan puluhan poin.