Daud Yordan Perpanjang Rekor 100 Persen Menang atas Petinju Thailand
Petinju Indonesia Daud Yordan melanjutkan dominasinya atas petinju Thailand. Dalam laga mempertahankan gelar juara kelas ringan super WBC Asia, Daud sukses menang TKO atas petinju Thailand Panya Uthok di ronde keenam.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petinju Indonesia Daud Yordan sukses memperpanjang rekor kemenangan 100 persennya atas petinju Thailand seusai menang TKO atas petinju ”Negeri Gajah Putih”, Panya Uthok, dalam laga mempertahankan gelar juara kelas ringan super World Boxing Council atau WBC Asian Boxing Council Silver di Balai Sarbini, Jakarta, Jumat (1/7/2022). Itu menjadi kemenangan kesepuluh Daud atas petinju Thailand.
Daud yang resmi berganti julukan dari ”Cino” ke ”People’s Champ” itu pun kian percaya diri untuk kembali ke level tertinggi seusai kehilangan gelar kelas ringan super WBC International Challenge karena tidak bertarung hampir dua tahun akibat pandemi Covid-19 per Oktober 2021. Petinju asal Kayong Utara, Kalimantan Barat, itu meraih gelar tersebut setelah menang TKO atas petinju Thailand, Aekkawee Kaewmanee, di Pattaya, Thailand, 4 Agustus 2019.
Saya membuktikan janji saya kemarin bahwa saya akan meraih kemenangan kesepuluh atas petinju Thailand. Kemenangan ini saya persembahkan untuk semua masyarakat Kalimantan Barat, Indonesia, dan semua keluarga serta kerabat saya.
”Saya membuktikan janji saya kemarin bahwa saya akan meraih kemenangan kesepuluh atas petinju Thailand. Kemenangan ini saya persembahkan untuk semua masyarakat Kalimantan Barat, Indonesia, dan semua keluarga serta kerabat saya,” ujar Daud yang masih memegang sabuk juara dunia kelas ringan super versi International Boxing Association (IBA) dan World Boxing Organization (WBO) Oriental itu seusai laga melawan Uthok.
Dalam laga tersebut, kedua petinju tampil dengan gaya khasnya yang bertipe ortodoks. Petinju ortodoks adalah petinju dengan gaya konvensional dengan posisi tangan dan kaki kiri ada di bagian depan, sedangkan posisi tangan dan kaki kanan ada di bagian dalam.
Tampil di rumah sendiri dan di hadapan masyarakat sendiri, Daud lebih agresif dibandingkan dengan laga sebelumnya menghadapi petinju Thailand, Rachata Khaophimai, dalam perebutan gelar WBC Asian Boxing Council Silver di Bangkok, Thailand, 19 November 2021. Respons yang sama ditunjukkan Uthok. Dia coba meladeni permainan menyerang lawannya.
Setelah berlangsung sengit dan hampir seimbang, pada ronde keenam dari 10 ronde yang direncanakan, Daud yang staminanya mulai menurun mendapatkan momentum kemenangan. Petinju kelahiran 10 Juni 1987 itu terus menekan Uthok yang kurang berhati-hati menjaga pertahanannya.
Akhirnya, upaya Daud berbuah hasil dengan tiga kali menjatuhkan Uthok. Berawal dari dua kali kombinasi pukulan jab dan silang, pukulan silang kanan terakhir Daud tepat mengenai wajah kiri Uthok yang membuatnya terjatuh. Uthok coba bangkit, tetapi itu menjadi pilihan yang salah.
Tak lama setelah itu, Daud kembali melancarkan kombinasi jab kiri dan hook kanan yang tepat mengenai ke wajah kiri Uthok yang membuatnya jatuh kedua kali. Sejatinya, hook kanan Daud itu tidak terlalu keras, tetapi kondisi Uthok sudah tak prima lagi sehingga mudah kehilangan keseimbangan tubuh.
Lagi-lagi, Uthok mencoba bangkit dan kembali itu menjadi pilihan yang salah. Baru beberapa detik pertandingan berlanjut, Daud memberi Uthok sejumlah pukulan yang membuat Uthok terdesak. Puncaknya, Daud hanya dua kali melepaskan hook kiri ke wajah kanan Uthok dan itu cukup untuk menumbangkan petinju kelahiran Uthai Thani, Thailand, 8 September 1989, tersebut untuk ketiga kali. Wasit pun memutuskan menghentikan pertarungan.
Keputusan itu memastikan Daud mempertahankan gelarnya. ”Saya paham karakter petinju Thailand. Mereka tidak mudah menyerah. Belum lagi, Uthok kenyang pengalaman internasional, yang cenderung lebih berpengalaman dari saya. Maka itu, saya memutuskan untuk bermain terbuka dan terus menekannya sejak awal. Memang, itu membuat saya menerima banyak pukulan, tetapi tidak terlalu berarti. Saya percaya dia tidak bisa terus bertahan dan terbukti akhirnya tiga kali jatuh di ronde keenam,” ungkap Daud.
Daud yang turut mempersembahkan laga itu untuk sahabatnya, salah satu tokoh Kayong Utara Tommy Djunaidi yang wafat bulan ini, menyatakan, kemenangan itu menambah keyakinannya untuk kembali menjadi juara dunia.
Daud optimistis masih bisa bersaing di tingkat dunia walau usianya sudah mendekati pengujung karier. ”Saya tetap ingin kembali mencapai level tertinggi, menjadi juara dunia lagi. Kalian bisa melihat sendiri penampilan saya tadi, saya tetap bisa menjaga performa saya meski sudah berusia 35 tahun,” katanya.
Terlepas dari itu, lanjut Daud, dirinya menyerahkan semua keputusan terkait kariernya kepada MPRO International selaku promotornya. ”Untuk karier saya ke depan, semuanya menjadi ranah manajemen (MPRO International). Yang jelas, saya akan selalu profesional dalam menjalankan tanggung jawab saya (berlatih),” ucapnya.
President Director Gustiantira Alandy menyampaikan, kendati tak muda lagi, Daud terbukti masih bisa menunjukkan penampilan terbaik. Bahkan, dengan usia yang lebih matang, Daud cenderung tampil lebih bijaksana, penuh perhitungan, dan sabar. Itu dinilai sebagai nilai plus untuk kelanjutan kariernya.
Maka itu, sehabis laga kali ini, MPRO International berkomitmen untuk segera menyiapkan laga lainnya. Sebab, mereka ingin melihat lagi Daud menjadi juara dunia. ”Mungkin, pertandingan selanjutnya akan dilangsungkan tiga atau empat bulan lagi. Kami akan mencari lawan terbaik untuk Daud, boleh jadi petinju dengan reputasi bagus dari luar Asia Tenggara,” ucap Gustiantira.
Selain laga Daud dan Panya, tersaji empat laga pembuka, antara lain wakil Indonesia Ongen Saknosiwi dan wakil Thailand Jirawat Thammachot. Ongen berhasil mengatasi Thammachot dengan kemenangan KO di ronde kedua dari delapan ronde yang direncanakan.
Ongen yang masih berusia 27 tahun dianggap calon penerus Daud. Dia turut disiapkan untuk menjadi juara dunia baru dari Indonesia. ”Saya berharap pihak promotor (MPRO International) bisa terus memfasilitasi saya melakukan pertandingan internasional, terutama level kejuaraan dunia. Sebab, saya ingin menjadi juara dunia,” ucap petinju kelas bulu asal Ambon, Maluku, tersebut.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari yang menyaksikan laga tersebut mengatakan, dirinya mengapresiasi rangkaian lima pertarungan yang disajikan kali ini. Dia berharap itu bisa menjadi momentum positif untuk membangkitkan geliat tinju profesional di Indonesia. ”Tinju profesional butuh lebih banyak pertandingan berkualitas. Dengan begitu, geliatnya akan kembali meningkat dan turut membantu mendongrak prestasi petinju-petinju Tanah Air,” tuturnya.