Daud Yordan Jaga Asa Eksistensi
Setelah dua tahun tak berlaga, petinju Indonesia, Daud Yordan, tampil lagi dengan menjanjikan. Petinju berjuluk ”Cino” itu menang TKO atas lawan lebih muda asal Thailand dalam perebutan juara kelas ringan super WBC Asia.
BANGKOK, JUMAT — Walau dua tahun tidak bertanding karena pandemi Covid-19, petinju Indonesia, Daud Yordan, masih menjaga konsistensi penampilannya di atas ring. Terbukti, dalam laga perebutan gelar juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super 63,5 kilogram di Pattaya, Bangkok, Thailand, Jumat (19/11/2021), petinju berjuluk ”Cino” itu bisa menang TKO atas petinju tuan rumah, Rachata Khaophimai, pada ronde kelima dari rencana 10 ronde.
Kemenangan ini saya persembahkan pula kepada ibu dan ayah angkat saya yang sedang sakit. Semoga mereka lekas sembuh.
Kemenangan ini membuka asa untuk Daud kembali eksis di persaingan tinju Asia dan dunia walau usianya sudah mencapai 34 tahun atau di pengujung karier. ”Terima kasih atas dukungan dan doa masyarakat Kalimantan Barat dan Indonesia, serta promotor M Pro International yang memberikan saya kesempatan bertanding lagi. Kemenangan ini saya persembahkan pula kepada ibu dan ayah angkat saya yang sedang sakit. Semoga mereka lekas sembuh,” ujar Daud usai bertanding.
Baca juga: Laga Penjaga Denyut Karier Daud Yordan
Daud dalam laga itu tampil dengan aksesori unik, yakni pita kepala, tato bagian punggung, dan celana berhias dengan hashtag 2024. Itu menjadi kode bahwa petinju kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat, ini dikabarkan berencana untuk berpartisipasi menjadi salah satu calon anggota Dewan dalam pemilihan umum legislatif pada 2024.
Terlepas dari itu, dalam laga, Daud tampil penuh percaya diri di ronde pertama. Petinju kelahiran 10 Juni 1987 ini langsung melancarkan sejumlah pukulan jab kepada Khaophimai yang masih berusia 18 tahun atau nyaris separuh usianya. Permainan agresifnya membuat lawan terus terpojok ke sudut ring.
Memasuki ronde kedua, situasi agak mirip dengan ronde sebelumnya. Namun, Daud terlihat agak kurang lincah bergerak. Daud beberapa kali membiarkan pertahanannya terbuka dan memancing Khaophimai yang disiplin bertahan untuk menyerang. Saat Khaophimai terpancing, dia coba untuk cepat melancarkan serangan ke wajah lawannya.
Pada ronde ketiga, Daud menerapkan strategi serupa dengan ronde sebelumnya. Kali ini, Khaophimai tidak terpancing dan keduanya pun jarang berbalas pukulan. Di ronde keempat, Daud akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Khaophimai akhirnya tak bisa menahan diri untuk bermain terbuka dan menyerang Daud yang terus memancingnya bermain agresif.
Baca juga: Daud Yordan Ingin Tambah Gelar
Bak harimau mendapatkan mangsa jebakan, Daud langsung melancarkan serangan kombinasi ke wajah Khaophimai mulai dari pukulan jab, hook, dan uppercut. Pukulan bertubi-tubi itu membuat lawannya oleng tetapi tetap bertahan. Jelang akhir ronde empat, Daud melepas pukulan hook kanan yang menghantam wajah kiri Khaophimai sehingga sempoyongan dan nyaris jatuh tetapi tertahan di ring.
Pada ronde kelima, Daud lebih percaya diri untuk menghajar Khaophimai. Namun, wasit melihat Khaophimai tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan sehingga laga itu dihentikan lebih cepat. Daud otomatis memenangi pertarungan tersebut. Rekornya menjadi kian tajam, yakni 41 menang (28 KO), 4 kalah, dan 1 dianggap batal dari total 46 laga.
Kemenangan itu membuat Daud merealisasikan targetnya sebelum laga yang ingin menang sebelum ronde ke-10. ”Di laga ini, Daud menunjukkan unggul pengalaman dan sangat lapar dengan kemenangan. Makanya, dia semangat untuk menaklukkan lawannya dengan cepat. Dia sangat jarang memasang target menang KO/TKO seperti itu. Jadi, ini bentuk antusiasmenya dan tentu bukti bahwa Daud belum habis,” kata Presiden Direktur M Pro International Gustian Tira Alandy.
Menjaga momentum
Pascalaga, yang patut diperhatikan Daud dan timnya adalah menjaga momentum kebangkitan. Capaian itu membuat Daud memegang tiga sabuk juara, yakni gelar juara kelas ringan super WBC (Dewan Tinju Dunia) Asia dan kelas ringan super IBA (Asosiasi Tinju Internasional) serta WBA (Asosiasi Tinju Dunia) yang didapatnya usai menaklukkan petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, di Batu, Jawa Timur, 17 November 2019.
Baca juga: Daud Yordan Hadapi Pertarungan Bergengsi
Kini, Daud dan timnya mesti pandai-pandai menjaga rutinitas laga agar gelar yang ada tidak dicabut. Sebelumnya, akibat dua tahun tidak bertanding, Daud harus merelakan gelar juara kelas ringan WBC internasional dicabut. Dia meraih gelar itu tatkala menumbangkan petinju Thailand, Aekkawee Kaewmanee, pada 4 Agustus 2019.
Gustian mengatakan, pihaknya juga berkomitmen untuk menjaga performa Daud sehabis pertarungan tersebut. Mereka tidak ingin momen kebangkitan Daud sirna. Untuk itu, mereka telah merencanakan laga berikutnya dalam waktu dekat. ”Mungkin, Daud bertanding lagi paling cepat Februari tahun depan. Sekarang, kami masih mengincar lawan mana yang bisa dihadapi dan yang ada peluang untuk mempertahankan atau merebut gelar lainnya,” katanya.
Yang jelas, kata Gustian, performa Daud masih sangat layak untuk kembali muncul ke permukaan bersaing di level Asian dan dunia. Selama ini, Daud memang disiplin menjaga fisik, skill, dan mentalnya dengan konsisten berlatih kendati tidak ada kejuaraan. Kalau bisa tetap menjaga perilaku hidup positif itu, tidak menutup kemungkinan kariernya bisa panjang hingga usia 40-an tahun.
”Memang dalam laga tadi, Daud agak sedikit lambat dan tidak terburu-buru. Namun, itu mungkin karena dia coba menyesuaikan diri lagi dengan ring pertandingan. Yang jelas, secara fisik dan skill, dia tetap mumpuni. Kalau bisa menjaganya, dia bisa berkarier lebih lama. Apalagi dia memiliki modal pengalaman,” tuturnya.
Baca juga: Daud Yordan Menorehkan Sejarah
Hal senada disampaikan legenda tinju Indonesia, Chris John. Mantan juara dunia kelas bulu itu menilai, kemenangan tersebut kesempatan untuk Daud kembali ke level elite tinju Asia dan dunia. Bahkan, dia punya potensi merebut kembali sabut juara WBC internasional.
Syaratnya, Daud mesti konsisten bertarung agar peluang itu terbuka. ”Setelah ini, menajernya harus cepat mencari lawan lain, terutama di WBC internasional. Minimalnya, Daud bisa mempertahankan gelar sekali dalam setahun dari total tiga gelar yang dimiliknya,” ujarnya.
Chris menuturkan, karier usia petinju sangat bergantung pada kedisiplinannya berlatih, terutama menjaga fisik dan berat badan. Umumnya, masa emas petinju usia 20-25 tahun. Kalau bisa menjaga fisik dan berat badan dengan baik, mereka bisa bertahan sampai usia 30-35 tahun. Yang luar biasa dalam menjaganya bisa bertahan hingga usia 40-an tahun.
Melihat pola hidupnya, kata Chris, dirinya yakin Daud mampu berkarier dengan baik sampai usia 40-an tahun. ”Tapi, lagi-lagi, ini patut diimbangi dengan jam terbang. Tanpa bertanding, petinju tidak bisa mengevaluasi diri dan bisa jadi lalai menjaga berat badan. Sejauh ini, masalah tinju Indonesia ialah minim kesempatan bertanding. Itu yang membuat petinju Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara luar,” ujarnya.