Daud Yordan Optimis Tambah Koleksi Kemenangan atas Thailand
Petinju Indonesia, Daud Yordan, akan mengadapi Panya Uthok (Thailand) dalam laga mempertahankan gelar kelas super ringan WBC Asia di Jakarta, Jumat. Daud yakin bakal menang dan memperpanjang rekor atas petinju Thailand.
JAKARTA, KOMPAS – Setelah menang TKO atas petinju Thailand, Rachata Khaophimai, dalam laga perebutan gelar kelas super ringan World Boxing Council (WBC) Asian Boxing Council Silver di Bangkok, Thailand, 19 November 2021, petinju Indonesia, Daud Yordan, bakal kembali turun ke ring. Kali ini, petinju berjuluk "Cino" itu akan menghadapi petinju Thailand lainnya, Panya Uthok, dalam laga mempertahankan gelar kelas super ringan WBC Asian Boxing Council Silver di Balai Sarbini, Jakarta, Jumat (1/7/2022).
Dengan rekor sembilan kali menang atas petinju Thailand dari total 45 laga sepanjang karirnya, Daud cukup percaya diri untuk meraih kemenangan kesepuluh atas petinju dari Negeri Gajah Putih tersebut. Bahkan, petinju asal Kayong Utara, Kalimantan Barat, itu sesumbar bisa menang KO atas Uthok dalam laga nanti.
”Ini (Uthok) lawan yang memiliki reputasi jauh lebih bagus dibandingkan saya. Dia mantan juara dunia (kelas bantam World Boxing Organization/WBO) dan punya karier yang lebih tinggi (total 64 pertandingan dengan 54 kemenangan yang di antaranya 36 menang KO). Tetapi, dengan bermain di Indonesia dan di hadapan masyarakat sendiri, saya optimistis bisa menang KO. Untuk target berapa ronde, tentu saya berusaha secepatnya,” ujar Daud seusai timbang badan di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Baca juga : Merunut Kehebatan Juara Tinju Daud “Cino” Yordan
Daud hadir ke lokasi timbang badan sekitar pukul 11.00. Petinju kelahiran, 10 Juni 1987 itu datang dengan rombongannya yang membawa sejumlah sabuk yang pernah dimenanginya. Mereka pun datang dengan sejumlah pernak-pernik khas, seperti Daud yang mengenakan topi dan kaos bertuliskan "I Love Kayong Utara", ikat kepala bertuliskan "#DY2024". Beberapa rekannya memakai kaos bergambar dan tulisan "RIP Tommy Djunaidi".
Daud dan rombongannya hadir dengan kepercayaan diri tinggi. Tidak ada raut wajah tegang. Semuanya ceria dan beberapa kali berteriak heboh saat nama Daud disebut-sebut oleh pembawa acara ataupun promotor. Padahal, Daud jarang bertanding. Usai menang TKO atas petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, dalam perebutan gelar kelas super ringan International Boxing Association (IBA) World dan World Boxing Organisation (WBO) Oriental di Malang, Jawa Timur, 17 November 2019, dia baru bertanding lagi dengan menghadapi Khaophimai.
Sebaliknya, Uthok cukup rutin bertarung. Paling tidak, selama pandemi Covid-19 yang mulai merebak awal 2020, petinju kelahiran 8 September 1989 itu sudah tiga kali turun ke ring, yakni menang atas rekan senegaranya, Campee Phayom, dalam perebutan gelar kelas bulu super World Boxing Association (WBA) Asia di Samut Prakan, Thailand, 6 September 2020.
Pada laga berikutnya, Uthok kalah dari rekan senegaranya, Amnat Ruenroeng, dalam perebutan gelar kelas bulu super WBC Asian Boxing Council di Bang Phun, Thailand, 7 November 2020. Terakhir, dia kalah dari rekan senegaranya, Thattana Luangphon, dalam perebutan gelar kelas bantam super WBC Asian Boxing Council di Bang Phun, 13 Maret 2021.
Boleh jadi, Daud cukup optimis karena memiliki rekor apik setiap bertemu petinju Thailand. Dari 45 laga dengan 41 kemenangan (29 menang KO), Daud punya rekor menang 100 persen atas petinju Thailand. Dia menang sembilan kali atas petinju "Negeri Gajah Putih" dari sembilan kali laga.
Seusai debut profesional pada 2005, Daud pertama kali jumpa dengan petinju Thailand, yakni Narong Sor Chitralada dan menang KO pada 2006. Selanjutnya, dia menang TKO atas Kongtoranee Sithtradtrakan (2006), mengalahkan Saman Ekwanchai (2006), menang TKO atas Ekawit Sithsorwor (2007), menang TKO atas Peesaddaeng Kiatsakthanee (2007), menang TKO atas Thongthai Rajanondh (2008), menang KO atas Phayom (2017), menang TKO atas Aekkawee Kaewmanee (2019), dan menang TKO atas Khaophimai (2021).
Modal berharga
Daud mengatakan, sembilan kemenangan itu adalah modal berharga baginya. Secara mental, rekor positif itu membuatnya lebih yakin untuk menang atas petinju dari Thailand. Selain itu, dirinya juga sudah sangat mengenal gaya permainan petinju-petinju dari negara itu.
”Saya sudah mengenal karakter petinju-petinju dari Thailand yang rata-rata sama. Yang jelas, mereka itu memiliki mental tidak mudah menyerah dan mengalah, punya semangat juang sangat tinggi. Tetapi, saya sudah siap dengan segala strategi mereka dan saya percaya diri bisa menambah koleksi kemenangan saya atas petinju Thailand,” tegas Daud yang telah berusia 35 tahun.
Terlepas dari rekor itu, lanjut Daud, dirinya pun sudah melakukan persiapan matang untuk mengantisipasi segala strategi yang disiapkan oleh Uthok. Timnya juga telah mempelajari secara matang pola permainan calon lawan yang berusia dua tahun lebih mudah darinya tersebut.
Baca juga : Daud Yordan Jaga Asa Eksistensi
”Yang jelas, Uthok adalah petinju yang kaya pengalaman. Selain mengandalkan pukulan-pukulan pendek, dia pasti siap berganti-ganti strategi dalam pertandingan nanti. Tetapi, saya pun sudah melakukan persiapan matang. Saya yakin dengan latihan keras dan dukungan masyarakat, saya bisa mengatasinya. Saya juga menyiapkan banyak rencana untuk mengalahkannya, mulai dari plan A, B, C, dan seterusnya,” ungkap Daud.
Laga antara Daud dan Uthok sejatinya dijadwalkan di Bangkok, Thailand, 4 Maret lalu. Hanya saja, pertarungan itu batal digelar karena Daud dinyatakan positif Covid-19. Maka itu, pertandingan dijadwal ulang ke Balai Sarbini, 1 Juli ini.
Kita tidak bisa menunggu terlalu lama, harus secepatnya agar Daud bisa kembali ke tingkat dunia, menjadi juara dunia. (Gustiantira Alandy)
Bagi Daud, berlaga di Balai Sarbini pun sangat menguntungkan. Sebab, dia memiliki pengalaman positif tatkal bertanding di sana. Setidaknya, dia menang atas petinju Jepang, Yoshitaka Kato, dalam laga mempertahankan gelar kelas ringan WBO Asia Pasific dan Africa di sana, 5 Februari 2016.
”Saya terakhir kali bertarung di Balai Sarbini pada 2016. Suatu kerinduan untuk kembali tampil di sini, di hadapan publik sendiri. Saya akan berusaha memberikan yang terbaik di sini,” kata Daud yang ingin mempersembahkan kemenangan untuk mendiang sahabatnya, salah satu tokoh Kayong Utara, Tommy Djunaidi, yang meninggal bulan ini.
Meski tak muda lagi, Daud juga ingin menjadikan laga itu sebagai batu loncatannya kembali menjadi juara dunia. ”Mengenai masa depan karier saya, itu menjadi ranah manajemen (MPRO International selaku promotornya). Saya cuma fokus menjalankan tugas dan tanggung jawab saya (berlatih). Tetapi, tentu saya ingin mencapai lagi top level, kembali menjadi juara dunia,” pungkas petinju yang punya agenda politik untuk 2024 tersebut.
Pertandingan antara Daud dan Uthok direncanakan berlangsung 10 ronde. Walaupun lawannya tampil di rumah sendiri dan menunjukkan kepercayaan diri tinggi untuk menang, Uthok bergeming. Dia tetap tenang dan mantap menyatakan siap untuk meladeni lawannya tersebut.
”Untuk pertarungan besok, saya berharap bisa berhasil (menang). Saya selalu bersemangat dan berjuang supaya bisa memberikan yang terbaik untuk diri saya. Saya sudah menyiapkan strategi dan akan menyesuaikannya dengan taktik yang dikeluarkan lawan,” tutur petinju asal Uthai Thani, Thailand, tersebut.
Lebih banyak laga
President Director MPRO International Gustiantira Alandy menuturkan, laga antara Daud dan Uthok adalah bagian dari langkah awal pihaknya membawa lagi Daud ke level tertinggi. ”Kita tidak bisa menunggu terlalu lama, harus secepatnya agar Daud bisa kembali ke tingkat dunia, menjadi juara dunia,” ujarnya.
Baca juga : Laga Penjaga Denyut Karier Daud Yordan
Di sisi lain, Gustiantira menyampaikan, laga antara Daud dan Uthok menjadi bagian dari upaya mereka untuk turut menghidupkan lagi semarak dunia tinju profesional di Tanah Air. Untuk itu, sebelum laga Daud dan Uthok, turut disajikan empat pertandingan lainnya, antara lain laga wakil Indonesia, Ongen Saknosiwi, versus pemain Thailand, Jirawat Thammachot.
Laga-laga itu sekaligus menjawab kegamangan meredupnya industri tinju profesional di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, antara lain karena kalah bersaing dengan industri tarung bebas atau MMA. ”Kalau dilihat, kuncinya kita mesti membuat lebih banyak acara tinju dengan banyak peserta yang bertanding. Itu butuh dukungan banyak pihak, khususnya televisi. Kalau ada siaran tinju yang rutin, itu akan membantu sekali meningkatkan lagi popularitas tinju profesional di Indonesia,” ungkap Gustiantira.
Wakil Ketua Komisi Tinju Profesional Indonesia Asmara Roni tidak menafikan bahwa tinju profesional mulai kehilangan pamornya di Indonesia. Hal itu akibat minimnya laga yang disuguhkan dan menurunnya minat sponsor, terutama televisi untuk menyiarkan pertarungan tinju sebagaimana era sebelum 2000an.
Fenomena itu berimbas terhadap regenerasi petinju profesional Indonesia. Usai era petinju legendaris Chris John dan Daud Yordan, nyaris tidak ada lagi petinju "Merah-Putih" yang mampu menjadi juara dunia dan ikon baru olahraga adu jotos itu di Tanah Air.
”Ini menjadi pekerjaan rumah semua pemangku kepentingan tinju profesional di Indonesia. Kami sendiri berencana mengadakan seminar untuk mencari solusi dari fenomena ini agar tinju profesional Indonesia kembali disenangi masyarakat sebagai hiburan dan sumber pendapatan. Yang jelas, kami tidak akan mempersulit promotor-promotor yang berupaya bangkit untuk menyelenggarakan kegiatan. Lagi pula, sasana tinju di Indonesia tetap aktif untuk melahirkan petinju terbaik. Semoga, ke depan, tinju nasional bisa terangkat seperti dahulu,” pesan Asmara.