Setelah vakum dua tahun karena pandemi, petinju Indonesia, Daud Yordan, akan kembali naik ring menghadapi petinju Thailand dalam perebutan gelar ringan super. Ini sekaligus momentum Daud untuk tetap eksis di tinju pro.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19, petinju Indonesia, Daud Yordan, kembali mendapatkan kesempatan berlaga. Dalam duel perebutan gelar juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super 63,5 kilogram di Pattaya, Thailand, Jumat (19/11/2021), petinju nasional berjuluk ”Cino” itu akan menghadapi petinju muda tuan rumah, Rachata Khaophimai.
Bagi Daud, laga itu berarti sangat besar. Selain mengobati kerinduan bertarung di atas ring, duel itu amat penting untuk menjaga denyut karier petinju asal Ketapang, Kalimantan Barat, berusia 34 tahun tersebut. ”Ini laga yang sangat penting untuk karier saya. Kemenangan sangat berarti untuk terus menapaki karier tinju profesional saya selanjutnya,” ujar Daud saat menjawab pertanyaan dari Thailand, Kamis (18/11/2021).
Laga terakhir petinju kelahiran 10 Juni 1987 itu adalah saat mengalahkan petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, dalam perebutan gelar juara IBA dan WBO kelas ringan super di Batu, Jawa Timur, 17 November 2019. Sebagai atlet profesional, dia terus disiplin berlatih, tetapi tetap mengalami kejenuhan.
”Kalau ditanya kendala, pasti ada. Apa yang saya rasakan sama dengan atlet lain selama pandemi Covid-19 yang membuat semuanya tidak bisa berlaga. Maka itu, saya bersyukur mendapatkan kesempatan bertanding lagi,” katanya.
Unggul statistik
Di atas kertas, Daud lebih unggul daripada Khaophimai yang masih berusia 18 tahun. Daud telah menjalani karier profesional sejak 2005 dengan rekor 40 menang (28 menang KO), 4 kalah, dan 1 dianggap tidak berlangsung dari total 45 laga. Petinju bertipe ortodoks ini pun pernah menyabet serentetan gelar dari WBO Asia Pacific Youth Featherweight 2007 hingga WBC International Lightweight Challenge 2019.
Daud pernah menundukkan petinju Meksiko, Antonio Meza, dalam laga di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 2008. Saat itu, dia tercatat sebagai petinju Indonesia keempat yang bertanding di AS dan yang pertama menang. Sebelum laga itu, dia dikontrak lima tahun oleh promotor dunia, Golden Boy Promotions. Petinju Indonesia sebelumnya hanya dikontrak untuk sekali pertandingan di AS.
Adapun Khaophimai yang kelahiran 25 Januari 2003 baru memulai karier profesional ketika menang atas rekan senegaranya, Patopat Phiokliang, pada 2019. Dia terakhir berlaga melawan rekan senegaranya, Songrit Ontha, pada 21 November 2020. Rekornya 7 menang dari 7 pertarungan.
Kendati demikian, Daud tidak mau menganggap remeh lawannya. Setiap petinju wajib mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi calon lawan demi target memenangi laga tersebut.
Daud bersama tim pelatih juga sudah menganalisis calon lawan dengan baik. ”Dari beberapa rekaman video, saya kira hampir kebanyakan petinju Thailand memiliki gaya fighter yang cenderung ingin meladeni lawan. Saya bersama tim pelatih tentu telah mempersiapkan strategi apa yang harus digunakan. Dengan pengalaman yang lebih banyak, itu modal saya untuk memenangi pertarungan ini,” tutur Daud, yang punya rekor 8 kali menang atas petinju Thailand dari 8 laga.
Presiden Direktur M Pro International Gustian Tira Alandy optimistis, walau lawannya lebih muda dan bermain di kandang sendiri, Daud tetap lebih unggul. Selain kaya pengalaman, Daud memang pribadi yang disiplin dalam menjaga fisik, teknik, dan mental. Untuk itu, jelang laga yang dinanti selama dua tahun ini, Daud amat tenang dan kondisinya siap bertanding.
Apa yang saya rasakan sama dengan atlet lain selama pandemi Covid-19 yang membuat semuanya tidak bisa berlaga. Maka itu, saya bersyukur mendapatkan kesempatan bertanding lagi.
Menurut Gustian, kendati sudah berusia 34 tahun, Daud belum habis. Dia memiliki fisik, teknik, dan mental yang masih siap untuk berkarier. ”Tidak ada yang tidak mungkin. Petinju Filipina, Manny Pacquiao, bisa bertarung hingga usia 40 tahun. Kami rasa Daud bisa mengikuti jejak itu. Apalagi Daud disiplin menjaga fisik dan tekniknya, termasuk di masa pandemi,” ujarnya.
Gustian menuturkan, jika menang, ini menjadi momen Daud untuk kembali menapaki karier dunianya. Tidak mesti ke AS, Daud bisa berkarier di negara lain, seperti di Eropa. ”Untuk sekarang, yang paling penting adalah Daud terus mendapatkan iklim bertanding yang berkualitas,” katanya.
Pemerhati tinju nasional M Nigara menyampaikan, Daud merupakan salah satu petinju paling berbakat yang pernah ada di Indonesia. Sayang, potensi itu tidak dibarengi dengan kesempatan berlaga lebih banyak. Di samping vakum bertanding dalam dua tahun terakhir, Daud cuma dua kali bertarung di Los Angeles, AS, tatkala dikontrak Golden Boy Promotions milik petinju legendaris AS, Oscar De La Hoya.
Maka itu, Daud dan orang-orang terdekatnya wajib mengoptimalkan laga kali ini sebagai momentum kembali ke permukaan. Meski tidak muda lagi, Daud punya skill mumpuni untuk bisa eksis selama beberapa tahun lagi.