”Terjebak” Sengkarut Politik, Mbappe Gagal ke Madrid
Paris Saint-Germain dibayangi aroma politik yang kental dalam aktivitas di jendela transfer menjelang musim 2022-2023. Hal itu membuat Real Madrid harus gigit jari memenuhi impiannya merekrut Kylian Mbappe.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MADRID, KAMIS - Kebijakan besar Paris Saint-Germain pada bursa transfer musim panas ini berkaitan erat dengan kepentingan politik, baik untuk Pemerintah Perancis maupun Qatar. Hal itu mendasari keputusan striker Kylian Mbappe batal pindah ke Real Madrid untuk bertahan di PSG.
Nuansa politik terkait dengan transfer Mbappe itu diungkap Presiden Real Madrid Florentino Perez dalam wawancara di El Chiringuito, seperti dikutip AS, Kamis (16/6/2022). Dalam wawancara itu, Perez berbicara blak-blakan mengenai kegagalannya membeli penyerang berusia 23 tahun itu.
Menurut Perez, Real sebetulnya telah mencapai kesepakatan personal dengan striker asal Perancis itu. Namun, Mbappe mengubah keputusan terkait masa depannya itu pada pertengahan Mei lalu.
”Kylian (Mbappe) mengubah (pikirannya) 15 hari sebelum pengumuman karena tekanan politik dan ekonomi. Bagi saya, sangat tidak masuk akal Mbappe menerima telepon dari Emmanuel Macron (Presiden Perancis). Komunikasi itu tentu memengaruhi keputusannya,” ucap Perez.
Berdasarkan laporan The New York Times, Real menawarkan gaji 26 juta dollar AS atau sekitar Rp 384,8 miliar per tahun. Selain itu, Real juga menjanjikan bonus awal untuk Mbappe sebesar 140 juta dollar AS (Rp 2,06 triliun). Ia juga diberikan kewenangan penuh terhadap citra jenama diri sehingga bisa mengatur penuh kontrak komersial untuk dirinya sendiri.
Di PSG, ungkap Sky Sports, semua keinginan Mbappe juga dipenuhi, termasuk kemandirian pengaturan citra diri dan bonus awal. Bedanya, ”Les Parisiens” memberikan gaji jauh lebih tinggi, 65 juta dollar AS (Rp 960,5 miliar) per tahun. Ia pun memperpanjang kontraknya di klub itu hingga 2025.
Di luar sepak bola dan hasil laga, Mbappe sangat penting untuk menghadirkan harapan ke generasi muda. Itulah mengapa saya ingin ia bertahan di Paris. (Anne Hidalgo)
Menurut Perez, keputusan Mbappe menerima tawaran uang lebih besar, alih-alih memenuhi mimpinya bermain untuk ”Los Blancos”, menunjukkan fokus kariernya telah berubah. ”Ia bukan lagi Mbappe yang saya inginkan. Tidak boleh ada pemain yang berada di atas Real Madrid sebagai sebuah klub,” ucap Perez.
Meski begitu, Perez tidak menutup sepenuhnya kans peraih trofi Piala Dunia 2018 itu bakal berlabuh ke Real di masa depan. ”Dalam kehidupan, tidak ada hal yang benar-benar berakhir,” kata Perez kemudian.
Adapun tuduhan Perez terkait sengkarut politik dalam proses transfer Mbappe itu dibantah Macron. Menurut Macron, ia memang meminta Mbappe bertahan di Perancis. Namun, ia berkata, nasihat itu disampaikannya sebagai teman, bukan kepala negara. ”Saya tidak pernah mengintervensi transfer apa pun,” kata Macron kepada RMC Sport.
Dilansir Goal, pembicaraan antara Macron dan Mbappe itu juga membahas rencana kampanye promosi Olimpiade Paris 2024. Macron menjanjikan Mbappe sebagai duta utama Olimpiade itu. Wali Kota Paris Anne Hidalgo lantas menyambut positif bertahannya Mbappe di PSG.
Mbappe adalah ikon budaya Perancis, terutama bagi anak muda yang bermimpi menjadi pesepak bola profesional. ”Di luar sepak bola dan hasil laga, Mbappe sangat penting untuk menghadirkan harapan ke generasi muda. Itulah mengapa saya ingin ia bertahan di Paris,” tutur Hidalgo.
Tak hanya Perancis, bertahannya Mbappe juga memberi kebahagiaan bagi Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022. Qatar Sports Investments (QSI), perusahaan pemilik PSG, enggan kehilangan Mbappe. Bukan hanya untuk PSG, melainkan juga dalam upaya mereka memasarkan Piala Dunia 2022.
Setelah mengumumkan keputusannya untuk tetap berseragam Les Parisiens hingga Juni 2025, Mbappe bersama Neymar Jr dan Lionel Messi langsung terbang ke Doha, Qatar. Di ibu kota Qatar itu, ketiga megabintang tersebut melakukan klinik pelatihan sekaligus merekam video di lokasi penting Piala Dunia 2022, seperti stadion dan fasilitas penunjang lain yang telah dibangun Pemerintah Qatar.
Zidane turut diincar
Selain Mbappe, Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi juga menginginkan Zinedine Zidane sebagai pelatih baru PSG untuk menggantikan Mauricio Pochettino yang baru saja dipecat. Dalam sejumlah laporan media Spanyol dan Perancis, Zidane telah terbang ke Doha untuk bertemu Al-Khelaifi dan petinggi PSG lainnya, akhir pekan lalu.
Dalam pertemuan itu, PSG ingin mendengarkan persyaratan yang diinginkan Zidane sebelum menerima tawaran kontrak PSG. Salah satu persyaratan yang diinginkan mantan pelatih Real itu ialah kewenangan penuh dalam urusan olahraga, seperti memegang kuasa penuh atas transfer pemain. Selama ini, kebijakan transfer pemain di PSG dipegang direktur olahraga klub itu.
Rumor Zidane melanjutkan karier kepelatihan bersama PSG disambut positif oleh Macron. Kehadiran Zidane di Liga Perancis, kata Macron, akan memberikan dampak positif bagi persaingan sekaligus promosi sepak bola Perancis di dunia.
”Saya belum berbicara kepada Zidane, tetapi saya memiliki kekaguman besar terhadapnya sebagai pemain dan pelatih. Kami ingin Zidane berada di Liga Perancis. Jika Zidane menangani klub besar Perancis, itu akan menjadi tambahan luar biasa bagi Perancis sebagai negara besar di olahraga dan sepak bola,” kata Macron yang memenangi periode kedua kepemimpinannya pada pemilu 2022, April. (AFP)