Kesulitan bersaing dengan pemain-pemain top dunia, Gregoria Mariska Tunjung tak menetapkan target dalam turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters. Dia hanya ingin bisa mengeluarkan semua kemampuan dengan maksimal
Oleh
YULIA SAPTHIANI, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kesulitan berkembang dalam persaingan dengan pemain-pemain level top dunia, Gregoria Mariska Tunjung sempat mencurahkan hatinya, untuk bisa menjadi lebih baik, melalui media sosial. Tidak ingin membebani diri sendiri, dia pun tidak memasang target tinggi untuk bersaing dalam turnamen Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 500.
“Saya hanya akan berusaha semaksimal mungkin, tidak ada target mencapai babak berapa, yang penting berjuang maksimal,” kata Gregoria.
Komentar itu dikatakan Gregoria setelah mengalahkan Phittayaporn Chaiwan (Thailand) 21-14, 21-15 pada babak pertama di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (8/6/2022). Bertanding kembali di hadapan penoton yang memenuhi Istora, merasakan ketegangan pada awal penampilan. “Namun, saat sudah terbiasa dan badan mulai ‘panas’, tegangnya hilang,” katanya.
Kemenangan atas Chaiwan menjadi pembalasan kekalahan Gregoria dari Chaiwan pada semifinal SEA Games Vietnam 2021 yang berlangsung Mei 2022. Kekalahan tersebut membuat Gregoria hanya bisa memenangi medali perunggu.
Kekalahan pada semifinal SEA Games menjadi salah satu fase pasang surut Gregoria pada tahun ini. Penampilan pemain berusia 22 tahun itu hanya baik pada awal tahun. Dia turut mengantarkan Indonesia menjadi juara beregu putri Kejuaraan Asia dalam ajang yang digelar di Malaysia, Februari. Berperan sebagai tunggal pertama, Gregoria selalu menang dalam tiga pertandingan.
Setelah itu, Gregoria selalu tersingkir pada babak pertama turnamen individu, yaitu All Engand dan Kejuaraan Asia. Di All England, tunggal putri nomor satu Indonesia itu, bahkan, kalah telak dari pemain muda Korea Selatan, An Se-young, 16-21, 4-21.
Sebelum Indonesia Masters berlangsung, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI, yang juga pelatih tunggal putri Rionny Mainaky menilai, Gregoria seringkali terkendala masalah mental. Oleh karena tidak bisa mengatasi kendala itu, prestasinya tak berkembang sejak bersaing pada level senior, setelah menjadi juara dunia yunior 2017.
“Sebenarnya kualitas permainan dia bagus, tetapi Gregoria seringkali tidak percaya diri. Dia harus meningkatkan itu dan daya juang untuk bisa main maksimal. Memang, dalam pertandingan dia berjuang, tetapi semangat itu bisa cepat hilang. Akhirnya, itu membuat dia tidak yakin dengan permainannya,” ujar Rionny.
Saya hanya akan berusaha semaksimal mungkin, tidak ada target mencapai babak berapa, yang penting berjuang maksimal. (Gregoria Mariska Tunjung)
Mantan pelatih tim nasional Jepang itu menekankan agar semangat dan keinginan Gregoria untuk berubah juga dilakukan pada proses latihan. “Latihan hanya sebatas oke, tidak cukup. Latihan itu tidak ada batasnya, pemain harus mau menambah porsi latihan sendiri,” lanjutnya.
Dengan status sebagai pemain paling senior dalam tunggal putri, Rionny berharap, Gregoria mau berusaha untuk mengubah mentalnya sendiri. “Hanya dia yang bisa mengubahnya,” katanya.
Menyusul penampilan Gregoria, tunggal putri Indonesia lainnya tampil pada babak pertama. Namun, Putri Kusuma Wardani, yang bersaing sejak babak kualifikasi, kalah dari unggulan kedelapan, He Bing Jiao, 16-21, 14-21.
Putri bisa mengimbangi pemain asal China itu pada gim pertama melalui permainan net dan dropshot. Selisih skor hanya sekitar satu hingga dua angka hingga akhirnya dia kehilangan gim pertama ketika He merebut empat poin beruntun sejak 16-17.
Pada gim kedua, Putri, yang juga meraih medali perunggu SEA Games Vietnam 2021, makin kesulitan mengimbangi permainan He. Dia tertinggal hingga 7-18 meski akhirnya masih bisa menambah tujuh poin. Putri mengatakan, dia tertinggal jauh pada gim kedua karena He bisa membaca pola mainnya dengan cepat.
Tersingkir pada babak pertama, pertandingan itu menjadi tambahan pelajaran bagi Putri untuk bersaing dengan pemain-pemain top dunia. Setiap tampil, pemain berusia 19 tahun itu selalu memperlihatkan semangatnya, salah satunya dengan berteriak dan mengepalkan tangan setiap meraih poin. Namun, Putri menyebut beberapa kekurangan yang harus diperbaiki untuk mengimbangi pemain-pemain elite.
“Tenaga saya masih kurang. Melawan pemain top dunia, mereka punya daya tahan kuat dan tenaga besar. Akurasi mereka juga tinggi. Saya harus memperbaiki kelemahan-kelemahan itu jika bertemu mereka lagi,” katanya.
Dengan menempati peringkat ke-53 dunia, Putri berharap bisa menaikkan posisinya agar bisa bersaing pada babak utama turnamen berlevel tinggi berlevel Super 300 ke atas. Saat ini, dengan peringkat tersebut, dia bisa langsung tampil pada level Super 100. Adapun pada level lebih tinggi, Putri harus menjalani babak kualifikasi lebih dulu.
“Saya harus bisa ikut banyak turnamen dan meraih banyak poin,” kata Putri, menjelaskan tentang jalan untuk menaikkan rankingnya.