Istora Senayan masih memancarkan pesonanya sebagai kuil suci bulu tangkis Indonesia. Para penggemar bulu tangkis terjerat sihirnya untuk menyaksikan Turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2022
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Istora Senayan ibarat sebuah magnet raksasa yang mampu menjerat pecinta bulu tangkis untuk selalu kembali. Meski absen menggelar turnamen dengan penonton selama hampir dua tahun karena pandemi Covid-19, ia tetap memancarkan pesonanya. Turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2022 memberi kesempatan kepada pecinta bulu tangkis untuk hanyut dalam "ritual suci" mendukung atlet Indonesia di Istora Senayan.
Matahari belum begitu meninggi tetapi halaman Istora Senayan, Jakarta, sudah mulai dipadati penonton yang didominasi gadis remaja. Mereka antre dengan tertib di pintu gerbang pemeriksaan tiket, menunggu giliran masuk.
Sebagian penonton tersenyum sembari asyik berfoto ria dengan latar belakang gedung Istora dan maskot Indonesia Masters. Seiring melandainya kasus Covid-19, penonton kini telah diperbolehkan kembali menyaksikan perhelatan turnamen bulu tangkis BWF Series Level 500 tersebut.
Hampir dua tahun lamanya Istora Senayan tenggelam dalam kesunyian. Kali terakhir sorak-sorai penonton masih terdengar di Istora adalah saat perhelatan Indonesia Masters 2020. Setelah pandemi melanda, Istora kehilangan rohnya. Padahal, selama ini Istora dikenal sebagai arena bulu tangkis terheboh di kolong jagat.
Oleh karena itu, begitu mendengar kabar Indonesia Masters tahun ini bisa dihadiri penonton, Siti Fatimah (27), langsung semringah. Hasratnya menyaksikan langsung ajang bulu tangkis internasional di Indonesia sudah memuncak. Terakhir kali ia menyaksikan turnamen bulu tangkis secara langsung saat Indonesia Masters 2020 di Istora.
Siti kemudian segera bergerak mencari informasi pembelian tiket secara daring. Selain tiket Indonesia Masters, Siti juga mengincar tiket Indonesia Open yang berlangsung 14-19 Juni 2022. Namun, tingginya antusiasme penonton membuat Siti hanya mendapatkan tiket reguler Indonesia Masters.
"Agak kecewa gagal dapat tiket Indonesia Open. Namun, tidak apa-apa soalnya masih dapat tiket Indonesia Masters. Sudah lama saya tidak menonton langsung perjuangan atlet Indonesia," kata Siti.
Magnet Istora turut menyeret Ade Rizki Purnamasari (27) yang tiba di Jakarta dari Samarinda, Kalimantan Timur, sejak empat hari lalu. Ia memboyong empat anggota keluarganya untuk menyaksikan Indonesia Masters sembari berlibur di Jakarta dan sejumlah kota di Pulau Jawa.
Ini adalah kali pertama Ade menyaksikan langsung turnamen bulu tangkis. Sebelumnya, Ade hanya bisa menyaksikan bulu tangkis di layar kaca. Lokasi rumah yang jauh dari Jakarta berkali-kali menghalangi niat Ade untuk menonton bulu tangkis secara langsung di Istora. Untuk itu, dia harus menabung selama dua tahun untuk bisa melihat para idolanya beraksi di arena. "Saya mau lihat Minions. Ingin lihat dari dekat bagaimana mereka main," ucapnya.
Terpaksa cuti
Pengorbanan untuk bisa menyaksikan Indonesia Masters juga dilakukan Rahma (21), penonton dari Jakarta Selatan. Demi bisa menyaksikan lagi keriuhan Istora, Rahma harus mengambil sisa cutinya yang sedikit. Ia sengaja datang mengantre tiket sejak pukul 05.00 dini hari di hari pertama untuk merasakan atmosfer Istora yang kembali dipenuhi penonton.
Pengorbanannya tidak sia-sia. Misi Rahma untuk bisa berfoto dengan pebulutangkis Indonesia pun tercapai. Selain Rahma, banyak penonton yang memanfaatkan kesempatan di Indonesia Masters untuk menghampiri dan berfoto bersama pebulutangkis idolanya.
Kebahagiaan Rahma kian lengkap karena sejak pagi, saat pertandingan kualifikasi berlangsung, penonton yang hadir cukup banyak sehingga menambah semarak suasana. "Dulu sebelum pandemi, penonton saat pertandingan kualifikasi tidak sebanyak sekarang," kata Rahma.
Dulu sebelum pandemi, penonton saat pertandingan kualifikasi tidak sebanyak sekarang. (Rahma)
Suasana gemuruh penonton kendati pertandingan masih di babak kualifikasi terasa saat tunggal putri Indonesia, Putri Kusuma Wardani, tampil menghadapi Doha Hany dari Mesir. Pertandingan antara Putri dan Hany berlangsung berat sebelah dan tidak terlampau menegangkan. Putri dengan mudah menaklukkan Hany dua set langsung 21-4 dan 21-8.
Meski berat sebelah, jalannya laga terasa seru dan hidup karena para penonton terus bersorak menyemangati Putri sejak keluar dari terowongan atlet. Teriakan penonton semakin kencang saat Putri mendapatkan poin. Saat Hany telah kehabisan cara untuk menaklukkan Putri, penonton seketika berteriak "Habisin! Habisin!".
Kemeriahan Istora yang seperti itu ingin dirasakan oleh Yourma Osnithia Wibowo (23), seorang mahasiswa asal Yogyakarta. Yourma mendengar "legenda" Istora yang merupakan arena bulu tangkis paling hidup di kolong jagat. Maka dari itu, ia menggunakan waktu minggu tenang perkuliahan untuk datang langsung ke Istora.
"Saya jadi penasaran karena selama ini, kan, lihat bulu tangkis cuma dari televisi. Menurut pembawa acaranya itu, penggemar bulu tangkis wajib ke Istora karena suasananya berbeda dari tempat lain," ujarnya.
Agar bisa mendapatkan tiket, Yourma harus bersiaga di depan komputer selama hampir satu jam. Menurut dia, tiket presale Indonesia Masters sangat laris sehingga laman pembelian tiket daring lamban merespons. Pada akhirnya upayanya mendapatkan tiket presale gagal. Ia mendapat tiket reguler yang harganya sedikit lebih mahal.
Yourma mengaku tahu terdapat tiket yang dijual langsung di Istora. Hanya saja, dia merasa lebih aman jika membeli tiket daring dari beberapa hari sebelumnya. "Takut kehabisan kalau mengandalkan tiket on the spot. Karena kan saya datang dari jauh juga. Mending pastikan dulu dapat tiket online baru berangkat ke Jakarta," katanya.
Para penggemar bulu tangkis seperti Yourma, Rahma, dan Ade adalah potret orang-orang yang rela terbius kemudian terjerat pesona Istora. Meski begitu, mereka merasa bersyukur dan senang bisa "Ngistora" kembali setelah sekian lama dikungkung pandemi.