Perempat Final Terbaik di Roland Garros
Perempat final Perancis Terbuka, Novak Djokovic melawan Rafael Nadal, menjadi laga yang memukau penggemar tenis. Meski berstatus ”underdog”, Nadal memenangi laga itu dan akan tampil pada semifinal untuk ke-15 kalinya.
PARIS, SELASA — Gaung Novak Djokovic melawan Rafael Nadal pada perempat final Perancis Terbuka telah muncul sejak undian dirilis, sepuluh hari lalu. Pertandingan yang akhirnya dimenangi Rafael Nadal itu digadang-gadang menjadi perempat final terbaik dalam sejarah Grand Slam di Roland Garros.
Para pemegang hak siar mempromosikan pertemuan Djokovic dan Nadal sejak keduanya memenangi babak keempat. Media massa internasional mengulas pratinjau laga dari berbagai sisi. Media, bahkanpetenis lain, membuat jajak pendapat melalui media sosial tentang siapa yang akan memenangi pertandingan.
”Big match” yang dinanti itu akhirnya terjadi di Lapangan Philippe Chatrier, lapangan terbesar di Roland Garros, Selasa (31/5/2022) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Dalam pertemuan yang merupakan ulangan semifinal Perancis Terbuka 2021 itu, Nadal menang dengan skor 6-2, 4-6, 6-2, 7-6 (7/4).
Baca juga: Final Terlampau Dini Djokovic dan Nadal
Pada semifinal, Nadal akan berhadapan dengan petenis Jerman, Alexander Zverev, yang menghentikan langkah salah satu favorit juara, Carlos Alcaraz. Pada pertandingan selama 3 jam 18 menit, Zverev menang 6-4, 6-4, 4-6, 7-6 (9/7). Ini menjadi pembalasan atas kekalahan Zverev dari petenis muda Spanyol itu pada final ATP Masters 1000 Madrid, salah satu turnamen pemanasan Perancis Terbuka.
Persaingan Djokovic dan Nadal, yang menjadi sorotan sejak undian turnamen dirilis dua pekan lalu, merupakan pertemuan yang ke-59. Dari pertemuan sebelumnya, Djokovic menang 30 kali. Namun, Nadal unggul atas petenis nomor satu dunia itu dalam pertemuan di Roland Garros, yaitu tujuh kali dari sembilan pertandingan.
Keduanya mendapat tiket perempat final melalui cara berbeda pada babak keempat, Minggu. Nadal tiba setelah melalui laga 4 jam 21 menit melawan Felix Auger-Aliassime pada babak keempat hari Minggu. Adapun Djokovic menang lebih cepat atas Diego Schwartzman dalam pertandingan 2 jam 15 menit. Djokovic pun menilai bahwa dia memiliki keuntungan dari kondisi tersebut.
Namun, dalam pertandingan di antara dua sosok yang disebut petenis terbaik sepanjang sejarah (greatest of all time/GOAT) itu, apa yang terjadi pada babak sebelumnya tak berpengaruh apa-apa. Begitu pula dengan kondisi cedera kaki kiri yang kembali dirasakan Nadal dalam dua bulan terakhir.
Baca juga: Skenario ”Big Match” di Perempat Final Terwujud
Itu adalah cedera bawaan akibat pertumbuhan tulang telapak kaki yang tak sempurna, yang mulai terdeteksi sejak remaja. Dengan kondisi itu, Nadal pun berposisi sebagai underdog saat melawan Djokovic, termasuk pada turnamen.
Ketika berbagai kondisi itu tak menjadi rintangan, pemenang di lapangan adalah petenis yang lebih jeli dalam memanfaatkan kesempatan mendapat poin dan yang lebih sedikit melakukan kesalahan. Kemampuan setara diantara Djokovic dan Nadal membuat kesempatan mendapat setiap poin pun berimbang. Beberapa gimbahkanberlangsung lebih dari 10 menit.
Laga di antara dua petenis dengan total 41 gelar Grand Slam (Nadal 21, Djokovic 20) itu pada akhirnya layak disebut final. Sejak gim pertama, ketika Djokovic memegang servis, perebutan setiap poin berlangsung ketat. Gim pembuka yang dimenangi Nadal ini berlangsung 10 menit.
Saya memang emosional dengan momen ini karena ini turnamen terpenting dalam karier saya. Pertandingan tadi sangat berat karena Novak adalah petenis terbaik.
Penonton yang menahan dingin pada suhu udara 15-17 derajat celsius dihangatkan oleh kualitas pukulan tingkat tinggi dari kedua petenis, yang besama petenis Swiss, Roger Federer, dijuluki ”Big Three”, selain Roger Federer tersebut. Nadal banyak mendapat poin dari pukulan down the line yang menyusur garis pinggir dan passing shot ketika Djokovic mencoba menyerang dari depan net.
Adapun Djokovic, yang awalnya kesulitan pada set pertama, mulai mengeluarkan senjatanya berupa backhand silang pada set kedua. Dia juga beberapa kali mengecoh Nadal dengan drop shot. Keduanyajugatangguh dalam bertahan menghadapi pukulan sulit, hal yang sepertinya tak mudah dilakukan petenis lain saat melawan mereka.
Teriakan ”Rafa, Rafa!” turut menghangatkan atmosfer ketika 13 kali juara Perancis Terbuka itu menguasai set pertama. Sementara itu, teriakan ”Nole, Nole!” mulai menggema pada set kedua, yaitu ketika Djokovic menciptakan break point pada posisi 2-3 (15-40) dan merebut servis Nadal dalam gim selama 18 menit.
Setelah mempertahankan servis pada gim berikutnya, Djokovic untuk pertama kalinya unggul dengan skor 4-3. Dia pun melampiaskan emosinya dengan berteriak. Djokovic memenangi set itu setelah tertinggal 0-3 melalui taktik take the ball early yang membuat Nadal tertekan. Di sisi lain, Nadal lebih banyak membuat kesalahan, yaitu 19 unforced error dibandingkan dengan sembilan pada gim pertama.
Baca juga: Paman Toni di Antara Anak Didik dan Keponakannya
Momen terbaik Nadal datang pada set keempat. Dia langsung tertinggal 0-3, 1-4, dan 2-5. Pertandingan pun berpeluang memasuki set kelima ketika Djokovic memegang servis pada gim kesembilan saat unggul 5-3. Namun, Nadal memenangi gim itu, di antaranya, melalui lima winner. Skorbahkanberubah menjadi imbang 5-5 saat Nadal mempertahankan servisnya pada gim kesepuluh.
Nadal, yang dikalahkan Djokovic pada semifinal 2021, membalas kekalahan itu melalui tiebreak. Pada momen kritis ini, dia bisa memanfaatkan situasi saat Djokovic lengah dan banyak membuat kesalahan. Nadal pun menuju semifinal Perancis Terbuka untuk ke-15 kali dari 18 partisipasi.
Atas permainan memukau yang diperagakan kedua petenis, mantan petenis Perancis, Marion Bartoli, membuka wawancara dengan Nadal dengan ucapan terima kasih. ”Kalian adalah petenis juara yang luar biasa. Terima kasih atas pertandingan yang disuguhkan hari ini,” katanya.
”Saya memang emosional dengan momen ini karena ini turnamen terpenting dalam karier saya. Pertandingan tadi sangat berat karena Novak adalah petenis terbaik. Untuk mengalahkannya, saya harus bermain baik sejak poin pertama dan saya senang karena tak menduga dengan level permainan yang saya mainkan,” ujar Nadal, yang mengusap air mata saat awal mengomentari pernyataan Bartoli.
Baca juga: Jalur Kemenangan Para Favorit Juara
Dalam momen tersebut, Nadal pun berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada penonton yang mendukungnya. Semarak teriakan namanya, apalagi saat momen tiebreak, membuat atmosfer pertandingan tersebut lebih terasa seperti pertandingan sepak bola.
Sebelum pertandingan, pelatih Djokovic, Goran Ivanisevic, menilai bahwa laga itu menjadi mimpi yang menjadi kenyataan bagi penonton, tetapi tidak bagi pelatih. Apalagi, terjadi pada perempat final.
”Mereka sudah bertemu 58 kali, jadi sudah benar-benar saling mengenal. Tak banyak rahasia di antara mereka,” ujar juara Wimbledon 2001 itu.
Djokovic mencapai tahap ini setelah meningkatkan level permainannya secara perlahan ketika turnamen tanah liat dimulai pada April. Dia memulainya dengan tersisih pada laga awal ATP Masters 1000 Monte Carlo. Setelah itu, mencapai final ATP 250 Belgrade, semifinal Madrid Masters, hingga menjuarai Roma Masters.
Mereka sudah bertemu 58 kali, jadi sudah benar-benar saling mengenal. Tak banyak rahasia di antara mereka.
”Perjalanan setelah Monte Carlo tak mudah. Namun, Novak adalah orang genius dan orang genius memiliki otak yang berbeda. Setelah itu, semuanya semakin baik. Novak bisa menjaga tubuhnya dengan baik dan masih bisa bermain di level elite beberapa tahun lagi,” kata Ivanisevic, yang sebelum pertandingan bergurau bahwa Djokovic sangat siap meski harus bermain best of ten sets.
Pelatih Nadal, Carlos Moya, juga menyebut petenis yang akan berusia 36 tahun pada 3 Juni itu percaya diri menghadapi laga melawan Djokovic, apalagi, setelah melewati laga sulit pada babak keempat.
Zverev menatap juara
Setelah mengalahkan Alcaraz, Zverev menilai bahwa dirinya telah berada pada jalur untuk juara. Petenis Jerman ini tiga kali mencapai semifinal Grand Slam, termasuk pada Perancis Terbuka 2021, dan tampil pada final Amerika Serikat Terbuka 2020, tetapi selalu kalah.
”Sudah sering saya katakan bahwa saya tidak lagi berusia 21 tahun. Saya berada pada periode saat saya ingin menjuarai Grand Slam. Saat ini, saya memiliki peluang itu,” katanya.
Baca juga: Rune Lengkapi Sensasi Remaja di Roland Garros
Tentang kemenangannya atas Alcaraz, Zverev senang bisa mengalahkan petenis berusia 19 tahun itu dalam empat set. ”Dia salah satu petenis terbaik saat ini, saya harus mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Saya senang tak memberinya kesempatan bermain pada set kelima,” ujarnya.
Adapun Alcaraz menyadari perbedaan atmosfer pada persaingan Grand Slam dan turnamen lain. Grand Slam membuatnya harus lebih tangguh dalam semua faktor. ”Saya harus menjaga fokus, bermain dalam level tinggi selama tiga sampai lima jam,” katanya.
Dari pengalaman inilah, petenis yang tiba di Roland Garros dengan empat gelar juara itu mendapat pelajaran untuk bisa tampil lebih baik pada Grand Slam lain. Selain di Roland Garros, dia pun tampil pada perempat final AS Terbuka 2021, tetapi kalah dari Auger-Aliassime.
”Saya akan mengambil pelajaran dari penampilan di sini karena sebenarnya saya sudah dekat untuk mencapai final, bahkanmenjuarai Grand Slam,” katanya.
Baca juga: Persaingan Generasi Z Tunggal Putri
Dari tunggal putri pada paruh bawah undian, semifinal akan mempertemukan petenis 18 tahun, Cori ”Coco” Gauff dan Martina Trevisan. Coco mencapai semifinal Grand Slam pertama dalam kariernya setelah mengalahkan sesama petenis Amerika Serikat yang lebih senior, Sloane Stephens, 7-5, 6-2. Adapun Trevisan menghentikan petenis remaja lainnya, Leylah Fernandez, 6-2, 6-7 (3/7), 6-3. (AFP/REUTERS)