Kondisi Alam Tak Bersahabat, Babak Eliminasi Ditunda Sehari
Lomba babak eliminasi Championship Tour Liga Selancar Dunia di Banyuwangi, Jawa Timur, ditunda sehari ke hari Senin. Hal itu akibat kondisi cuaca yang tak kunjung bersahabat sepanjang hari Minggu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Panitia Championship Tour Liga Selancar Dunia atau WSL memutuskan lomba babak eliminasi Seri Keenam Championship Tour WSL di Pantai Plengkung atau G-Land, Banyuwangi, Jawa Timur, ditunda dari Minggu (29/5/2022) ke Senin (30/5). Penundaan diakibatkan kondisi alam berupa arah angin yang tak kunjung bersahabat sehingga ombak yang muncul tidak ideal untuk perlombaan. Para peserta tidak kecewa dan terus siap siaga untuk segera berkompetisi kembali saat alam lebih bersahabat.
Dalam keterangan pers resmi, Minggu petang, SVP of Tours and Head of Competition WSL Jessi Milley-Dye menyampaikan, pihaknya memutuskan lomba babak eliminasi yang dijadwalkan pada Minggu ditiadakan. Hal itu karena angin darat yang kuat yang menyebabkan ombak buruk dan tidak memungkinkan peselancar berkompetisi.
Kami terus menanti sampai angin darat itu berbalik, tetapi tak kunjung terjadi. Untuk itu, kami menunda lomba itu ke hari berikutnya dengan harapan kondisi angin lebih kooperatif.
Mereka mempertimbangkan perlombaan itu dialihkan ke Senin mulai pukul 06.45 atau 07.05 dengan syarat arah angin lebih menguntungkan. ”Kami benar-benar bertahan hari ini karena ombaknya lebih besar dengan ketinggi enam hingga delapan kaki (1,8-2,4 meter) yang konsisten. Kami terus menanti sampai angin darat itu berbalik, tapi tak kunjung terjadi. Untuk itu, kami menunda lomba itu ke hari berikutnya dengan harapan kondisi angin lebih kooperatif,” tutur Milley-Dye.
Merujuk laman resmi WSL, seharusnya ada 16 peselancar putra yang tampil dalam delapan heat babak eliminasi dan delapan peselancar putri yang tampil dalam empat heat babak eliminasi. Mereka adalah para peselancar peringkat kedua dan ketiga dari masing-masing heat babak pembuka. Nantinya, kalau keluar sebagai yang terbaik dari masing-masing heat babak eliminasi, bagi peselancar putra akan melaju ke babak 16 besar dan bagi peselancar putri lolos ke perempat final.
Perangkat perlombaan dan para peselancar sudah bersiap sejak Minggu pukul 06.30. Semula, lomba itu dilangsungkan antara pukul 06.45 atau 07.00. Namun, karena cuaca kurang mendukung, lomba ditunda ke pukul 09.00. Sampai pukul 09.00, ternyata cuaca tetap belum lebih baik sehingga lomba ditunda lagi ke pukul 12.30.
Memasuki pukul 12.30, ternyata cuaca pun tetap tak bersahabat sehingga lomba kembali ditunda ke pukul 14.00. Lomba kembali ditunda ke pukul 16.00 ketika cuaca belum juga membaik pada pukul 14.00. Akhirnya, jelang pukul 16.00, lomba diputuskan ditunda ke hari berikutnya.
”Kecepatan angin sebenarnya masih aman, sekitar 8 knots (14,82 kilometer per jam). Hanya saja, arah anginnya tidak bagus, yakni dari barat ke timur. Arah angin itu berlawanan dengan ombak. Idealnya, arah angin itu dari timur ke barat agar ombak yang dihasilkan lebih panjang dan tinggi, sempurna untuk perlombaan,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) Tipi Jabrik.
Peselancar maklum
Para peselancar memaklumi situasi tersebut. Mereka paham betul bahwa alam tidak bisa dikendalikan dan terlalu berbahaya menantangnya. Maka itu, mereka tetap santai dan mengisi waktu yang ada untuk berlatih ringan di perairan yang lebih tenang atau bermain bola di pantai.
Peselancar asal Afrika Selatan, Jordy Smith, salah satunya. Atlet berusia 34 tahun itu terlihat berlatih ringan di kawasan G-Land menjelang petang atau saat angin ataupun ombak lebih tenang. ”Sepanjang hari ini, cuaca lebih berangin dan ombaknya tidak bagus. Itu tidak cukup baik untuk lomba, kualitas ombaknya tidak memungkinkan. Jadi, kami harus menunggu untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik,” tuturnya.
Menurut Smith, salah satu pekerjaan peselancar memang menanti ombak terbaik. Setiap hari, mereka memantau keadaan cuaca. Ketika semuanya ideal, mereka langsung melesat untuk mendapatkan momen tersebut.
”Kami selalu mencoba mendapatkan situasi terbaik, dan itu tidak datang setiap waktu. Saat momen terbaik datang, kami langsung pergi menikmatinya. Untuk itu, kami tidak kecewa dengan hari ini karena pasti datang ombak lebih bagus di hari selanjutnya,” tutur peselancar peringkat ke-12 klasemen sementara WSL tersebut.
Peselancar asal Australia, Connor O’Leary, mengatakan, kalau dipaksakan berlomba di tengah cuaca yang tidak ideal, itu tidak terlalu berbahaya, tetapi membuat kualitas perlombaan menurun. Peselancar tidak mungkin bisa mengeluarkan semua kemampuan atau memperoleh nilai terbaik dalam kondisi tersebut.
”Cuaca seperti ini membuat lomba lebih sulit sehingga kualitasnya tidak sempurna. Sekarang, mari menunggu situasi lebih baik agar lomba berjalan lebih mulus,” ucap peselancar peringkat ke-18 klasemen sementara WSL tersebut.