Salah satu kekuatan Enea Bastianini adalah menjaga ban tidak cepat aus untuk menyerang di "lap-lap" akhir dan finis terdepan. Dia bak legenda sepak bola Italia, Renato Cesarini, yang kondang dengan gol-gol "injury time".
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER
Pebalap Gresini Racing asal Italia, Enea Bastianini, merayakan kemenangannya pada balapan MotoGP seri Perancis di Sirkuit Le Mans, 15 Mei 2022 lalu.
SCARPERIA E SAN PIERO, SELASA – Tiga kemenangan Enea Bastianini dalam balapan MotoGP musim ini bak gol-gol krusial Renato Cesarini yang kerap dia cetak dalam menit-menit akhir laga sepak bola. Gelandang klub Juventus di era 1930-an itu pun menciptakan istilah "Zona Cesarini" karena gol-golnya sangat penting dalam persaingan juara. Kini, Italia memiliki "Zona Bastianini" di ajang MotoGP berkat kelihaiannya menghemat ban untuk merebut kemenangan di lap-lap akhir balapan.
Tiga kemenangan Bastianini di Lusail, Austin, dan Le Mans, selalu diraih melalui serangan dalam beberapa putaran terakhir balapan. Dia bak hewan buas yang sabar menunggu mangsanya lengah, sebelum melancarkan sergapan mematikan. Itulah yang dilakukan pebalap berjuluk "Bestia" alias "Si Buas" itu dengan menjaga jarak dari para pebalap depan untuk menghemat ban.
Setelah memasuki sepuluh hingga lima putaran terakhir, Bestia mulai menaikan kecepatan untuk menjemput kemenangan. "Di dalam sepak bola ada zona Cesarini. Sekarang, telah lahir zona Bastianini di MotoGP," ungkap Carlo Pernat, manajer Bastianini kepada La Gazzetta dello Sport.
Pernat adalah manajer yang dikenal jeli melihat bakat-bakat balap Italia. Sejumlah pebalap yang pernah dia orbitkan adalah Loris Capirossi, Marco Simoncelli, dan Andrea Iannone. Dia menjadi manajer Bastianini sejak 2018 dan meletakan fondasi yang solid bagi pebalap muda itu untuk masuk ke MotoGP.
AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER
Pebalap Gresini Racing, Enea Bastianini, memimpin jalannya balapan MotoGP seri Perancis di Sirkuit Le Mans, 5 Mei 2022 lalu. Ia memenangi balapan itu.
Langkah pertama yang dia lakukan adalah memberi lebih banyak waktu untuk belajar dengan menempatkan kembali Bastianini di kelas Moto3 pada 2018. Musim itu adalah yang kelima bagi Bastianini di Moto3. Musim itu dijadikan Pernat untuk mengembalikan talenta Bastianini yang sempat meredup.
Potensi Bastianini bersinar terang setelah dia promosi ke Moto2 pada 2019 dan meraih gelar juara pada 2020. Pebalap kelahiran Rimini, Italia, itu kemudian promosi ke MotoGP membela Avintia Esponsorama. Musim pertamanya tidak mulus karena Ducati Desmosedici GP19 terlalu liar sehingga sulit dikendalikan. Kemampuan dia sebenarnya baru muncul di awal musim ini, setelah memacu Desmosedici GP21 yang bertenaga, tetapi jauh lebih stabil dibandingkan GP19.
Karakter lengkap
Selain faktor motor, Pernat menilai, Bastianini memiliki karakter yang lengkap, yaitu perpaduan ketenangan Andrea Dovizioso dan bakat Andrea Iannone. "Kemudian, dia orang yang kalem, ramah, yang membuat dia dicintai oleh tim. Dia juga tidak segan mengakui kesalahan ketika membuat kesalahan, seperti yang dia lakukan di Portugal (terjatuh di putaran ke-9)," ungkap manajer asal Italia itu.
"Kelemahan dia adalah saat start serta kualifikasi. Dia sering start dari posisi jauh di belakang sehingga harus berjuang untuk memperbaiki posisi. Namun, dalam musim dingin lalu, dia bekerja keras dalam hal itu dan hasilnya mulai terlihat. Dia masih memiliki kekurangan dalam hal tertentu, tetapi itu hanya masalah waktu," ujar Pernat menambahkan.
AFP/GETTY IMAGES/MIRCO LAZZARI
Pebalap Italia yang membela tim Gresini Racing, Enea Bastianini, merayakan keberhasilannya memenangi balapan MotoGP di Sirkuit Amerika, Texas, Amerika Serikat, Senin (11/4/2022) dini hari WIB.
"Kemudian, kekuatan dia adalah kemampuan untuk menjaga ban tidak cepat aus, sehingga menjelang akhir balapan dia sering bisa mengubah pace," ungkap Pernat.
Performa Bastianini itulah yang membuat dirinya dinilai sebagai kandidat terkuat untuk menjadi rekan setim Francesco "Pecco" Bagnaia di tim pabrikan Ducati, menggantikan Jack Miller. Dia juga mengungguli Jorge Martin, pebalap Pramac Racing, yang awalnya menjadi kandidat kuat pengganti Miller.
Kekuatan dia adalah kemampuan untuk menjaga ban tidak cepat aus, sehingga menjelang akhir balapan dia sering bisa mengubah pace. (Carlo Pernat)
Persaingan untuk menjadi rekan setim Pecco mulai musim 2023 akan mencapai titik krusial dalam balapan di Sirkuit Mugello, Italia, akhir pekan ini. Jika Bastianini mampu mengulang performa briliannya di Le Mans dalam balapan di Mugello, status pebalap tim pabrikan akan ada dalam genggamannya.
"Ducati ingin melihat lebih banyak balapan untuk menentukan pilihan. Saya cepat, tetapi pebalap Ducati lainnya juga cepat. Saya tidak tahu apakah tahun depan saya akan menjadi bagian dari tim pabrikan Ducati. Saat ini, masih terlalu dini untuk memahami itu," ujar Bastianini kepada MotoGP, Selasa (24/5).
AP PHOTO/ERIC GAY
Pebalap tim Gresini, Enea Bastianini (23), dan pebalap tim Suzuki, Alex Rins (42), memacu motor mereka pada sesi latihan ketiga MotoGP seri Amerika Serikat, Sabtu (9/4/2022) di Sirkuit Amerika.
Bastianini enggan terlalu memikirkan posisinya musim depan dan memiliih fokus pada target musim ini. "Target kami saat ini adalah tetap berusaha berada dalam lima besar. Akan tetapi, target bisa berubah seiring berjalannya musim. Anda harus selalu berusaha berada di depan, berusaha lebih keras di setiap balapan. Sekarang, supaya bisa konsisten, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Beberapa orang mengatakan saya harus menekan lebih keras. Tetapi, saya akan tetap balapan dengan rileks karena dengan seperti itu saya bisa balapan dengan baik, fokus, menikmati balapan, tidak selalu kerja, kerja, kerja," ungkap pebalap berusia 24 tahun itu.
Bastianini memang masih perlu memperbaiki konsistensi di setiap balapan karena dalam tujuh seri yang telah berjalan, dia tiga kali menang. Akan tetapi, empat balapan lainnya ia finis di posisi ke-11, 10, 8, serta sekali gagal finis. Oleh karena itu, meskipun menjadi pebalap dengan jumlah kemenangan terbanyak, ia kini menempati urutan ketiga klasemen dengan 94 poin, terpaut delapan poin dari Fabio Quartararo di puncak klasemen.
Namun, bagi Pernat, performa yang ditunjukan oleh Bastianini musim ini sudah kuat untuk menjadikan dirinya pebalap tim pabrikan musim depan. "Saya harap seperti itu. Dia layak untuk itu. Perusahaan besar membuat rencana jauh di depan dan saya pikir Ducati memiliki pemikiran untuk mempromosikan Martin. Itu baik-baik saja terkait dengan pemasaran dan sebagainya. Akan tetapi, di sini kita menjalani balapan dan poin yang dihitung," tegas Pernat.
Jika Ducati tetap memilih Martin sebagai rekan setim Bagnaia atau bahkan mempertahankan Miller, Pernat sudah menyiapkan rencana cadangan. Dia memasukan klausul agar Bastianini mendapatkan perlakuan yang sama dengan pebalap pabrikan untuk kontrak baru musim 2023-2024. Jika permintaan itu disetujui oleh Ducati, maka Bastianini akan mendapatkan motor spesifikasi pabrikan meskipun musim depan tetap berada di Gresini Racing.