Setahun setelah momen buruk Perancis Terbuka, Naomi Osaka kembali ke Roland Garros. Dia akan bertemu lawan berat pada babak pertama, tetapi tantangan itu dihadapinya dengan tenang.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Naomi Osaka bermimpi akan melawan Iga Swiatek pada babak pertama Grand Slam Perancis Terbuka. Mimpi buruk itu tak terjad, meski lawannya tak lebih mudah untuk dikalahkan, yaitu Amanda Anisimova. Laga itu akan menjadi salah satu big match pada babak pertama di Roland Garros, Paris.
Amanda Anisimova, petenis Amerika Serikat berusia 20 tahun, adalah petenis yang mengalahkan Osaka pada babak ketiga Australia Terbuka di Melbourne Park, Januari. Osaka kalah 6-4, 3-6, 6-7 (5-10) setelah dia mendapat dua match point lebih dulu pada gim ketiga.
Maka, ketika Wim Fisette bercerita bahwa Anisimova akan menjadi lawan pertama pada Perancis Terbuka, 22 Mei-5 Juni, Osaka mengira pelatihnya itu bergurau. Dengan peringkat ke-38 dunia saat ini, Osaka memang harus bersiap bertemu unggulan sejak babak pertama.
Ajang Grand Slam, yang terdiri atas 128 pemain di nomor tunggal putra dan putri, menempatkan 32 atlet sebagai unggulan. Undian pun menempatkannya bertemu Anisimova sebagai unggulan ke-27.
”Saya bersyukur mimpi saya tidak menjadi kenyataan, yaitu bertemu Iga pada babak pertama. Itu bisa menjadi skenario terburuk bagi saya sebagai non-unggulan. Tetapi saat tahu harus melawan Amanda, saya pikir Wim bercanda,” tutur Osaka.
Swiatek memang menjadi petenis yang ditakuti pada tahun ini. Dia mendominasi persaingan pada level teratas dengan menjuarai lima turnamen beruntun sejak Februari. Petenis nomor satu dunia itu tiba di Paris berbekal 28 kemenangan beruntun.
Kekalahan Osaka di Melbourne Park membuatnya gagal mempertahankan gelar Australia Terbuka. Dia bekerja keras menghadapi Anisimova yang memiliki pukulan penuh tenaga. Anisimova membuat 46 winner pada pertandingan itu, sedangkan Osaka dengan 21.
Saat itu, Anisimova mengatakan bahwa dia harus menaikkan level permainan dan tampil agresif untuk mendapat peluang menang atas Osaka. Hal itu pula yang harus diwaspadai Osaka di Roland Garros meski pertandingan berlangsung di jenis lapangan berbeda.
Persaingan di Melbourne Park, yang merupakan pertemuan pertama mereka, berlangsung di lapangan keras yang membuat pertandingan berjalan dengan irama cepat. Sebaliknya, lapangan tanah liatseperti di Roland Garrosberkarakter lambat.
Sejak tampil di Perancis Terbuka pada 2017, Anisimova pernah mencapai semifinal, yaitu pada 2019, sedangkan Osaka tak pernah bisa melewati babak ketiga sejak debut pada 2016. Lapangan tanah liat dan lapangan rumput, yang menuntut kemampuan khusus dalam bergerak, menjadi kendala Osaka yang telah meraih empat gelar Grand Slam di lapangan keras.
Mantan petenis nomor satu dunia itu juga memiliki memori buruk pada Perancis Terbuka 2021 yang sempat dibahas kembali pada konferensi pers menjelang turnamen tahun ini. Tahun lalu, Osaka mundur menjelang babak kedua karena menolak menghadiri konferensi pers yang diwajibkan untuknya. Belakangan, dia bercerita mengalami gangguan kesehatan mental ketika harus berhadapan dengan pers dan publik.
”Saya tak akan bohong, sebelum datang ke sini, saya gugup karena pasti akan menghadapi pertanyaan tentang tahun lalu. Saya takut akan membuat orang tersinggung, tetapi ternyata semua bersikap positif. Kejadian tahun lalu tentu masih ada di kepala saya, tetapi saya tak ingin membahasnya. Saya rasa, saat ini saya baik-baik saja,” katanya.
Saya bersyukur mimpi saya tidak menjadi kenyataan, yaitu bertemu Iga pada babak pertama. Itu bisa menjadi skenario terburuk bagi saya sebagai non-unggulan.
Berhadapan dengan wartawan untuk pertama kalinya di Roland Garros pada tahun ini, Osaka bersikap tenang. Sesekali, ada jeda pada pernyataannya untuk mencerna pertanyaan dan merangkai kata yang akan disampaikan. Acara selama 18 menit itu juga diselingi canda.
Setelah kesulitan tampil konsisten pada tiga turnamen awal 2022, Osaka menembus final WTA 1000 Miami. Meski kalah dari Swiatek, perjalanan tersebut mulai membangkitkan kepercayaan dirinya. Apalagi, Osaka akhirnya bekerja sama dengan psikolog untuk mengatasi kendala mental.
Meniru Nadal
Memasuki persaingan di lapangan tanah liat, sejak April, dia mempersiapkan diri, salah satunya dengan mempelajari cara Rafael Nadal bergerak. Salah satu yang dia tiru adalah berusaha mengembalikan servis dengan forehand saat berada di ad court, atau sisi kiri lapangan, meski lawan meluncurkan bola ke arah backhand Osaka. Untuk melakukan itu, Osaka bergerak beberapa langkah ke kiri agar mendapat ruang untuk melancarkan forehand keras.
Selain itu, petenis berusia 24 tahun itu membawa pola pikir bahwa apa yang dilakukannya di lapangan kerasjugabisa dilakukan di lapangan tanah liat. Hal itu dilakukannya untuk mengatasi keraguan bersaing di lapangan yang permukaannya terbuat dari tumbukan batu bata tersebut.
Dia pun berusaha menjaga pikiran positifnya meski tiba di Roland Garros dengan cedera achilles (antara betis dan tumit) yang dirasakan pada turnamen WTA 1000 Madrid, dua pekan lalu.
”Tak ada alasan bagi saya untuk tidak bermain. Masalah kecil, menurut saya, tidak usah dibesa-besarkan. Apalagi, ini adalah Grand Slam. Saya selalu menontonnya di TV sejak kecil. Jadi, mendapat kesempatan bermain di sini adalah kehormatan bagi saya,” katanya. (AP/AFP)