Setelah menjuarai Australia Terbuka 2021, Naomi Osaka bergelut dengan masalah psikologis. Dia pun baru kembali ke final turnamen dalam rentang 15 bulan setelah juara di Melbourne Park, Januari 2021 lalu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MIAMI, KAMIS - Naomi Osaka berhadapan dengan lawan yang paling menantang pada semifinal turnamen ATP Masters/WTA 1000 Miami, Belinda Bencic. Namun, dengan kepercayaan diri dan penampilan terbaiknya pada musim ini, Osaka menang dan akan tampil dalam final di Miami untuk pertama kalinya.
Final melawan Iga Swiatek akan menjadi final pertama Osaka pada tahun ini. Dia akan menjalaninya setelah mengalahkan Bencic, 4-6, 6-3, 6-4, pada semifinal di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Kamis (31/3/2022) siang waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Adapun Swiatek mengalahkan Jessica Pegula, 6-2, 7-5. Final di Miami menjadi final ketiga beruntun Swiatek pada turnamen WTA 1000, dalam rentang 1,5 bulan, setelah menjuarai turnamen di Doha dan Indian Wells.
Osaka tengah menapaki kembali perjalanan ke permainan terbaiknya setelah terakhir kali menjadi juara di ajang Grand Slam Australia Terbuka 2021. Setelah itu, dia kehilangan konsistensi yang seringkali disebabkan masalah psikologis.
Momen pertama yang membuatnya harus mengakui mengalami gangguan kesehatan mental adalah ketika menolak konferensi pers di Perancis Terbuka, Grand Slam yang selalu memberinya hasil buruk. Dia mundur dari itu turnamen setelah memenangi babak pertama.
Sejak saat itu, dia terlihat tak pernah nyaman berada di lapangan hingga gagal mempertahankan gelar juara AS Terbuka 2020 dan Australia Terbuka 2021. Dalam turnamen WTA 1000 Indian Wells, dua pekan lalu, tekanan psikologisnya bertambah. Dia menangis ketika mendengar ejekan penonton saat menjalani babak kedua, lalu kehilangan fokus pada pertandingan, lalu kalah.
Namun, selama bersaing di Miami, penampilannya berbeda. Raut wajah dan bahasa tubuhnya memperlihatkan kepercayaan diri yang berpengaruh pada permainannya. Secara perlahan, dia belajar mengatasi tekanan psikologis dengan bantuan terapis atas saran kakaknya, Mari Osaka, dan tim pelatih.
Saya pun harus terus menyemangati diri, apalagi saya tak melakukan banyak pertandingan seperti petenis lain. Jadi, saya harus terus belajar mengatasi tekanan. (Naomi Osaka)
Saat melawan Bencic misalnya, Osaka membuat 18 as, jumlah terbanyak dalam satu pertandingan pada tahun ini. Sebelumnya, as terbanyak tahun ini dimiliki Ashleigh Barty, sebanyak 17 as, saat tampil dalam perempat final ATP 250 Adelaide, salah satu turnamen pemanaan Australia Terbuka, Januari. Barty menjuarai Australia Terbuka yang merupakan penampilan terakhirnya sebelum mengumumkan pensiun, pekan lalu.
Kemenangan di Miami menjadi yang pertama bagi Osaka dari Bencic dalam turnamen Tur WTA setelah tiga kali kalah. Satu-satunya kemenangan lain pemain Jepang itu atas Bencic didapat saat mereka bersaing pada turnamen Federasi Tenis Internasional (ITF) 2013 saat Osaka berusia 15 tahun dan Bencic 16 tahun.
Ketika Osaka meninggalkan turnamen Indian Wells sambil menangis karena sedih, kali ini dia menangis karena terharu atas dukungan penonton yang membawanya bisa tampil di final. “Terima kasih untuk semuanya. Atmosfer di sini sangat luar biasa. Saya menangis lagi, itu karena turnamen ini sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Setelah kehilangan set pertama, Osaka mengatakan, dia sempat berpikir akan kalah. “Saya pun harus terus menyemangati diri, apalagi saya tak melakukan banyak pertandingan seperti petenis lain. Jadi, saya harus terus belajar mengatasi tekanan,” katanya.
Dengan final yang akan dijalani pada Sabtu waktu setempat, Osaka berpeluang meraih gelar juara WTA 1000 untuk ketiga kalinya setelah Indian Wells 2018 dan Beijing 2019. Dia pun seharusnya tampil pada final Cincinnati 2020, tetapi mundur sebelum melawan Victoria Azarenka.
Posisi ke-77 dalam peringkat dunia menempatkan Osaka sebagai finalis tunggal putri berperingkat terendah setelah Kim Clijsters yang juara pada 2005 dengan ranking ke-38. Osaka akan naik ke peringkat
ke-35 dengan tiket finalnya dan bisa kembali ke posisi 30 besar dunia jika juara.
Dua semifinal beruntun
Pada tunggal putra, petenis Spanyol berusia 18 tahun, Carlos Alcaraz, akan tampil dalam semifinal dua kali beruntun pada turnamen ATP Masters 1000. Setelah lolos ke semifinal Indian Wells, kali ini, dia akan tampil di Miami. Pada perempat final, Alcaraz mengalahkan Miomir Kecmanovic, 6-7 (5), 6-3, 7-6 (5), dan akan berhadapan dengan juara bertahan, Hubert Hurkacz, pada babak berikutnya. Hurkacz mengalahkan unggulan teratas, Daniil Medvedev, 7-6 (3), 6-3.
Kemenangan Hurkacz menggagalkan Medvedev, yang membutuhkan kemenangan pada perempat final, untuk menggeser kembali Novak Djokovic dari puncak peringkat dunia.
“Bagi saya, yang lebih penting adalah memenangi pertandingan dibandingkan menjadi nomor satu dunia. Jadi, sebenarnya, saya tidak merasakan tekanan pada pertandingan tadi. Saya hanya merasa kelelahan dan pusing. Mungkin karena cuaca panas,” tuturnya dalam laman resmi ATP. (afp/reuters)