Atlet Debutan Kibarkan Merah Putih di Vietnam
Sejumlah atlet muda Indonesia menunjukkan pesona dan daya juangnya saat menjalani debut SEA Games di Vietnam. Sebagian atlet itu, seperti Alisya M, bahkan membuat Merah Putih berkibar.
HANOI, KOMPAS — SEA Games Vietnam 2021, pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara, menjadi panggung regenerasi prestasi Indonesia. Sejumlah atlet muda nasional bahkan mampu menyumbangkan medali untuk kontingen ”Merah Putih” pada debutnya di SEA Games.
Pada cabang wushu, misalnya, atlet muda Alisya Mellynar (20) tampil mengejutkan. Atlet yang menjalani debut SEA Games di Vietnam itu ”mencuri” medali emas pada nomor taijiquan dalam pertandingan di Cau Giay Gymnasium, Hanoi Vietnam, Sabtu (14/5/2022).
Raihan emas perdana wushu di SEA Games 2021 itu sekaligus memupus kekhawatiran soal regenerasi atlet di nomor taiji cabang itu seusai ditinggal Lindswell Kwok, pengoleksi lima medali emas SEA Games yang pensiun pada 2018. Alisya tampil bak ”titisan” Lindswell.
Baca juga: Taklukkan Trauma dan Keraguan, Nandhira Mauriskha ”Mencuri” Medali Wushu
Padahal, sebelum bertanding di Hanoi, Alisya merasa minder. Dia kurang percaya diri karena menghadapi atlet senior level internasional. Sekitar enam bulan lalu, dia masih bersaing di Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Lompatan besar itu nampak menakutkan baginya.
Ketenangannya, yang sempat diragukan, ternyata justru menjadi kunci baginya meraih emas dan mengibarkan Merah Putih di podium tertinggi. Ia menghasilkan nilai tertinggi, 9,71, dengan mengungguli atlet Filipina, Agatha C Wong, yang meraih perak dengan nilai 9,69.
”Awalnya, saya insecure (kurang percaya diri). Ini kan pertandingan pertama untuk saya, apalagi (atlet) yang lain sudah punya nama. Jadi, tidak biasa. Tetapi, pelatih bilang tampil lepas saja, nothing to lose. Toh, hasil sudah diatur Tuhan. Tinggal bagaimana kita menjalaninya,” tutur atlet asal Jawa Timur itu di Hanoi.
Alisya juga mengungkapkan alasan lainnya dia bisa tampil tenang pada pertandingan penting dalam hidupnya itu. ”Jadi, sebelum masuk (arena), aku coba bicara ke diri sendiri. Alis yakin, Alis bisa. Mengulang-ulang itu saja. Ternyata, nilai yang didapat melebihi ekspektasi. Aku sendiri terkejut karena aku kan orang baru,” ujarnya.
Jangankan tampil di depan ribuan penonton dari negara lain, atlet yang tampak lugu itu bahkan sempat stres ketika menjalani tes doping, prosedur rutin atlet seusai bertanding. Dia berada sekitar dua jam di ruang uji doping.
Dia masih belum keluar ketika seluruh atlet lainnya sudah pulang. Setelah keluar dari ruangan, dia mengaku cemas sehingga tidak bisa buang air kecil untuk sampel doping. Hal itu seperti memperlihatkan keluguan dan minimnya pengalaman tanding sang debutan.
Tampil bak veteran
Uniknya, keluguan itu justru tidak terlihat di arena laga. Dia tampil bak atlet veteran yang telah banyak mengoleksi medali emas. Dia bersinar ketika atlet wushu senior dan andalan, seperti Edgar Xavier Marvelo, justru belum mampu menyumbang medali di Vietnam.
Tampil di nomor taiji, yang merupakan jurus berkarakter lemah lembut, Alisya mampu mengontrol tenaganya dengan sangat baik. Pukulan dan tendangan darinya tampak bertenaga, tetapi tidak sampai menghilangkan kesan anggun. Dia bergerak mengikuti irama musik. Saat tempo musik pelan, dia bergerak lemah lembut, seperti sedang mengontrol udara.
Kalau hanya satu, tidak ada persaingan. Tidak ada yang memacu. Atlet itu akan berpikir dia yang terbaik. Jangan sampai seperti Lindswell lagi yang berjuang sendirian. (Iwan Kwok)
Ketika tempo musik tiba-tiba cepat, di beberapa bagian, Alisya langsung mengerahkan lebih banyak tenaga dalam gerakannya. Dia juga memperlihatkan kekuatan fondasi kakinya. Dia mengangkat satu kaki hingga ke wajahnya dengan perlahan, tanpa goyah.
Dia seperti berada dalam dunia sendiri di atas matras. Waktu pun seolah-olah berputar lebih lambat dan cepat, menyesuaikan gerakan tubuhnya. Sang debutan telah ”menetas” di Cau Giay Gymnasium, menjadi bintang baru wushu Indonesia.
Alisya bangga bisa mengikuti jejak Lindswell untuk meraih emas di SEA Games. Dia mengidolakan sang pewushu legendaris Indonesia itu. Kata Alisya, Lindswell tidak hanya menginspirasinya. Lindswell juga hadir saat uji coba terakhir tim wushu. ”Ada masukan (dari Lindswell) yang bikin aku lebih tenang,” ujar juara dunia yunior taijiquanpada 2018 itu.
Baca juga: Debut Penuh Pelajaran bagi Abiyu Rafi di Vietnam
Iwan Kwok, manajer tim wushu Indonesia, bercerita, Alisya baru bergabung di pelatnas, setahun terakhir. Dia berangkat ke SEA Games 2021 berkat prestasi emas di PON. ”Untuk level Alisya, itu sudah yang terbaik. Tidak ada kesalahan. Padahal, lawannya yang lebih senior saja membuat kesalahan,” ujar kakak Lindswell itu.
Kata Iwan, Alisya bisa menjadi penerus Lindswell. Kedua atlet putri itu punya sifat sama, yaitu lemah lembut di luar lapangan. Sifat itulah yang tecermin ketika bertanding. Nomor taiji pun mengutamakan gerakan tenang dan mengalir.
Namun, Iwan berharap program tim wushu didukung pemerintah. Mereka ingin menciptakan lebih banyak atlet berbakat baru di masa depan. Dengan demikian, tim tidak hanya mengandalkan Alisya. Wushu adalah salah satu olahraga yang masuk prioritas Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
DBON merupakan arah kebijakan baru pembinaan olahraga dari pemerintah. Melalui kebijakan itu, Indonesia ditargetkan menembus peringkat lima besar Olimpiade 2044.
Jadi batu loncatan
Selain perbaikan pembinaan atlet, paradigma mengirimkan kontingen ke ajang olahraga internasional pun diubah. SEA Games misalnya, tidak lagi jadi target utama prestasi, tetapi batu loncatan menuju ajang yang lebih tinggi, seperti Asian Games dan Olimpiade.
Baca juga : Berharap pada Paradigma Baru
Maka dari itu, SEA Games menjadi kesempatan atlet-atlet muda untuk mulai berkembang di level internasional. ”Kalau hanya satu atau dua lapis (atlet) tidaklah cukup. Minimal empat lapis. Jadi, kami bisa benar-benar memilih yang terbaik. Kalau hanya satu, tidak ada persaingan. Tidak ada yang memacu. Atlet itu akan berpikir dia yang terbaik. Jangan sampai seperti Lindswell lagi yang berjuang sendirian,” ungkap Iwan.
Meskipun telah meraih emas, Alisya belum puas dengan pencapaiannya. Dia tidak ingin performa baiknya, kemarin, mengganggu penampilannya di nomor taijijianatau taiji dengan senjata, Minggu (15/5/2022) ini. ”Harus tetap fokus,” ujarnya.
Kalahkan Malaysia
Penampilan yang tidak kalah membanggakan juga diperlihatkan Achad Imam Maruf, atlet debutan yang turun di cabang tenis. Tampil di nomor beregu putra, yaitu versus Malaysia pada babak semifinal, kemarin, Achad mampu menjawab kepercayaan yang diberikan timnya.
Tampil di laga pembuka yang penuh beban, ia tetap tenang. Ia pun mengalahkan lawannya, M Aiman bin Hamdan, 7-6(4), 2-6, 6-4. Pada laga babak itu, petenis senior Indonesia, Christopher Rungkat, tidak diturunkan untuk disimpan tenaganya. Namun, mereka tetap mampu lolos ke final.
Saya hanya berusaha menikmati pertandingan, tampil tanpa beban. (Achad I Maruf)
Achad dan kawan-kawan kini tinggal selangkah lagi meraih medali emas. Di final, mereka akan menghadapi Thailand. ”Saya hanya berusaha menikmati pertandingan, tampil tanpa beban,” ujarnya tentang resepnya memenangi laga itu.
Di senam, atlet debutan lainnya, Ameera Hariadi (16), juga memamerkan potensinya. Ia tampil percaya diri di semua alat dan berhasil menyelesaikan gerakan tanpa terjatuh. (IYA)