Natasya Beteyob Menahan Sakit demi Berkilau di Vietnam
Satu bakat alami angkat besi muncul dari bumi Papua. Atlet muda angkat besi Papua, Natasya Beteyob, adalah ”mutiara” terpendam yang mencoba menunjukkan kemilaunya di SEA Games 2021 Vietnam.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Natasya Beteyob (21) adalah bakat angkat besi yang ditemukan di ”belantara” Papua. Ibarat keramik indah yang ditempa panasnya api, ia pernah mengalami rasa sakit latihan dan kegagalan sebelum akhirnya ditunjuk menjadi wakil Indonesia di SEA Games Vietnam 2021.
Menariknya, perkenalan pertama Natasya dengan angkat besi bukanlah terjadi di sasana atau klub, melainkan di lapangan sepak bola. Natasya, yang saat itu berusia 14 tahun, tengah khusyuk bermain bola bersama teman-temannya di sebuah lapangan di Kota Jayapura. Tanpa disadari, sepasang mata seorang paruh baya menatap mereka dari kejauhan. Ia melihat anak-anak itu dengan saksama, khususnya Natasya.
Karena malam sudah datang menjelang, mereka pun bergegas pulang. Sebelum Natasya meninggalkan lapangan, orang paruh baya itu menghampirinya. Rupanya, ia tertarik dengan Natasya yang dianggap memiliki potensi besar menjadi lifter.
Ia menawari Natasya berlatih angkat besi di klub miliknya. Natasya tertegun menerima tawaran tersebut. Meski terkejut, Natasya mencoba untuk berlatih di tempat latihan milik bapak tersebut, keesokan harinya.
”Awalnya, saya tidak mau, tetapi, ya, coba saja. Sewaktu latihan pertama itu saya capek sekali dan badan rasanya sakit semua. Namun, hari demi hari, (saya) semakin tertarik dengan angkat besi,” kata Natasya saat ditemui di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI), Jakarta, Senin (25/4/2022).
Pengalaman merasakan sakit di sekujur tubuh dan kelelahan saat pertama kali berlatih angkat besi sempat membuat Natasya tidak betah. Ia kemudian berpikir untuk tidak lagi mencoba berlatih angkat besi.
Natasya diminta bersabar dan tetap berlatih. Menurut sang bapak, sakit yang dirasakan anak asuhnya itu adalah hal wajar sebagai murid baru yang berlum pernah berlatih angkat besi sebelumnya. Dengan tetap berlatih rutin, tubuh Natasya akan lekas terbiasa. Namun, apabila latihan itu langsung dihentikan, rasa sakit di tubuhnya justru akan menetap lama.
Kehilangan waktu bermain
Selain sakit dan lelah, hal lain yang membuat Natasya tidak betah pada masa awal mencoba berlatih angkat besi adalah hilangnya waktu bermain bersama teman-teman sebaya. Sore hari di lapangan bola, ketika bertemu bapak tersebut, menjadi waktu terakhirnya menikmati kesenangan bermain. Setelah itu, hidup Natasya diisi dengan latihan dan latihan.
Gairah dan jiwa kompetitifnya kembali muncul. Ia lantas termotivasi untuk terus berlatih, tidak meninggalkan angkat besi saat menemui kegagalan.
Meski lelah dan kehilangan waktu bermain, Natasya tetap bertahan dan menggeluti angkat besi, apalagi orangtua dan enam saudaranya mendukungnya. Setelah beberapa tahun berlatih, Natasya mengikut ajang pra-Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016. Akan tetapi, ia tidak lolos.
”Kegagalan bertanding di PON 2016 sempat membuat saya putus asa. Karena gagal ikut pemusatan latihan untuk persiapan PON itu, saya menganggur dua tahun. Tidak berlatih sama sekali. Hanya fokus sekolah,” ujarnya.
Bak berjodoh dengan angkat besi, Natasya lantas diminta mengikuti tes masuk ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Papua. Ia lolos seleksi. Pada 2017, ia berkesempatan mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas).
Di Popnas, Natasya mendengar kawan dan lawannya sudah sempat mengikuti kejuaraan-kejuaraan besar. Gairah dan jiwa kompetitifnya kembali muncul. Ia lantas termotivasi untuk terus berlatih, tidak meninggalkan angkat besi saat menemui kegagalan. Karier Natasya terus berkembang hingga akhirnya lolos PON 2020 mewakili Papua dan menyabet medali perak di kelas 55 kilogram dengan total angkatan 186 kg, yaitu terdiri dari snatch 83 kg dan clean and jerk 103 kg.
Bakat alami
Prestasi di PON Papua itu mengantarkan Natasya masuk ke Pelatnas PB PABSI. Menurut Pelatih Kepala Angkat Besi PB PABSI Dirdja Wihardja, Natasya memiliki bakat alami. Kemampuan terbesar dan yang paling menonjol dari Natasya adalah kekuatannya (power) yang amat besar. Meski memiliki kekuatan angkatan yang melebihi atlet seusianya, teknik dan kematangan penampilan Natasya masih harus terus diasah.
”Ketika tiba pertama kali di pelatnas tahun ini, Natasya masih sangat kurang di teknik. Itu pelan-pelan kami perbaiki sehingga sepadan dengan bakat power-nya dia,” kata Dirdja.
Natasya diproyeksikan sebagai lifter masa depan Indonesia dan digadang-gadang menjadi penerus legenda angkat besi Indonesia, Lisa Rumbewas, yang juga sama-sama berasal dari Papua. Lisa adalah peraih medali perak di dua edisi Olimpiade, Sydney 2000 dan Athena 2004.
Jalan Natasya untuk mengejar atau melampaui prestasi Lisa tentu masih sangat jauh. Namun, pelan-pelan, ia berusaha menyamai Lisa. SEA Games Vietnam pun akan menjadi batu lompatan Natasya untuk mencapai itu semua.