Indonesia bermimpi meraih emas dari angkat besi di Olimpiade Paris 2024. Potensi meraih mimpi itu ada di diri para lifter muda potensial. Namun, Indonesia mesti bekerja keras untuk meraih ambisi tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Indonesia memiliki mimpi besar meraih lebih dari satu medali emas dari cabang selain bulu tangkis pada Olimpiade Paris 2024. Mimpi itu berpeluang terwujud lewat angkat besi yang saat ini mempunyai sejumlah lifter muda potensial. Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) harus memelihara dengan baik para lifter itu agar mereka tidak layu sebelum berkembang.
Olimpiade Tokyo 2020 bisa disebut sebagai panggung pertunjukan para lifter muda Indonesia. Dua dari tiga medali angkat besi yang diraih tim ”Merah Putih” disumbangkan dua lifter yang baru beranjak ke level senior, yakni Rahmat Erwin Abdullah (21) dan Windy Cantika Aisah (19). Erwin meraih perunggu dari kelas 73 kilogram putra, sementara Windy merebut perunggu dari kelas 49 kg putri di Tokyo.
Capaian Rahmat dan Windy di Tokyo bisa disebut kejutan. Rahmat, yang menjadi peserta termuda, secara sensasional meraih perunggu dari persaingan di Grup B.
Prestasi itu amat jarang terjadi. Terakhir kali lifter merebut medali dari Grup B adalah Om Yun-chol, atlet asal Korea Utara, yang membawa pulang emas kelas 56 kg Olimpiade London 2012.
Sementara Windy menjadi salah satu dari dua peserta yang belum genap berusia 20 tahun di kelasnya. Secara keseluruhan, Rahmat ataupun Windy bukan unggulan untuk meraih medali di Olimpiade karena minimnya pengalaman bertanding dan prestasi di tingkat senior.
Senjata rahasia
Namun, lifter muda potensial Indonesia bukan hanya Rahmat dan Windy. Indonesia masih memiliki sejumlah lifter muda yang bisa menjadi ”senjata rahasia” mewujudkan mimpi meraih medali emas Olimpiade selain dari bulu tangkis. Selama ini, Indonesia hanya bisa meraih emas Olimpiade dari bulu tangkis. Adapun angkat besi maksimal menyumbangkan 7 medali perak.
Lifter potensial yang berpotensi mewujudkan mimpi itu salah satunya adalah Rizki Juniansyah (18). Atlet asal Banten itu adalah pemegang rekor dunia 73 kg remaja dan yunior. Di level yunior, Rizki punya rekor terbaik snatch 155 kg, cleanand jerk 194 kg, dan total angkatan 349 kg yang dicetak dalam Kejuaraan Dunia Yunior 2021 di Tashkent, Uzbekistan, 26 Mei 2021.
Sayangnya, karena baru ”mengorbit” belakangan, perolehan poinnya belum memungkinkan untuk tampil di Olimpiade 2020. Andai saja bisa tampil, Rizki kemungkinan merebut perak kelas 73 kg pada Olimpiade ke-32 tersebut. Sebab, peraih perak kelas 73 kg dalam ajang itu, yakni lifter Venezuela, Julio Mayora, hanya mencatatkan total angkatan 346 kg.
Selain itu, Indonesia memiliki lifter kelas 61 kg yang masih berusia 18 tahun, Muhammad Faathir. Lifter asal Kalimantan Timur ini sempat dijuluki ”The Next Eko Yuli Irawan” karena berlaga di kelas yang sama.
Melihat grafik para lifter muda itu, Indonesia punya peluang merebut emas kelas 73 kg putra pada Olimpiade 2024. Pertimbangan kans itu ada pada faktor usia.
Faathir juga punya prestasi menjanjikan karena sempat memecahkan rekor dunia remaja kelas 61 kg dengan snatch 119 kg, clean and jerk 154 kg, dan total angkatan 273 kg yang diukir dalam Kejuaraan Remaja dan Yunior Asia 2020 di Tashkent, 15 Februari 2020.
Selain mereka, ada lifter kelas 55 kg yang berusia 17 tahun, Satrio Adi Nugroho, dan lifter kelas 67 kg yang berusia 21 tahun, Mohammad Yasin. Satrio baru saja merebut emas sekaligus memecahkan rekor dunia remaja snatch dengan 111 kg dalam Kejuaraan Dunia Remaja 2021 di Jeddah, Arab Saudi, 6 Oktober 2021.
Lalu, sektor putri memiliki lifter kelas 45 kg yang berusia 16 tahun, Najla Khoirunnisa, dan lifter 55 kg yang berusia 19 tahun, Juliana Klarisa. Najla berpengalaman meraih perunggu snatch, clean and jerk, dan total angkatan di Kejuaraan Dunia Yunior 2021. Adapun Juliana membawa pulang perunggu dari SEA Games Filipina 2019.
Melihat grafik para lifter muda itu, Indonesia punya peluang merebut emas kelas 73 kg putra pada Olimpiade 2024. Pertimbangan kans itu ada pada faktor usia. Saat ini, Shi Zhiyong, lifter China yang meraih emas kelas 73 kg di Olimpiade Tokyo, sudah berusia 28 tahun.
Melihat peluang
Memang, tiga tahun mendatang, di Paris, Shi belum terlampau uzur untuk bersaing meraih emas Olimpiade. Akan tetapi, tak bisa dimungkiri, fisik atlet cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Hal itu tentu menjadi peluang Rahmat ataupun Rizki mencuri emas di nomor tersebut.
Namun, selisih rekor terbaik Shi dengan Rahmat ataupun Rizki masih terlampau jauh. Di Olimpiade Tokyo, Shi berhasil memecahkan rekor dunia dengan total angkatan 364 kg, sedangkan rekor terbaik Rahmat adalah seberat 343 kg yang dicetak saat merebut medali emas pada Kejuaraan Dunia 2021 di Tashkent, 10 Desember 2021. Adapun rekor terbaik Rizki adalah 349 kg.
Artinya, ada dua celah bagi Indonesia bisa mendapatkan emas di kelas tersebut. Pertama, berharap Shi pindah kelas. Merujuk rekam jejak kariernya, Shi sering berganti kelas. Sebelum tampil di Tokyo, dia berlaga di kelas 69 kg, termasuk saat meraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Kedua, performa Rahmat dan Rizki perlu terus ditingkatkan untuk melampaui rekor Shi. Walaupun tidak mudah, para lifter muda itu telah menunjukkan komitmen siap tempur untuk membawa pulang emas di Olimpiade 2024. Rahmat, misalnya, terus menunjukkan konsistensi dan grafik performa yang menanjak.
Seusai meraih perunggu kelas 73 kg dengan total angkatan 342 kg pada Olimpiade Tokyo, Rahmat bisa menjaga performa lewat raihan emas kelas 81 kg dengan 340 kg pada Pekan Olahraga Nasional Papua (PON) 2021 dan emas kelas 73 kg dengan angkatan 343 kg pada Kejuaraan Dunia 2021.
”Saya bangga bisa mendapatkan perunggu Olimpiade Tokyo, tetapi saya belum puas. Saya ingin merebut emas di Olimpiade suatu hari nanti,” ujar Rahmat soal ambisinya.
Di sektor putri, tak mudah bagi Windy meraih emas Olimpiade 2024. Hou Zhihui, lifter China yang membawa pulang emas Olimpiade 2020, dan Saikhom Mirabai Chanu, lifter India peraih perak di Tokyo, masih ”berusia emas” di Olimpiade mendatang.
Jarak total angkatan Windy juga masih jauh di bawah Hou. Rekor terbaik Windy adalah 194 kg yang diraih di Olimpiade 2020, sementara Hou mencetak rekor dunia dengan 213 kg dalam Kejuaraan Asia 2020 di Tashkent, 17 April 2021.
Maka itu, PB PABSI masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mewujudkan mimpi menyumbangkan emas bagi Indonesia di Olimpiade.
”Kami sudah menyiapkan peta jalan untuk merebut emas di Olimpiade 2024. Di samping meningkatkan kemampuan para lifter, kami juga mengamati perkembangan lifter negara lain untuk menentukan strategi dan celah di mana kami bisa membawa pulang emas,” ungkap Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja optimistis.