Tim bulu tangkis putra Indonesia untuk SEA Games 2021 terdiri atas pemain pelapis yang merupakan format ideal untuk persaingan level itu. Di tim putri, materi terbatas membuat Indonesia harus menurunkan tim inti.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·6 menit baca
Penyelenggaraan bersamaan SEA Games Vietnam 2021 dan kejuaraan beregu Piala Thomas dan Uber 2022 membuat tim bulu tangkis Indonesia harus membagi kekuatan. Tim putra menurunkan pemain-pemain pelapis yang merupakan format ideal sesuai level persaingan. Sebaliknya, diturunkannya skuad utama tim putri menggambarkan ironi sektor tersebut.
SEA Games 2021, yang dimundurkan setahun karena pandemi Covid-19, diselenggarakan pada 12-23 Mei. Persaingan atlet bulu tangkis, yang akan berlangsung di Bac Giang Gymnasium, memperebutkan dua medali emas beregu (16-18 Mei) dan lima emas kategori individu, yaitu dari tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran (19-22 Mei).
Pada saat yang sama, di Bangkok, Thailand, diselenggarakan putaran final Piala Thomas dan Uber pada 8-15 Mei. Tim putra Indonesia berstatus sebagai juara bertahan setelah menjuarai Piala Thomas 2020 yang digelar di Aarhus, Denmark, Oktober 2021.
SEA Games dan Piala Thomas-Uber memang merupakan dua panggung berbeda. SEA Games adalah kompetisi multicabang antara negara-negara Asia Tenggara. Ini merupakan level terendah persaingan multicabang internasional yang bisa diikuti atlet Indonesia.
Sementara, Piala Thomas-Uber merupakan kompetisi khusus bulu tangkis dengan peserta dari berbagai zona di seluruh dunia yang lolos berdasarkan kriteria tertentu, yaitu dari babak kualifikasi dan peringkat dunia beregu. Dalam struktur turnamen Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Piala Thomas-Uber menjadi salah satu turnamen dalam Grade 1 (Turnamen Mayor) bersama lima ajang lain, salah satunya Kejuaraan Dunia.
Meski bisa saja memaksakan diri menurunkan pemain yang sama dalam Piala Thomas-Uber dan SEA Games, PP PBSI menilai, hal itu tak ideal untuk atlet, apalagi dengan target mempertahankan gelar juara Piala Thomas dan mendapat, setidaknya, tiga medali emas SEA Games. Pasukan pelatnas Cipayung pun dibagi dua untuk tugas berbeda.
Sektor putra (tunggal dan ganda) memiliki pemain yang bisa dibagi sesuai level dan target dua ajang tersebut. Untuk Piala Thomas, terdapat pemain-pemain senior, seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Adapun skuad pelapis mereka di pelatnas utama diandalkan untuk meraih medali SEA Games.
Pada tunggal putra, Chico Aura Dwi Wardoyo memegang tanggung jawab mengibarkan bendera Merah Putih di Vietnam. Dia akan ditemani Christian Adinata, Bobby Setiadi, dan Yonatan Ramlie. Meski setiap nomor hanya boleh menyertakan maksimal dua wakil, pemain lain akan dibutuhkan dalam kategori beregu yang mempertandingkan tiga tunggal dan dua ganda.
Nomor ganda putra akan mengandalkan dua dari tiga pasangan pelapis yang penampilannya meningkat sejak 2021. Mereka adalah Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Pramudya Kusuma Wardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Adapun juara All England, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, ditugaskan tampil dalam Piala Thomas untuk bahu-membahu bersama para senior.
Pramudya/Yeremia akan bersaing dengan bekal gelar juara Asia, sementara Chico sebagai semifinalis dari Kejuaraan Asia yang digelar di Filipina, 26 April-1 Mei. Seperti dikatakan Chico, yang mengalahkan dua kali juara dunia asal Jepang, Kento Momota, pada babak pertama, dia senang kemampuannya berkembang. Penampilan dalam Kejuaraan Asia pun menambah kepercayaan diri tampil di SEA Games.
Pemain-pemain tunggal putra akan bersaing, di antaranya, dengan sesama skuad pelapis Malaysia. Seperti Indonesia, pemain inti Malaysia, seperti Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, difokuskan untuk menjuarai Piala Thomas.
Meski demikian, tugas Chico berdiri di podium bukan berarti mudah. Tantangan berat akan datang dari Thailand dan Singapura. Thailand mendaftarkan tunggal putra utama, Kunlavut Vitidsarn, meski pemain berusia 20 tahun itu akan tampil juga dalam Piala Thomas.
Sementara, Singapura diperkuat juara dunia, Loh Kean Yew, yang menargetkan meraih emas setelah dikalahkan Lee pada final SEA Games 2019.
Pemain-pemain ganda putra memiliki peluang lebih terbuka untuk menyumbangkan emas. Berdasarkan posisi dalam peringkat dunia, Pramudya/Yeremia (peringkat ke-17) dan Leo/Daniel (24), menjadi yang terbaik di antara ganda putra lain yang tampil di SEA Games. Untuk sektor ini, tantangan akan datang dari Malaysia dan Thailand.
Gabungan kekuatan Chico, Christian, Leo/Daniel, dan Pramudya/Yeremia juga memiliki kesempatan mempertahankan emas beregu putra yang juga menjadi incaran Malaysia. Tiga tahun lalu, emas diraih Indonesia setelah Jonatan dan kawan-kawan mengalahkan Malaysia 3-1 di final.
Tim putri, juga, berkekuatan pemain muda dengan rata-rata usia 21 tahun 3 bulan. Namun, berbeda dengan putra, sektor putri menerapkan konsep ”terbalik”. Tim inti diturunkan di SEA Games, sementara pemain-pemain yang lebih muda dan minim pengalaman diturunkan dalam level lebih tinggi, yaitu Piala Uber.
Untuk persaingan di Vietnam, skuad putri yang diturunkan adalah pemain yang berstatus pemain inti, seperti Gregoria Mariska Tunjung, Apriyani Rahayu, Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Ribka Sugiarto. Adapun Tim Uber diperkuat pemain-pemain debutan, seperti Komang Ayu Cahya Dewi, Aisyah Sativa Fatetani, Amalia Cahaya Pratiwi, dan Febriana Dwipuji Kusuma dalam rentang usia 17-21 tahun.
Dari rekam jejak dalam turnamen BWF, tak dapat dimungkiri bahwa pemain-pemain putri, terutama dari nomor tunggal, belum bisa bersaing pada level lebih tinggi dari tingkat Asia Tenggara.
Untuk level ini pun, Indonesia kalah bersaing dengan Thailand yang meraih emas beregu putri dari SEA Games 2011, 2015, 2017, dan 2019. Pada SEA Games Naypyidaw 2013, nomor beregu bulu tangkis tak dipertandingkan. Tak heran jika semua pemain inti tunggal putri diturunkan di Vietnam dibandingkan dalam Piala Uber dengan peluang juara yang jauh lebih sulit.
Gregoria, sebagai tunggal putri paling senior, kesulitan untuk berkembang pada turnamen level tinggi. Meski menjadi juara dunia yunior 2017, dia belum bisa menjadi yang terbaik dalam turnamen BWF World Tour yang terdiri atas Super 300, 500, 750, dan 1000. Sejak sistem turnamen tersebut diperkenalkan pada 2018, hasil terbaik Gregoria adalah semifinal pada dua turnamen.
Pemain berusia 22 tahun itu pun sepantasnya bisa memanfaatkan kesempatan untuk meraih emas di SEA Games, meski itu juga tak akan mudah. Pesaing terberatnya adalah tunggal putri peringkat ke-10 asal Thailand, Pornpawee Chocuwong.
Bagi tiga tunggal putri lainnya, yaitu Putri Kusuma Wardani, Saifi Rizka Nurhidayah, dan Stephanie Widjaja, SEA Games menjadi ajang yang tepat untuk menimba ilmu dalam persaingan multicabang. Pemain-pemain berusia 19 tahun itu, terutama Putri, diprediksi bisa menjadi tunggal putri harapan masa depan Indonesia.
Bagi tiga tunggal putri lainnya, yaitu Putri Kusuma Wardani, Saifi Rizka Nurhidayah, dan Stephanie Widjaja, SEA Games menjadi ajang yang tepat untuk menimba ilmu dalam persaingan multicabang.
Dua ganda campuran, yaitu Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso, juga, bisa menjadikan SEA Games sebagai uji mental dengan status sebagai andalan pelatnas. Mereka menjadi andalan setelah peraih emas SEA Games 2019, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, tak lagi bergabung di Cipayung.
Sementara, beberapa pemain ganda putri, seperti Apriyani, Fadia, dan Ribka sebenarnya mampu bersaing dalam turnamen BWF Super 500 ke atas. Dengan akan dibentuknya formasi baru, menjelang pensiunnya Greysia Polii, yaitu Apriyani/Fadia dan Ribka/Febby Valencia Dwijayanti Gani, mereka idealnya tampil dalam persaingan lebih kompetitif. Hanya saja, demi mengejar target medali emas, Apriyani dan kawan-kawan diturunkan di SEA Games alih-alih Piala Uber.