Pelari putri muda Valentin Vanesa Lonteng boleh jadi akan mencuri perhatian dalam SEA Games 2021. Walau masih belia, dengan bakat besarnya, bukan tidak mungkin dia bakal membawa pulang medali dari lari 100 meter.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Aksi sprinter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri di SEA Games Vietnam 2021 menjadi yang paling ditunggu pencinta atletik Tanah Air setelah dirinya batal tampil di Filipina 2019. Namun, pelari putri muda Valentin Vanesa Lonteng bisa mencuri perhatian dalam pesta olahraga negara Asia Tenggara tersebut.
Bahkan, Valen, sapaan atlet termuda dari 23 atlet cabang atletik Indonesia di SEA Games 2021 itu, memasang target tinggi, mencatat waktu 11,5 detik dalam nomor lari 100 meter putri. Target untuk menyamai atau melampaui rekor nasional milik Irene Truitje Joseph (11,56 detik, SEA Games Bandar Seri Begawan 1999) itu tidak bisa dipandang remeh.
Saat berlaga di Singapura Terbuka, 17 April, Valen bisa meraih emas dengan waktu 11,77 detik. Catatan waktu atlet berusia 17 tahun itu memecahkan rekornas remaja (usia di bawah 18 tahun) atas nama Nurul Imaniar dengan 11,97 detik.
Di Singapura Terbuka, Valen yang menjadi peserta termuda masuk finis lebih cepat ketimbang pelari kawakan Singapura, Veronica Shanti Pereira yang finis kedua dengan 11,93 detik. Shanti adalah peraih perunggu di nomor ini dalam tiga SEA Games terakhir sejak 2015.
”Pelatih dan pengurus (PB PASI) tidak memberikan target khusus di SEA Games ini. Tapi, saya ada motivasi ingin menyamai, kalau bisa memecahkan rekornas Kak Irene,” ujar Valen di Stadion Madya Senayan, Jakarta, 23 April 2022.
Fenomena baru
Setelah kemunculan sensasional Zohri pada 2018-2019, Valen merupakan fenomena baru dunia atletik Indonesia tiga tahun terakhir. Nama atlet ini agak tersendat meroket karena banyak kejuaraan level nasional maupun internasional yang ditunda atau dibatalkan akibat pandemi Covid-19 sejak awal 2020.
Catatan waktu Valen tergolong luar biasa sejak pertama kali berpartisipasi di level nasional pada 2019. Dengan usia yang relatif belia, dia mampu unggul atas pelari yang jauh lebih senior dan memiliki jam terbang lebih banyak.
Valen mengawali kiprahnya pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, Jawa Barat, pada usia 14 tahun. Sebagai peserta termuda di kategori remaja, Valen merebut emas 200 m dengan waktu 25 detik dan finis 100 m di posisi keempat dengan waktu sekitar 12 detik. Tiga bulan kemudian, dia menyatukan emas lari 100 m (12,04 detik) dan 200 m (24,84 detik) pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional di Jakarta. Capaiannya di nomor 200 mitu memecahkan rekornas remaja milik Ulpa Silpiana dengan 25,29 detik pada Kejuaraan Remaja Asia Tenggara 2013 di Ho Chi-Minh, Vietnam.
Saya ingin membuat bangga orang-orang yang banyak berjasa untuk saya, khususnya orangtua. Mereka banyak berjuang untuk saya di awal-awal saya mengenal atletik.
Hasil ini mencuri perhatian para pembina atletik. Manajer sekaligus pelatih kepala pelatnas PB PASI saat ini, Agustinus Ngamel, merupakan salah satu yang antusias melatih langsung Valen di pelatnas.
”Rerata waktu pelari top putri usia 14 tahun adalah 12,5 detik untuk 100 m dan 25,5 detik untuk 200 m. Valen bisa dibilang punya bakat sangat besar. Dengan teknik yang belum terlalu bagus saja, dia sudah bisa mencatat waktu sebaik itu, apalagi kalau dilatih dengan benar. Bukan tak mungkin, dia menjadi Zohri baru di sektor putri,” ungkap Agus ketika menyambut Valen ke pelatnas.
Valen tidak terlahir dari keluarga atlet. Pada 2018, dirinya ditunjuk oleh guru olahraga di SMP 1 Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, menjadi pelari pengganti untuk mewakili sekolahnya dalam Pekan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan karena pelari utamanya urung tampil.
Berlatih hanya seminggu, Valen bisa merengkuh emas 100 m dan perak 5.000 m. Penampilan Valen diamati oleh salah satu panitia yang juga mantan ratu sprinter Sulawesi Utara, Nitje Durand. Sehabis kejuaraan, Nitje mendatangi orangtua Valen dan menawarkan diri melatih langsung Valen.
Kedua orangtua Valen, ayah Ernes Dani Lonteng dan ibu Novita Siske Rantung, langsung mendukung niatan tersebut. ”Terutama papa, beliau sangat mendukung segala kegiatan anaknya asal positif. Papa yang sehari-hari bekerja tukang bangunan ingin melihat anak-anaknya sukses di bidang apa pun yang positif,” kata Valen.
Bersama Nitje, Valen dilatih keras. Dia berlatih di pantai yang berjarak 7-10 kilometer dari rumahnya. Latihan itu menempa fisiknya yang telah terbentuk dengan baik oleh alam perbukitan di sekitar rumahnya. ”Latihan di pantai tidak terlalu berat karena sehari-hari, saya sering naik-turun bukit di sekitar rumah. Mungkin sejak kecil, tubuh saya terbiasa latihan fisik,” terang anak keempat dari lima bersaudara ini.
Berkat tempaan itu, Valen cepat mengorbit dan akhirnya menembus pelatnas. Kini, mimpi terbesar Valen ialah membalas jasa orangtua dan pelatihnya dengan prestasi. Dia ingin membanggakan semuanya.
”Tujuan sekarang, saya ingin membuat bangga orang-orang yang banyak berjasa untuk saya, khususnya orangtua. Mereka banyak berjuang untuk saya di awal-awal saya mengenal atletik,” tuturnya.
Namun, PB PASI tidak mau terlalu membebani Valen dalam ajang multicabang internasional perdana dalam kariernya tersebut. Lagi pula Valen terlalu muda untuk diberi target besar. Pelatih ingin Valen matang sesuai usia agar tidak menjadi atlet yang berkembang sebelum waktunya.
”Banyak contoh atlet muda yang terlalu diberi harapan malah layu sebelum berkembang. Kami tidak ingin itu terjadi pada Valen. Mentalnya belum terlalu siap. Di Singapura Terbuka misalnya, dia tegang bukan main sebelum lomba sampai selalu mencuri start dalam latihan,” pungkas Fadlin, staf pelatih sprinter pelatnas PB PASI. (DRI)