Valentin Vanesa Lonteng, Calon Mutiara Baru Indonesia
Bakat baru akan muncul dari lari jarak pendek putri Indonesia. Sprinter muda Valentin Vanesa Lonteng tampil mengilat di Singapura Terbuka 2022. Tidak hanya meraih emas, dia turut memecahkan rekornas remaja 100 meter.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari putri Valentin Vanesa Lonteng berusaha memberikan tongkat estafet kepada rekannya, Jeany Nuraini, saat menjalani latihan estafet 4 x 100 meter di pelatnas atletik di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Jumat (8/4/2022). Valentin meraih medali emas lari 100 meter putri pada ajang Singapura Terbuka 2022 di Singapura, Minggu (17/4/2022).
Setelah pesona sprinter Lalu Muhammad Zohri empat tahun terakhir, sprinter putri Valentin Vanesa Lonteng bisa menjadi buah bibir baru di dunia atletik Indonesia. Seusai membuat kejutan dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2019 di Jakarta, atlet muda asal Sulawesi Utara ini kembali membuktikan potensi besarnya dalam Singapura Terbuka 2022, Minggu (17/4/2022).
Pada nomor lari 100 meter putri, Valentin meraih emas dengan waktu 11,77 detik. Dia unggul atas pelari andalan Singapura yang berpengalaman tampil di SEA Games sejak 2015, Veronica Shanti Pereira, yang merebut perak dengan 11,93 detik. Pelari Filipina, Eloisa Luzon-Medina, meraih medali perunggu dengan 12,40 detik. Valentin yang masih berusia 17 tahun menjadi peserta termuda dari delapan peserta.
Manajer sekaligus pelatih kepala pemusatan latihan nasional atletik Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, Agustinus Ngamel, mengatakan, catatan waktu itu membuat Valentin memecahkan rekor nasional remaja (usia di bawah 18 tahun) atas nama Nurul Imaniar dengan 11,97 detik yang dicetak pada Bangkok Thai Junior, 3 November 2010.
Pelari kelahiran 2005 itu pun menembus standar waktu lari 100 meter putri Kejuaraan Dunia U20 di Cali, Kolombia, 2-7 Agustus 2022, yakni 11,90 detik. Dia menyusul pelari gawang 100 meter putri Dina Aulia yang lebih dahulu lolos ke ajang itu. Dina mencatat waktu 13,88 detik pada Jawa Tengah Terbuka 2022, Maret lalu, yang menembus limit waktu Kejuaraan Dunia U20, yakni 14,20 detik.
Singapura Terbuka adalah kejuaraan internasional pertama untuk Valentin. ”Penampilan Valentin sesuai harapan. Sebelum berangkat ke Singapura, pelatih menargetkan dia untuk bisa mencapai waktu sekitar 11,7 detik,” ujar Agus.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari putri pelatnas asal Sulawesi Utara, Valentine Vanesa Lonteng, dan pelari asal DKI Jakarta, Jeany Nuraini, dalam latihan estafet 4 x 100 meter pelatnas atletik di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (15/3/2022).
”Zohri” baru
Valentin memperlihatkan bakatnya pada Popnas 2019. Dalam usia 14 tahun, Valentin meraih emas lari 100 meter dengan 12,04 detik dan lari 200 meter dengan 24,84 detik. Catatan waktu dalam lari 200 meter itu memecahkan rekornas remaja atas nama Ulpa Silpiana (25,29 detik) yang dicetak dalam Kejuaraan Remaja Asia Tenggara di Ho Chi Minh, Vietnam, 8 Juni 2013.
Prestasi itu cukup mengejutkan karena Valentin bisa mengungguli pelari yang lebih berpengalaman. Prestasinya menjadi kegembiraan tak terkira bagi sekolahnya di SMP Negeri 1 Amurang, Minahasa Selatan, Sulut, yang menyambut kepulangannya bak pahlawan.
Berkat prestasi itu, PB PASI merekrut Valentin ke pelatnas pada awal 2020. Agus adalah pelatih yang antusias menangani Valentin. Menurut Agus, catatan waktu Valentin tergolong fenomenal. Rerata waktu pelari top putri berusia 14 tahun adalah 12,5 detik untuk 100 meter dan 25,5 detik untuk lari 200 meter.
Jika diasah dengan tepat, bukan tak mungkin Valentin menjadi ”Zohri” baru di sektor putri. ”Valentin punya bakat sangat besar. Dengan teknik yang belum terlalu bagus saja, dia sudah bisa mencatat waktu sebaik itu, apalagi kalau dilatih dengan benar,” kata Agus saat menyambut Valentin ke pelatnas.
Pernyataan Agus mulai terbukti. Namun, baik Agus maupun PB PASI tidak ingin terlalu membebani Valentin. Mereka ingin Valentin berkembang secara bertahap agar tidak layu sebelum berkembang.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari putri pelatnas asal Sulawesi Utara, Valentine Vanesa Lonteng, berusaha memberikan tongkat estafet kepada pelari asal DKI Jakarta, Jeany Nuraini, dalam latihan estafet 4 x 100 meter pelatnas sprint Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (15/3/2022).
”Valentin masih sangat muda. Di Singapura, kami hanya ingin memberikannya pengalaman berlomba di level internasional. Pada SEA Games Vietnam 2021, dia juga hanya diharapkan mengalir saja. Sebab, dua kejuaraan itu bukan kelompok usianya. Jadi, biarkan dia menikmati dahulu suasana persaingan,” ujar Agus.
”Target utama Valentin tahun ini adalah tampil di Asian Youth Games 2021, 20-28 Desember, dan Kejuaraan Dunia U20,” lanjutnya.
Capaian Indonesia
Secara keseluruhan, empat wakil Indonesia memboyong dua emas dan dua perak dari Singapura Terbuka. Selain Valentin, Emilia Nova merebut emas lari gawang 100 meter putri dengan 13,74 detik, Halomoan Edwin Binsar Simanjuntak meraih perak lari gawang 400 meter dengan 52,84 detik, dan tim estafet 4 x 100 meter yang beranggotakan Wahyu Setiawan, Eko Rimbawan, Bayu Kertanegara, serta Sudirman Hadi membawa pulang perak dengan 40,09 detik.
Agus menuturkan, hanya Valentin dan Emilia yang bisa memenuhi target waktu dalam ajang tersebut. Meskipun belum menyamai rekor terbaik pribadinya, yakni 13,33 detik ketika mendapatkan perak Asian Games 2018, raihan waktu Emilia di Singapura sesuai janji pelatihnya, Fitri ”Ongky” Haryadi, yakni 13,6-13,7 detik.
Valentin masih sangat muda. Di Singapura, kami hanya ingin memberikannya pengalaman berlomba di level internasional. Pada SEA Games Vietnam 2021, dia juga hanya diharapkan mengalir saja.
Dengan serentetan cedera yang dialami, mulai dari operasi tulang punggung pada Juni 2021 hingga nyeri tumit kanan pada Desember 2021, Emilia belum bisa berlatih optimal, terutama untuk latihan peningkatan kecepatan. Singapura Terbuka menjadi tempat Emilia mengembalikan kepercayaan diri dan mental berlomba.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Penampilan pelari gawang 100 meter putri Indonesia, Emilia Nova, dalam Singapura Terbuka 2022, Sabtu (16/4/2022). Emilia meraih emas dengan waktu 13,74 detik. Dia unggul atas pelari Filipina, Melissa Escoton, yang merebut perak dengan 13,96 detik dan pelari Singapura, Kerstin Ong, yang meraih perunggu dengan 14,99 detik.
”Sisa satu bulan ini sebelum SEA Games, Emilia diharapkan bisa meningkatkan kecepatannya agar bisa mempertahankan emas yang direbutnya pada SEA Games Filipina 2019,” kata Agus.
Untuk Halomoan dan tim estafet 4 x 100 meter, mereka belum memenuhi target yang ditetapkan. Tim estafet 4 x 100 meter, misalnya, dalam latihan mencatatkan waktu sekitar 39 detik. Pada Singapura Terbuka, raihan waktu mereka justru melorot.
Agus menyampaikan, tim pelatih akan menganalisis kekurangan dan kelebihan wakil Indonesia itu, khususnya untuk Halomoan dan tim estafet.
”Mudah-mudahan dengan evaluasi sebulan ini, mereka bisa lebih baik di SEA Games. Tim estafet belum bisa menurunkan Zohri karena masih pemulihan cedera hamstring kanan setelah Kejuaraan Dunia Indoor 2022 di Belgrade, Serbia, Maret. Kalau Zohri bergabung, kami harap hasilnya jauh lebih baik,” tuturnya.
Sulit bersaing
Kalau tidak ada perbaikan, wakil Indonesia yang meraih medali di Singapura sulit untuk bersaing dalam perebutan emas SEA Games 2021. Sebagai gambaran, semua peraih medali lari 100 meter putri SEA Games 2019 mencatatkan waktu di bawah 10,7 detik, yakni pelari Vietnam, Le Tu Chinh (11,54 detik); pelari Filipina, Kristina Knott (11,55 detik); dan Shanti Pereira (11,66 detik).
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Penampilan pelari gawang 100 meter putri Indonesia, Emilia Nova, dalam Singapura Terbuka 2022, Sabtu (16/4/2022). Emilia meraih emas dengan waktu 13,74 detik.
Semua peraih medali lari 400 meter gawang SEA Games 2019 mencatatkan waktu di bawah 52 detik, yakni pelari Filipina, Eric Cray (50,21 detik); Halomoan (50,81 detik); dan pelari Vietnam, Quach Cong Lich (51,60 detik). Sementara itu, semua peraih medali estafet 4 x 100 meter SEA Games 2019 mencatatkan waktu di bawah 40,9 detik, yakni Thailand (39,27 detik), Malaysia (39,78 detik), dan Filipina (40,04 detik).
Praktis hanya Emilia yang punya harapan membawa pulang emas. Catatan waktu 13,74 detik itu tetap lebih baik dibandingkan pelari Vietnam, Tran Thi Yen Hoa, yang merebut perak dengan 13,75 detik di SEA Games 2019 atau pelari Singapura, Nur Izlyn Zaini, yang mendapatkan perunggu dengan 13,92 detik. Saat itu, Emilia menggondol emas dengan 13,61 detik.
Akan tetapi, agar peluang emasnya aman, Emilia perlu memperbaiki catatan waktu menjadi sekitar 13,5 detik. Ongky menerangkan, yang utama dari Singapura Terbuka, Emilia bisa menghilangkan trauma cederanya lebih dahulu. Dia melihat Emilia bisa mengatasi trauma itu. Mental berlombanya tetap stabil, terbukti bisa keluar sebagai yang terbaik.
”Di Singapura Terbuka, saya tidak mempermasalahkan catatan waktu Emil. Yang penting, Emil bisa finis tanpa mengeluh sakit. Sepulang dari Singapura, kami akan berkonsentrasi untuk meningkatkan lagi kecepatan dan kekuatan Emil. Saya rasa, itu yang masih kurang,” ungkap Ongky.
Emilia cukup gembira dengan hasil tersebut. Di samping menambah keyakinan untuk mempertahankan emas SEA Games, dia menjadi tahu batas kemampuan fisiknya dan lebih percaya diri untuk meningkatkan intensitas latihan, terutama pada kecepatan. ”Setelah operasi tulang punggung kemarin, saya memang belum pernah latihan kecepatan dengan maksimal,” pungkasnya.