Villarreal bak dicecar interogator ketika bertamu ke Stadion Anfield pada laga pertama semifinal Liga Champions. Meskipun sempat tidak berdaya, mereka menyiapkan pembalasan untuk Liverpool di Spanyol.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Liverpool layaknya kumpulan aparat hukum yang menyambut para pesakitan dari Villarreal di Stadion Anfield pada laga pertama semifinal Liga Champions Eropa, Kamis (28/4/2022) dini hari WIB. ”Si Merah” menggelar malam ”interogasi” yang panjang agar tamunya asal Spanyol itu mengakui kedigdayaannya.
Sejak wasit Szymon Marciniak asal Polandia meniup peluit mula laga itu, Liverpool langsung menghujani lini pertahanan Villarreal dengan gelombang serangan yang tidak pernah putus. Pada babak pertama, Liverpool telah membuat 12 peluang gol yang memaksa kiper Villarreal, Geronimo Rulli, melakukan dua penyelamatan. Kegagalan mencetak gol, kata Manajer Liverpool Juergen Klopp, adalah satu-satunya nilai minus dari performa mereka di babak itu.
Seperti tengah menjalani interogasi yang panjang, Villarreal seolah-olah menjalani malam penuh tekanan tanpa henti. Mereka hanya bisa mencatatkan satu tembakan selama 90 menit berkat sepakan Giovani Lo Celso yang melayang di atas mistar gawang Liverpool pada menit ke-35.
Setelah turun minum, performa Liverpool kian meningkat. Penguasaan bola mereka jadi 74 persen, dari sebelumnya 63 persen di babak pertama. Si Merah membuat 740 operan. Sebanyak 40 persen operan tercipta di sepertiga akhir zona pertahanan ”Kapal Selam Kuning”, julukan Villarreal.
Interogasi Liverpool melalui variasi serangan yang tak monoton dan tanpa henti membuat lini pertahanan Villarreal akhirnya takluk kala laga telah memasuki menit ke-53. Pervis Estupinan, bek sayap kiri Villarreal yang hendak menghalau umpan Jordan Henderson, justru mengarahkan bola masuk ke gawangnya sendiri.
Dua menit berselang, gol Sadio Mane kian memaksa Villarreal mengakui adikara tuan rumah. Pau Torres, bek tengah Villarreal, menuturkan, timnya gagal menjalani rencana permainan yang bertujuan melepas tekanan dari Liverpool.
Menurut dia, koneksi antarlini Villarreal sangat buruk sehingga membuat mereka tidak berdaya di Anfield. ”Kami kalah dari lawan yang sangat bagus dan kuat,” kata Torres.
Klopp menuturkan, timnya sengaja tidak memberikan Villarreal ruang untuk menjalankan rencana permainan. Tim Spanyol itu dikenal cerdik memanfaatkan kelengahan lawan lewat serangan balik. Dua tim besar, Juventus dan Bayern Muenchen, ditenggelamkan Villarreal lewat taktik itu.
”Ketika ada satu momentum untuk keluar tekanan, Villarreal bisa menghadirkan ancaman. Kami menjalani laga dengan bagus dan harus menjaga pola pikir itu saat bermain di (kandang) Villarreal,” ujar Klopp.
Thiago, gelandang Liverpool, menjelaskan, kemenangan itu tidak lepas dari persiapan matang timnya menghadapi siasat taktik Villarreal. Liverpool telah mempelajari permainan Villarreal, terutama dua laga tandang versus Juve dan Bayern, masing-masing di babak 16 besar dan perempat final.
”Laga semifinal Liga Champions menuntut banyak ragam taktik untuk menaklukan lawan. Kami bukan hanya harus nyaman menampilkan permainan sendiri, tetapi juga tidak kenal lelah untuk menemukan ruang di zona pertahanan lawan,” ucap Thiago yang dinobatkan sebagai pemain terbaik pada laga di Anfield itu.
Thiago adalah ”otak” malam interogasi Liverpool ke Villarreal. Ia pemain yang paling banyak menyentuh dan mengoper bola, masing-masing 119 sentuhan dan 103 operan. Jebolan La Masia, akademi Barcelona, itu juga mencatatkan akurasi operan 96 persen atau yang terbaik dari 28 pemain (kecuali kiper) pada laga itu.
Rekor kemenangan
Laga versus Villarreal menjadi kemenangan kesembilan Liverpool di Liga Champions musim ini. Angka itu menjadi rekor kemenangan terbanyak Liverpool dalam satu musim kompetisi antarklub di Eropa.
Laga semifinal Liga Champions menuntut banyak ragam taktik untuk menaklukan lawan. (Thiago)
Rekor itu bisa bertambah jika mereka lolos ke final. Tak hanya itu, Liverpool juga terus menjaga peluang meraih kuadrupel gelar pada musim ini.
Menurut Michael Owen, legenda Liverpool, Si Merah harus tetap mempertahankan dominasi lini tengahnya saat ganti bertamu ke markas Villarreal di Stadion La Ceramica, Spanyol, pekan depan. Villarreal sangat kuat, tidak terkalahkan di kandangnya itu pada 12 laga terakhir di berbagai ajang.
”Liverpool mengerumuni Villarreal di laga pertama. Hal itu akan membuat Villarreal harus mencari cara keluar dari kepungan itu. Tetapi, jika bisa mencetak gol cepat di laga kedua, Villarreal akan membuka pintu untuk membalas keunggulan dua gol Liverpool,” kata Owen kepada BT Sport.
Meskipun tertinggal agregat 0-2 dari Liverpool, Pelatih Villarreal Unai Emery belum kehilangan asa membawa Villarreal mencapai final Liga Champions Eropa untuk kali pertama. Kali terakhir sebelumnya Villarreal mencoba meraih final adalah pada musim 2005-2006 silam. Kala itu, ambisi mereka menembus final dihancurkan tim Inggris lainnya, Arsenal.
Untuk itu, ia bertekad mendorong timnya tampil lebih baik pada laga kedua di Spanyol. ”Liverpool yang kami hadapi adalah tim yang kuat dan favorit juara. Akan tetapi, kami yakin bisa tampil lebih baik nanti. Kami akan melakukan perubahan taktik untuk membuat mereka menderita, pekan depan,” kata Emery. (AFP)