Pertemuan Everton dengan Manchester United, Sabtu ini, menjadi ikhtiar dua tim keluar dari hasil buruk. Everton di ambang degradasi untuk pertama kali sejak 1951. MU berpotensi gagal menembus empat besar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT — Dua tim yang tengah dirundung nestapa, Everton dan Manchester United, akan berduel di Stadion Goodison Park, Sabtu (9/4/2021) pukul 18.30 WIB. Hanya kemenangan yang akan membuat salah satu dari kedua klub itu bisa menjaga asa memenuhi target mereka di sisa musim ini. Everton ingin terhindar dari zona degradasi, sedangkan MU berharap merebut satu tiket ke Liga Champions Eropa musim depan.
Everton adalah salah satu tim yang performanya jauh di bawah ekspektasi pada Liga Primer Inggris musim ini. Merujuk data Transfermarkt, ”The Toffees” adalah tim dengan nilai pasar skuad tertinggi kedelapan di Inggris musim ini. Skuad Everton memiliki nilai sebesar 447,75 juta pounds atau sekitar Rp 7,8 triliun.
Namun, penampilan Everton tidak sesuai dengan kualitas skuad yang sepatutnya pantas bersaing untuk memperebutkan tiket kompetisi Eropa atau menembus posisi enam besar. Nestapa seakan tidak pernah lepas dari tubuh Everton sehingga mereka bertengger di peringkat 17 setelah memainkan 29 pertandingan.
Keputusan untuk mengganti manajer dari Rafael Benitez ke Frank Lampard, Januari lalu, juga tidak membuahkan hasil yang lebih baik. Bersama Lampard, Everton baru mengemas enam poin berkat dua kemenangan dari sembilan pertandingan di liga.
Raihan poin penuh itu hanya dihasilkan dari laga kandang melawan dua pesaing di papan bawah, yaitu Leeds United dan Newcastle United. Everton lalu tumbang dari Manchester City dan Wolverhampton Wanderers di Goodison Park. Adapun pada lima laga tandang, Everton pulang dengan kepala tertunduk. Catatan pertahanan mereka amat buruk, kemasukan 15 gol dari lima duel di luar kandang itu.
Dua laga terakhir di Liga Primer berbuah kekalahan dari West Ham United dan Burnley, salah satu pesaing untuk menghindari ancaman turun kasta. Menjelang laga pekan ke-30 melawan MU, Everton hanya unggul satu poin dari Burnley yang berada di peringkat ke-18, atau posisi tertinggi di zona degradasi.
Dengan menyisakan sembilan laga, Lampard menuntut pemainnya untuk bekerja lebih keras mengakhiri performa buruk. Melawan MU akan menjadi ujian yang tepat untuk bangkit dan kembali ke tren kemenangan.
”Jika pemain merasa kurang percaya diri, satu-satunya cara untuk mengatasi itu adalah berjuang lebih baik di sisa pertandingan musim ini. Mereka tidak perlu lagi meratapi hasil buruk akhir-akhir ini, karena yang harus dipikirkan adalah bagaimana mengeluarkan kemampuan terbaik, yang wajib dimulai pada laga melawan MU,” ujar Lampard, Jumat (8/4), di laman resmi klub.
Lampard berharap anak asuhnya memetik pelajaran dari laga melawan Burnley. The Toffees sempat unggul 2-1 di akhir babak pertama melalui dua gol tendangan penalti Richarlison, tetapi sejumlah kesalahan di lini belakang membuat raihan poin menguap dan mereka harus menyerah, 2-3.
”Tidak ada lagi ruang untuk membuat kesalahan. Target kami untuk bertahan di Liga Primer amat bergantung kepada apa yang kami lakukan untuk klub ini di atas lapangan,” kata mantan Manajer Chelsea itu.
Posisi aman
Meskipun hanya meraih enam poin dari sembilan laga, manajemen Everton memastikan posisi Lampard aman. Rapat internal yang dilakukan dua pemilik klub, Farhad Moshiri dan Bill Kenwright, Jumat, menghasilkan garansi kepada Lampard untuk tetap memimpin The Toffees.
Mereka tidak perlu lagi meratapi hasil buruk akhir-akhir ini, karena yang harus dipikirkan adalah bagaimana mengeluarkan kemampuan terbaik, yang wajib dimulai pada laga melawan MU.
Keputusan itu bertolak belakang dengan tuntutan mayoritas pendukung Everton yang kehilangan harapan terhadap Lampard. Awalnya, kedatangan Lampard menghadirkan antusiasme baru bagi suporter setelah Everton tampil buruk di bawah rezim Rafael Benitez yang memimpin sejak awal musim.
Hanya, tren hasil negatif yang membuat Everton tidak bisa keluar dari posisi 17 berdampak bagi memudarnya dukungan kepada Lampard. Fans Everton mulai khawatir tim kesayangan mereka akan mengulangi prestasi buruk ketika terdegradasi dari Divisi Utama Liga Inggris pada musim 1950-1951.
Tak hanya pendukung, mantan penyerang Everton, Victor Anichebe, juga pesimistis The Toffees bisa terhindar dari ancaman degradasi apabila tidak kembali melakukan perubahan di kursi manajer.
Menurut Anichebe, Lampard tidak akan bisa mengulangi capaian Sam Allardyce yang membantu Everton bertahan di Liga Primer ketika datang di pertengahan musim 2017-2018.
”Pemain tidak cukup bagus, begitu juga Frank (Lampard). Everton akan 100 persen turun (ke Divisi Championship) apabila perubahan tidak dilakukan,” ujar Anichebe yang membela Everton pada periode 2006-2013.
Masih terbuka
Sementara itu, Manajer MU Ralf Rangnick masih percaya bisa mengakhiri musim ini dengan berada di peringkat empat besar. Setelah menjalani laga ke-30 melawan Leicester City, akhir pekan lalu, ”Setan Merah” berada di posisi ketujuh dengan koleksi 51 poin.
Mereka tertinggal tiga poin dari dua tim asal London, Tottenham Hotspur dan Arsenal, yang berada di peringkat keempat dan kelima dengan torehan 54 poin. Oleh karena itu, MU butuh kembali ke jalur kemenangan untuk menjaga persaingan memperebutkan posisi di zona Liga Champions.
Rangnick tidak meragukan kualitas para pemainnya untuk menjalankan taktik dan rencana permainan yang telah disiapkannya.
”Terpenting bagi kami adalah mempertahankan kondisi terbaik secara mental, sikap, dan fisik selama 90 menit. Tiga hal itu akan memengaruhi hasil akhir,” kata Rangnick dalam konferensi pers menjelang laga seperti dikutip Sky Sports.
Diogo Dalot, bek sayap MU, mengantisipasi kebangkitan Everton yang juga mengejar hasil positif. Ia menuturkan, timnya perlu mengontrol pertandingan dan bermain agresif untuk membawa pulang tiga poin dari Goodison Park.
“Everton tengah dalam periode buruk, tetapi mereka memiliki motivasi untuk mengalahkan kami. Mereka akan bertarung untuk hidup mereka, sehingga kami harus benar-benar fokus,” ucap Dalot. (AFP)