Para pemain bintang Manchester United gagal bersinar menghadapi Atletico Madrid pada babak 16 besar Liga Champions, Rabu WIB. MU pun tersingkir dari persaingan elite di Eropa dan memasuki tahun kelima berpuasa trofi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AFP/PAUL ELLIS
Reaksi penyerang Manchester United, Anthony Elanga (kiri), setelah tendangannya digagalkan kiper Atletico Madrid, Jan Oblak, pada laga pertemuan kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Atletico menang 1-0 (agregat 2-1) pada laga itu.
MANCHESTER, RABU — Meskipun dihuni barisan bintang dengan harga selangit, Manchester United gagal menunjukkan wajah menakutkan bagi setiap lawan. MU bahkan terlempar dari persaingan elite di Eropa setelah kalah agregat 1-2 dari Atletico Madrid pada babak 16 besar Liga Champions Eropa, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
Harapan pendukung MU menyaksikan tim kesayangannya lolos ke perempat final Liga Champions diempaskan oleh gol tunggal pemain sayap Atletico, Renan Lodi, pada menit ke-41 laga kemarin. Gol itu membuat Stadion Old Trafford yang dipadati sekitar 72.000 pendukung ”Setan Merah” jadi membisu seketika.
Sebagai bentuk rasa frustrasi, sejumlah suporter MU melempar gelas bir ke arah Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone. Momen itu terjadi ketika Simeone berlari menuju lorong ganti seusai wasit Slavko Vincic meniupkan peluit akhir laga.
MU pun dipastikan gagal meraih satu pun trofi pada musim ini. Maka, lima musim sudah MU mengalami paceklik gelar. Trofi terakhir yang mereka raih adalah gelar juara Liga Europa pada akhir musim 2016-2017.
”Terlalu banyak tahun dilalui tanpa trofi. Bahkan, (kami) juga tidak dalam persaingan meraih trofi. Tentu, ini tidak cukup baik bagi tim sekelas MU,” kata David De Gea, kiper MU, seusai laga itu kepada BT Sport.
AP Photo/Dave Thompson
Gelandang Atletico Madrid, Renan Lodi (kedua dari kiri), merayakan golnya ke gawang Manchester United pada laga pertemuan kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
Kemarau gelar berkepanjangan itu tidak sesuai besarnya investasi yang telah dikeluarkan MU untuk memperkuat skuadnya dalam satu dekade terakhir. Dana 1,4 miliar pound sterling (Rp Rp 26,1 triliun) telah dikeluarkan Setan Merah untuk mengumpulkan bintang terbaik di Eropa dan Inggris.
Saat ini bahkan ada tiga pemain MU yang berpredikat pemain termahal di posisinya masing-masing berkat kucuran dana transfer yang dikeluarkan untuk menebus mereka dari klub sebelumnya. Pertama, Paul Pogba dibeli MU dari Juventus seharga 89,1 juta pound (Rp 1,66 triliun). Ia menjadi gelandang termahal sejagat saat ini.
MU juga dihuni bek tengah dan bek sayap termahal, yaitu masing-masing Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka. Predikat itu dipegang Maguire sejak didatangkan MU dari Leicester City pada 2019 dengan harga 85 juta pound (Rp 1,58 triliun). Adapun Wan-Bissaka, bek kanan MU, dibeli 50 juta pound (Rp 932,3 miliar) dari Crystal Palace, 2019 lalu.
Selain persoalan manajer, lanjut McNulty, tugas utama manajemen MU lainnya adalah menyingkirkan pemain-pemain yang selama ini tidak memiliki ambisi besar untuk membantu tim itu berprestasi.
Ketiga pemain itu gagal memberikan performa yang dibutuhkan MU untuk mengalahkan Atletico di Old Trafford. Maguire, yang tampil sejak menit awal sebagai kapten tim, gagal menghalau serangan cepat Atletico yang berujung gol. Ia pun diganti penyerang sayap, Juan Mata, pada menit ke-84.
Tangkapan layar BBC
Statisik laga Manchester United versus Atletico Madrid pada laga pertemuan kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Atletico menang 1-0 (agregat 2-1) pada laga itu.
Adapun Pogba baru diturunkan pada menit ke-67, menggantikan Bruno Fernandes. Pogba, yang merayakan ulang tahun ke-29, gagal jadi kreator gol yang diharapkan MU. Selama 23 menit bermain, Pogba hanya sembilan kali menyentuh bola.
Adapun Wan-Bissaka hanya menjadi penghangat bangku cadangan MU. Ia kalah bersaing dengan Diogo Dalot.
Kehilangan daya magis
Selain mereka, pemain-pemain utama MU, seperti Jadon Sancho, Fernandes, dan Cristiano Ronaldo, juga kehilangan daya magis yang kerap menjadi penentu kemenangan. Ronaldo bahkan gagal mencatatkan satu pun tembakan ke gawang Atletico yang dikawal Jan Oblak.
Performa menawan ”CR7”, yang mencetak trigol ke gawang Tottenham Hotspur di Liga Inggris, akhir pekan lalu, seperti tidak berjejak. Sementara Sancho dan Fernandes hanya satu kali mencatatkan tembakan. Jumlah tembakan ketiga pemain itu kalah dari dua bek, yaitu Raphael Varane dan Dalot, yang masing-masing melakukan dua dan empat tembakan.
AFP/PAUL ELLIS
Dua bintang Manchester United, Paul Pogba (kiri) dan Cristiano Ronaldo, masuk ke ruang ganti seusai menghadapi Atletico Madrid pada laga pertemuan kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. MU takluk 0-1 (agregat 1-2) dari Atletico.
Ralf Rangnick, manajer interim MU, pun tampak kecewa karena timnya gagal membuat gol lebih dulu melawan Atletico, tim yang sangat baik mempertahankan keunggulannya. Di sisi lain, ia menyayangkan sikap skuad Atletico yang mengulur-ulur waktu di babak kedua.
Menurut data Opta, pada 30 menit akhir babak kedua, bola hanya dimainkan selama 11 menit dan 19 detik. Selama 19 menit lainnya, laga lebih banyak dihentikan karena pelanggaran dan bola yang keluar lapangan.
”Kami menjalani babak kedua yang menyulitkan dan membuat frustrasi. Kami tidak banyak menghasilkan peluang,” ujar Rangnick seusai laga itu.
Phil McNulty, kepala penulis olahraga BBC, menilai, kekalahan dari Atletico akan membuat Rangnick kian sulit mempertahankan jabatannya sebagai manajer MU pada musim depan. Selain persoalan manajer, lanjut McNulty, tugas utama manajemen MU lainnya adalah menyingkirkan pemain-pemain yang selama ini tidak memiliki ambisi besar untuk membantu tim itu berprestasi.
”Terlalu banyak pemain yang terlihat tidak memuaskan dan tidak cukup baik bagi tim. Jadi, siapa pun manajer baru MU nanti, ia akan menghadapi tugas yang amat berat apabila tetap dibekali mayoritas pemain yang sama,” tulis McNulty dalam kolomnya di BBC, kemarin.
Sebaliknya, Simeone membuktikan pengalamannya selama satu dekade menangani Atletico. Ia menghadapi MU dengan dua taktik yang telah disiapkan untuk meredam agresivitas pemain MU di kandang.
Taktik tiga bek tengah yang ditopang dua bek sayap menjadi resep utama Simeone untuk meredam serangan MU yang diawali dari kedua sisi luar lapangan. Lalu, tiga bek, yakni Jose Gimenez, Stefan Savic, dan Reinaldo, ampuh menutup ruang Ronaldo dan Fernandes.
Tak ketinggalan, juru taktik asal Argentina itu memuji performa gemilang kiper, Jan Oblak, yang melakukan lima penyelamatan gemilang. ”Kami memulai laga dengan 5-3-2, kemudian berubah menjadi 5-4-1 di babak kedua untuk memberi ruang kepada Griezmann dan Lodi lebih banyak bergerak di kedua sayap. Pemain belakang dan Oblak membantu kami tampil lebih tenang ketika sudah unggul,” kata Simeone. (REUTERS)