Diinvestigasi, Dugaan Gestur Rasis Pemain Bima Perkasa
Pemain Bima Perkasa, Restu Dwi Purnomo, diduga melakukan tindakan rasis kepada pemain asing. Seisi liga bersuara lantang mengampanyekan antirasisme. Pihak IBL akan segera bertindak menanggapi kasus itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Liga Bola Basket Indonesia, IBL, tengah menginvestigasi dugaan gestur rasis yang dilakukan pemain DNA Bima Perkasa Jogja, Restu Dwi Purnomo. Mereka berkomitmen tidak akan menoleransi segala tindakan rasisme di dalam dan di luar lapangan. Jika terbukti, kasus yang baru pertama kali terjadi di bola basket Indonesia ini perlu ditindak tegas.
Dugaan gestur rasis itu terekam dalam laga Bima Perkasa versus Bumi Borneo Basketball Pontianak di Hall Basket Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022). Ketika itu, Restu menunjukkan ekspresi mengejek setelah berduel dengan pemain asing lawan, Austin Mofunanya.
Restu mengeluarkan lidah dan memajukan mulutnya. Dia seperti menirukan wajah seekor kera. Bagi pemain berkulit hitam Amerika Serikat keturunan Afrika seperti Mofunanya, mereka kerap kali mendapat tindakan rasis dengan disamakan seperti kera.
Wasit ataupun pemain di lapangan tidak memperhatikan ejekan itu. Kasus ini baru ramai ketika video diunggah ke media sosial. Setelah itu, para pemain dan klub bersama-sama mengecam tindakan rasis itu. Mereka bersatu mengampanyekan slogan ”No Room For Racism”.
”Sepengetahuan saya, belum pernah ada kasus seperti ini sepanjang sejarah liga kita. Kami pasti tidak mendukung segala reaksi yang berlebihan di lapangan, apalagi sampai tindakan rasisme. Karena itu, kami berkomitmen secepatnya menginvestigasi kasus ini hingga tuntas,” ujar Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah saat dihubungi, Sabtu.
Namun, Junas mengatakan, pihaknya akan sangat berhati-hati menentukan gestur tersebut tindakan rasis atau bukan. IBL sedang meminta bantuan Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), lewat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi), untuk meninjau gestur itu. Adapun FIBA lebih berpengalaman menangani kasus serupa.
Pengawas pertandingan sudah meninjau tindakan Restu. Akan tetapi, gestur itu tidak masuk dalam kategori unsportmanlike foul, technical foul, atau diskualifikasi. Karena itu, bantuan referensi dari FIBA dibutuhkan. ”Sebab, perihal gestur dapat menimbulkan berbagai persepsi,” tambah Junas.
Restu sudah meminta maaf lewat akun Instagram Bima Perkasa. Dia menjelaskan tidak bermaksud untuk melakukan tindakan rasis terhadap Mofunanya. Gestur itu dibuat sebagai bentuk kekecewaan kepada diri sendiri. Adapun Restu masih ikut bertanding saat Bima Perkasa kalah dari Pacific Caesar Surabaya, 64-67, Sabtu siang.
Asisten Pelatih Bima Perkasa Gogor Gubah Nugroho menyampaikan, tidak ada ruang untuk rasisme di timnya. Klub sudah mendatangi langsung kubu Bumi Borneo untuk meminta maaf. Mereka saat ini masih menunggu hasil investigasi dari IBL.
”Saya percaya, orang kalau sekali rasis pasti akan rasis terus. Buktinya Restu sudah bertahun-tahun bermain dengan pemain asing, termasuk musim ini, tidak pernah terjadi apa-apa. Menurut saya, dia hanya orang yang berada di salah posisi,” ucap Gogor.
Kami pasti tidak mendukung segala reaksi yang berlebihan di lapangan, apalagi sampai tindakan rasisme.
Tindakan rasis terhadap kulit hitam menjadi hal yang sensitif di IBL. Nyaris seluruh pemain asing dalam beberapa tahun terakhir berasal dari AS. Mereka juga kebanyakan pemain keturunan AS-Afrika berkulit hitam. Jika tidak ditindak tegas, hal ini bisa semakin menjamur pada musim-musim berikutnya. Sportivitas dalam olahraga pun jadi taruhan.
Pemain asing Pacific Caesar Tyron Lamar Criswell sangat senang dengan reaksi kompak dari para pemain dan pelatih yang menolak segala bentuk tindakan rasis. Dia berharap, gerakan tersebut bisa menjamin kasus serupa tidak terulang lagi di IBL.
”Menyedihkan karena rasisme terjadi di mana-mana. Hal itu sangat buruk di AS. Saya bangga dengan seluruh tim, staf pelatih dan pemain, mereka tidak membiarkan rasisme bertumbuh di sini. Memang begitu seharusnya. Kami ada di sini untuk bermain olahraga yang kami cintai, tanpa melihat latar belakang apa pun,” kata Criswell.
Sejauh ini, pihak IBL baru menjatuhkan sanksi material senilai Rp 5 juta kepada Bima Perkasa. Sanksi itu berdasarkan Peraturan Kode Etik perihal Etika Personel Klub IBL. Setiap anggota tim harus menjunjung tinggi asas sportivitas, bertingkah laku sesuai dengan norma kesopanan, dan menjauhi tindakan yang dapat memancing emosi lawan maupun penonton. Sanksi masih bisa bertambah jika Restu dinyatakan melakukan tindakan rasis.