DNA Bima Perkasa Jogja berharap pergantian pelatih bisa mengubah nasib mereka di seri 2 IBL. Mereka mencopot pelatih asing setelah performa buruk di seri pembuka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – DNA Bima Perkasa Jogja memutuskan untuk mencopot pelatih asing asal Amerika Serikat, Glacus Dean Murray, jelang seri 2 IBL di Bandung, pada 29 Januari – 4 Februari 2022. Keputusan ini sangat mengejutkan karena sang pelatih baru memimpin empat laga. Pergantian instan kursi pelatih ini merupakan yang tersingkat dalam sejarah liga bola basket profesional di Tanah Air.
Murray, peraih gelar Coach of The Year ASEAN Basketball League 2019, dicopot setelah rentetan empat kekalahan beruntun di seri 1 Jakarta. Dia menyudahi debut melatih klub di Indonesia hanya kurang dari tiga bulan seusai ditetapkan sebagai pelatih.
Keputusan manajemen klub terbilang di luar dugaan. Terlepas dari tren performa buruk tim, IBL baru berjalan satu seri dari enam seri yang direncanakan. Hasil di seri pembuka belum bisa dijadikan penilaian utuh terhadap pelatih baru. Apalagi, Murray yang baru datang pada November 2021 masih beradaptasi dengan iklim bola basket Indonesia.
Para pemain Bima Perkasa pun ikut terkejut dengan perubahan mendadak ini. “Pasti kami kaget. Tetapi kan ini sudah terjadi. Kami hanya berharap ada pengganti yang sepadan,” kata point guard veteran Bima Perkasa, Azzaryan Pradhitya, saat dihubungi dari Jakarta, pada Jumat (28/1/2022).
Di seri Jakarta, Bima Perkasa kalah beruntun dari Dewa United Surabaya, Amartha Hangtuah Jakarta, Evos Thunder Bogor, dan Bali United Basketball. Mereka hanya mampu memberi perlawanan di laga pembuka versus Dewa United. Setelah itu, pada tiga laga sisa, mereka bertanding tanpa gairah dan selalu kalah dengan skor tertinggal dua digit.
Menurut Azzaryan, mereka tampil buruk karena para pemain masih beradaptasi dengan sistem yang diterapkan Murray. Sistem ini berbeda dengan milik pelatih sebelumnya, David Singleton. Murray mengutamakan serangan dengan pola lebih sistematis. “Jadi kami lebih disuruh menahan bola. Tidak langsung kencang. Berbeda dengan coach Dave yang mengutamakan kecepatan bermain,” jelasnya.
Penerapan sistem itu menjadi bumerang untuk Murray. Seperti diketahui, serangan sistematis butuh keharmonisan tim yang baik. Keharmonisan itu datang seiring waktu. Sayangnya, klub sedari awal tidak menjanjikannya banyak waktu untuk bisa tampil bagus.
Pemilik Bima Perkasa, Edy Wibowo, berkata, kontrak dengan Murray hanya semusim. Sang pelatih ditargetkan membawa tim ke peringkat ketiga musim reguler, sama seperti musim lalu. Murray juga diharapkan mengantar tim ke final jika lolos playoff. Bagi manajemen, target itu realistis karena tim hanya kehilangan satu pemain reguler musim ini, yaitu center Galank Gunawan.
Namun, manajemen klub melihat target itu akan sulit dicapai dengan performa di seri pembuka. “Kami sudah ada indikator prestasi. Misalnya di seri Jakarta, kami menargetkan setidaknya ada 1-2 kemenangan. Itu tidak tercapai. Selain itu, ini juga merupakan evaluasi menyeluruh sejaklaga uji coba” ucap Edy.
Alasan lainnya, kata Edy, manajemen klub ingin mengembalikan sistem bermain dengan tempo cepat seperti era Singelton. “Gaya itu lebih cocok dengan amunisi tim kami yang berisi pemain muda. Kalau mau berubah kan paling ideal mengganti pelatih, tidak mungkin mengganti semua pemain,” lanjutnya.
Pasti kami kaget. Tetapi kan ini sudah terjadi. Kami hanya berharap ada pengganti yang sepadan
Pergantian instan Bima Perkasa terasa mengejutkan karena merupakan anomali di industri bola basket. Biasanya, klub mempercayai hasil tidak jatuh dari langit. Pelatih butuh waktu dan proses untuk membangun sistem. Bahkan, banyak pelatih yang lebih mengutamakan perkembangan tim dari hari ke hari, dibandingkan dengan sebuah kemenangan.
Di liga bola basket terbesar dunia misalnya, NBA. Pelatih rata-rata diberikan kepercayaan setidaknya dua musim. Di Indonesia, waktu pelatih membuktikan diri tidak sebanyak itu. Meskipun begitu, mereka biasanya diberikan satu musim sebelum dievaluasi. Jarang sekali terjadi pemecatan di paruh musim.
“Sama sekali tidak bisa masuk ke sistem pelatih itu kalau baru dua bulan menukangi tim. Idealnya, perlu tiga musim untuk pelatih membuat tim bisa mendominasi. Tahun pertama meletakkan pondasinya. Tahun kedua menambah 1-2 pemain yang dibutuhkan. Baru tahun ketiga bisa terlihat,” kata Ocky Tamtelahitu, mantan pemain dan pelatih berskala nasional itu.
Pelatih baru
Bima Perkasa masih mencari pengganti Murray untuk memimpin tim di seri Bandung. Mereka akan menjalani empat laga berat melawan Prawira Bandung, Rans PIK Basketball, Pelita Jaya Bakrie Jakarta, dan NSH Mountain Gold Timika. Tiga klub calon lawan, kecuali Rans, punya persentase kemenangan minimal 50 persen.
Asisten pelatih tim, Oleh, untuk sementara didaftarkan sebagai pelatih Bima Perkasa di seri 2. Namun, pergantian bisa saja terjadi jika kontrak dengan pelatih baru sudah resmi sebelum seri 2 dimulai.
“Kalau pengganti kami masih mencari terus. Kami sudah punya beberapa daftar pelatih yang sesuai kriteria. Kriteria kami tentunya yang bisa membawa tim memenuhi target musim ini. Sekarang kami fokus dulu menghadapi seri 2, kami berharap bisa menang untuk membangkitkan moral anak-anak,” ucap Edy.
Bima Perkasa merupakan salah satu dari dua tim yang belum menang pada IBL musim ini, selain klub baru Bumi Borneo Basketball Pontianak. Kedua tim ini sama-sama berada di dasar klasemen Divisi Merah.