Andakara Prastawa mampu bangkit dari keterpurukan penampilan di timnas. Sang ”Bocah Ajaib” menjawab keraguan banyak orang lewat performa epik bersama Pelita Jaya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Andakara Prastawa (29), point guard Pelita Jaya Bakrie Jakarta, kembali menjadi pahlawan kemenangan timnya untuk ketiga kali beruntun di IBL Tokopedia 2022. Dia membuktikan kapabilitasnya sebagai salah satu penembak terbaik di Tanah Air setelah diragukan banyak pencinta bola basket karena performanya yang kurang optimal bersama tim nasional.
Prastawa menyumbang 18 poin dan 4 asis dalam kemenangan Pelita Jaya atas Amartha Hangtuah Jakarta 74-69 di Hall Basket Senayan, Jakarta, Rabu (16/3/2022). Selain pencetak poin terbanyak, dia juga membunuh momentum lawan pada kuarter terakhir lewat tembakan tiga angka yang menjadikan skor 61-55.
Kapten Pelita Jaya itu melempar bola di posisi berjarak 2 meter lebih jauh dari garis tiga angka. Dia dengan mudah memasukkan tembakan sangat jauh yang merupakan ciri khas pemain NBA, Stephen Curry. ”Kami kehilangan momentum sejak lemparan Prastawa itu. Kami dari tertinggal 2-3 poin jadi cukup jauh,” kata Pelatih Hangtuah Antonius Ferry Rinaldo.
Asisten Pelatih Pelita Jaya Jap Ricky Lesmana menyampaikan, lemparan luar biasa itu bukan berasal dari instruksi tim pelatih. Prastawa melempar karena melihat ada ruang kosong. Pemain lawan yang menjaganya, Fisyaiful Amir, berada terlalu jauh karena sedang dalam skema bertahan zona.
”Itu insting Prastawa. Itulah kelebihannya. Di tim ini dia dikasih kepercayaan lebih dari pelatih kepala (Fictor Roring). Karena itu, dia bermain cukup nyaman dan bisa berada di performa terbaik,” ucap Ricky.
Menurut Prastawa, lemparan dari jarak 9 meter tersebut bukan sebuah spekulasi. Dia melatih tembakan itu hampir setiap hari, sama seperti Curry yang menjadikannya porsi utama dalam latihan. ”Kalau tidak dilatih, saya pasti tidak diberi (izin) menembak seperti itu. Saya punya kemampuan, mereka (pelatih) juga percaya dengan kemampuan itu,” ujarnya.
Seperti di laga itu, Prastawa juga menunjukkan penampilan epik dalam dua pertandingan sebelumnya, melawan Bali United Basketball (19 poin) dan Rans PIK Basketball (15 poin). Adapun dia mencatat akurasi sempurna dari lemparan tiga angka, lima kali dari lima percobaan, saat melawan Bali United.
Pemain yang pernah dijuluki ”Bocah Ajaib” ini mencapai puncak performanya di pertengahan musim reguler setelah pulang membela timnas di kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023. Akurasi lemparan tiga angkanya naik dari 30 persen pada 4 laga awal, jadi 50 persen pada 8 laga teranyar. Berkat performa itu, Pelita Jaya menjadi satu-satunya tim yang baru kalah sekali di liga.
Itu insting Prastawa. Itulah kelebihannya. (Jap Ricky Lesmana)
Kualitas papan atas itu tidak terlihat di laga terakhirnya bersama timnas, melawan Jordania, pada akhir Februari. Ketika itu, dia hanya mencetak 2 poin dalam 21 menit, tidak berhasil memasukkan satu pun dari tiga kali percobaan lemparan tiga angka. Laga itu berujung kekalahan timnas 64-94.
”Sepulang dari sana, saya dapat banyak kritik. Saya akui kami memang semua main jelek. Namun, itu jadi pembelajaran. Dari sana ada kritik membangun dari orang yang paham basket. Ada juga yang hanya mau jelek-jelekin doang. Yang diambil pasti yang paham,” tutur Prastawa.
Beberapa kritik yang turut menjadi evaluasinya antara lain, kurang lepas dalam bermain dan banyak tembakan tidak masuk. Setelah kembali ke Pelita Jaya untuk masuk ”gelembung” Jakarta, Prastawa pun mencoba untuk lebih menikmati permainan. Dia berusaha kembali ke permainan aslinya.
Sementara itu, dia juga semakin termotivasi pada musim ini karena semakin banyaknya pemain muda di posisinya. Beberapa nama point guard yang sedang naik daun, seperti Yudha Saputra dan Rio Disi, bahkan sering disebut-sebut oleh pecinta bola basket untuk menggantikan Prastawa di timnas.
”Senang pastinya sebagai senior kalau ada yunior yang bermain bagus. Tetapi, saya sendiri juga tidak mau diam dan mengalah begitu saja. Justru saya semakin semangat untuk bersaing dengan mereka. Jadi motivasi, jangan sampai kalah sama yang lebih muda, yang lagi ngejar,” tambah tiga kali pemenang kontes lemparan tiga angka IBL tersebut.
Tren positif ini, menurut Prastawa, juga tidak terlepas dari peran besar rekan-rekan setimnya. Salah satu paling krusial adalah kehadiran center asing, Dior Lowhorn, yang semakin menyetel dengan tim. Lowhorn dengan tubuh tinggi dan kekar selalu berhasil menarik gravitasi pertahanan lawan ke area dalam. Alhasil, Prastawa lebih sering terbuka di garis tiga angka.
Prastawa telah mencatatkan rata-rata 12,4 poin, 3,1 asis, dan 1,5 steal hingga saat ini. Dengan catatan impresif itu, dia berpeluang besar jadi Most Valuable Player IBL musim ini. Gelar pribadi itu belum pernah dirasakannya selama berkarier profesional sejak 2012.