Di Liga Inggris, Manajer Manchester City Pep Guardiola dikepung tim-tim bergaya Jerman. Pengalaman tiga musim di Bayern Muenchen kini menjadi bekal Guardiola meredam Manchester United asuhan Ralf Rangnick.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Jerman perlahan menjadi kiblat baru bagi klub-klub Liga Inggris. Lima tim diasuh juru taktik yang mengenyam ilmu sepak bola ala Jerman. Bahkan, Ralf Rangnick, peletak asas sepak bola modern ala Jerman, turut ”turun gunung” mengisi posisi manajer interim Manchester United.
Rangnick sejatinya dihadirkan untuk menyaingi Manajer Manchester City Pep Guardiola. Manajer asal Catalan, Spanyol, itu tidak diragukan lagi adalah pengendali Liga Primer Inggris dalam empat musim terakhir.
Tiga gelar liga telah digenggam City dalam empat musim terakhir. Memasuki 11 pekan terakhir di liga itu, City bahkan masih menjadi pemuncak klasemen. Guardiola dan timnya kini mengungguli tiga tim lainnya yang dilatih pria asal Jerman.
Ketiga tim itu ialah Liverpool yang ditangani Juergen Klopp, Chelsea bersama Thomas Tuchel, dan Rangnick di MU. Adapun dua tim lainnya yang dilatih manajer dengan ide sepak bola Jerman adalah Southampton asuhan Ralph Hasenhuttl dan Jesse Marsch yang menggantikan Marcelo Bielsa di Leeds United.
Klopp, Tuchel, dan Rangnick adalah manajer yang lahir dan besar di Jerman, sedangkan Hasenhuttl memiliki kewarganegaraan Austria. Adapun Marsch berpaspor Amerika Serikat. Namun, mereka semua mengenyam pendidikan kepelatihan sepak bola di Jerman.
Rangnick tidak diragukan lagi adalah ”guru” dari empat menajer itu. Tuchel menganggap Rangnick sebagai mentornya. Ia juga pernah bermain di bawah asuhan Rangnick saat membela SSV Ulm. Adapun Klopp meresapi filosofi sepak bola Rangnick dan dikembangkan menjadi ”gegenpressing”.
Sementara Hassenhuttl adalah pengganti Rangnick di RB Leipzig pada musim 2016-2017. Manajer lainnya, Marsch, sempat menjadi asisten Rangnick ketika kembali menangani RB Leipzig pada musim 2018-2019. Itulah awal karier Marsch di Eropa setelah sempat lama melanglang buana di AS. Pada debutnya di Liga Inggris bersama Leeds, Sabtu (5/3/2022) malam, Marsch takluk dari tuan rumah Leicester City, 0-1.
Mereka (City dan Liverpool) memiliki identitas dan ide yang jelas tentang cara bermain. Ide itulah yang membimbing klub mengambil keputusan lain, seperti perekrutan dan penjualan pemain. Pembentukan identitas seperti itu harus dikembangkan MU. (Ralf Rangnick)
Alhasil, Leeds menelan hasil negatif di lima laga beruntun sehingga kian terancam masuk ke zona degradasi. Hasil itu menunjukkan Marsch belum mampu memperbaiki buruknya penyelesaian akhir ”Si Putih”. Leeds mencatatkan 19 peluang, tetapi tidak ada satu pun yang berbuah gol. Di sisi lain, Leicester bisa memanfaatkan satu peluang menjadi gol meski hanya mengkreasikan tujuh tembakan.
Peran besar Rangnick
Terkait Rangnick, pada konferensi pers jelang derbi Manchester di Stadion Etihad, Guardiola mengakui peran besar sang lawan bagi perkembangan sepak bola Jerman. Menurut dia, Rangnick ibarat sekolah sepak bola yang menghadirkan filosofi permainan modern. Tidak hanya di Jerman dan Inggris, gaya Rangnick juga telah diadopsi di Austria dan AS.
”Rangnick adalah bapak sepak bola menekan, cepat, dan permainan ke dalam. Anda bisa menyaksikan itu di Liverpool dan Southampton, kemudian sekarang ada Jesse Marsch bersama Leeds. Hal serupa diterapkan pula Tuchel, tetapi dia bermain lebih melebar,” kata Guardiola kepada Sky Sports.
Laga City kontra MU pada Minggu (6/3/2022) pukul 23.30 WIB bakal menjadi duel kompetitif perdana Guardiola versus Rangnick. Diakui Guardiola, gaya bermain Rangnick dengan zona pertahanan tinggi, transisi cepat, direct play, dan melibatkan semua pemain untuk bertahan sangatlah atraktif dan telah terbukti sukses.
Taktik itu, kata Guardiola, juga dipelajarinya saat tiga musim menangani Bayern Muenchen di Jerman. Meski memahami gaya permainan ala Jerman itu, Guardiola menegaskan, taktik itu tidak sesuai dengan filosofi sepak bola yang dianutnya.
”Saya dari Catalan. Pendidikan sepak bola saya dari sana sehingga cara saya memandang sepak bola amat terinspirasi dari itu. Saya mempelajari (gaya) Jerman, tetapi perspektif saya tidak berubah karena itu telah memberikan kesuksesan,” ucap manajer berusia 51 tahun itu.
Lebih lanjut, Guardiola memprediksi City akan dipaksa bertahan oleh MU yang tampil dengan gaya sepak bola khas Rangnick. ”Ya, untuk pertama kalinya, kami akan bermain selama 90 menit dengan sebuah benteng (pertahanan),” ujarnya sembari tersenyum.
Namun, City tentu tidak akan benar-benar tampil bertahan terlepas bek tengah Ruben Dias dipastikan tidak tampil karena dibekap cedera hamstring. Untuk menghadirkan antitesis gaya Rangnick ketika menghadapi MU, kata Guardiola, City harus bisa menghentikan transisi cepat yang akan diterapkan lawan ketika menguasai bola.
Saat ditanya apa rencana permainan utama ”The Citizens” pada derbi Manchester edisi ke-179 itu, Guardiola pun menjawab, ”Yaitu menghentikan sebanyak mungkin upaya MU dan Rangnick menjalankan rencana permainannya,” ujarnya.
City tentu mengincar kemenangan atas rival sekotanya itu. Guardiola telah mengharamkan pasukannya tergelincir lagi di 11 laga tersisa di liga musim ini. Ia ingin City menjaga jarak keunggulan enam poin dengan Liverpool, tim di peringkat kedua. Namun, ”The Reds” masih menyimpan satu laga tunda.
Pentingnya identitas
Di kubu sebaliknya, Rangnick menilai, kunci utama kesuksesan City bersama Guardiola dan Liverpool dengan Klopp adalah konsistensi yang terjaga dalam beberapa musim terakhir. Hal itu, lanjutnya, juga harus dimiliki MU apabila ingin menganggu dominasi kedua klub rivalnya itu di kancah domestik.
”Mereka (City dan Liverpool) memiliki identitas dan ide yang jelas tentang cara bermain. Ide itulah yang membimbing klub untuk mengambil keputusan lain, seperti perekrutan dan penjualan pemain,” kata Rangnick.
”Pembentukan identitas itu harus dikembangkan dan ditingkatkan MU dalam beberapa tahun mendatang. Sebab, itulah cara yang telah ditempuh tim-tim top Eropa,” ujarnya kemudian.
Terkait target dalam derbi Manchester pertamanya, Rangnick berkata, ia ingin membawa pulang kemenangan. MU butuh kembali ke jalur kemenangan setelah tersandung di kandang sendiri, pekan lalu, seusai ditahan imbang Watford, 0-0.
Tiga poin menjadi satu-satunya cara bagi ”Setan Merah” untuk menjaga posisi empat besar. Untuk merebut tiket terakhir ke Liga Champions Eropa musim depan, MU bersaing dengan empat tim lainnya, yaitu West Ham United, Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Wolverhampton Wanderers. (AFP)