Pendekatan taktik baru diperkenalkan Pep Guardiola bersama Manchester City. ”The Citizens” tidak ingin tampil monoton demi meluluskan ambisi mempertahankan trofi liga pada musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Manajer Manchester City Pep Guardiola kembali melahirkan pendekatan permainan baru bagi timnya yang ditampilkan pada laga pekan ke-24 Liga Inggris menghadapi Brentford, Kamis (10/2/2022) dini hari WIB, di Stadion Etihad. Guardiola tidak segan mengotak-atik posisi sejumlah pemainnya demi memperkaya keberagaman formasi ”The Citizens” agar kian sulit direka lawan.
Kemenangan 2-0 atas Brentford memang tidak menghadirkan sesuatu yang istimewa. City memang memiliki kualitas yang setingkat di atas tim promosi itu. Sumbangan gol dari Riyad Mahrez dan Kevin De Bruyne melegitimasi keunggulan City atas ”Si Lebah”, julukan Brentford.
Namun, pada laga itu, Guardiola menunjukkan hal yang menarik dari permainan anak asuhannya. Ia menurunkan langsung tiga bek tengah berkualitas dunia yang dimiliki City, yaitu Aymeric Laporte, Ruben Dias, dan John Stones, dalam susunan pemain inti.
Memainkan tiga bek tengah sejak menit awal memang bukan hal yang baru bagi City di musim ini. Pada dua duel di liga, Desember lalu, Guardiola juga menurunkan tiga pemain itu secara bersamaan dari awal laga saat melibas Leeds United, 7-0, pada 15 Desember lalu.
Kemudian, City juga menurunkan Dias, Laporte, dan Nathan Ake kala mengalahkan Brentford 1-0 di pertemuan pertama, 30 Januari lalu. Akan tetapi, dalam dua laga itu, keputusan Guardiola memainkan tiga bek tengah disebabkan krisis bek sayap.
Pada laga menghadapi Leeds, misalnya, Guardiola hanya memiliki Oleksandr Zinchenko sebagai satu-satunya stok bek sayap yang tersisa. Lalu, kala duel di London melawan Brentford, pemain bek sayap yang tersedia hanya Joao Cancelo.
Kondisi berbeda terjadi pada laga pekan ke-24. Guardiola rela mencadangkan Zinchenko dan Kyle Walker demi memberi kesempatan Stones tampil sejak peluit mula. Kehadiran bek tim nasional Inggris itu membuat City membangun serangan dengan menerapkan tiga bek.
Ketika pemain City menguasai bola, Stones akan main lebih melebar di sisi kanan, Dias tetap berada di tengah, dan Laporte membantu serangan dari sisi kiri. Di depan mereka, Mahrez dan Cancelo, menjadi pemain yang menjadi kreator serangan dari kedua sisi sayap.
Namun, tugas Cancelo dan Mahrez berbeda. Cancelo berperan sebagai gelandang tambahan yang akan bergerak lebih ke tengah untuk membantu Bernardo Silva dan Rodri. Adapun Mahrez lebih sering tetap berada di sisi luar lapangan sebelah kanan.
Di lini depan, De Bruyne yang secara teori dalam daftar susunan pemain berada di posisi gelandang akan bergantian dengan Phil Foden untuk mengisi posisi false nine. Sementara itu, Raheem Sterling menjadi pemain yang menganggu lini pertahanan belakang lawan dari sisi kiri luar.
Peran itu membantu Sterling memiliki andil bagi dua gol City. Ia menjadi pemain yang dijatuhkan bek Brentford, Mads Roerslev, untuk menghadirkan penalti. Peluang itu dimaksimalkan oleh Mahrez pada menit ke-40.
Lalu, Sterling juga membaca dengan baik arah operan kiper Brentford, David Raya, untuk memotong operan itu dan sempat melakukan tembakan. Sayang, tembakan Sterling bisa ditepis Raya, tetapi bola kedua dimanfaatkan De Bruyne untuk menyepak bola ke arah gawang yang sudah tidak dikawal saat laga berjalan 69 menit.
Guardiola pun memuji performa Stones yang menunjukkan pemahaman yang baik terhadap posisi barunya itu. Menurut Guardiola, taktik baru itu mengharuskan setiap pemainnya untuk memahami tugas mereka sekaligus mengerti pergerakan lawan.
”Kami membangun serangan dengan tiga pemain belakang di laga ini dan tugas itu dijalankan dengan sempurna oleh semua pemain. Saya tidak bisa menyampingkan peran penting Joao (Cancelo) dan Raheem (Sterling) untuk kemenangan ini, tetapi Stones membuktikan bisa berperan di dua posisi (bek sayap dan tengah) dengan sangat baik,” kata Guardiola seusai laga kepada BT Sport.
Empat bek
Penampilan City berbeda dengan tim-tim yang menggunakan pola tiga bek tengah, seperti Chelsea dan Tottenham Hotspur. Alih-alih bertahan dengan lima pemain atau dengan tambahan dua pemain sayap, City justru hanya menerapkan empat bek sejajar dalam taktik transisi dari menyerang ke bertahan.
Dua pemain akan silih berganti menempati satu pemain tambahan di lini pertahanan. Mereka adalah Cancelo yang mengisi posisi bek sayap kiri atau Rodri yang menemani Dias di pos bek tengah.
Perubahan terjadi juga ketika Foden dan Mahrez diganti pada pertengahan babak kedua. Masuknya Ilkay Guendogan dan Jack Grealish mengubah peran De Bruyne.
Gelandang pirang asal Belgia itu bermain di sisi sayap kanan atau bergerak di depan Stones pada 20 menit terakhir. Peran De Bruyne di lini tengah ditempati oleh Grealish.
Taktik dan peran para pemain City itu agak rumit karena setiap pemain harus cepat beradaptasi dengan peran baru ketika ada pergantian pemain. Di sisi lain, mereka juga harus memiliki pemahaman satu sama lain untuk saling mengisi posisi. Namun, itulah yang disukai Guardiola untuk mengelabui lawan.
”Kami telah memasuki bagian terpenting di musim ini, jadi kami akan melanjutkan perubahan taktik yang telah kami lakukan dalam enam tahun terakhir. Saya berharap seluruh pemain harus bermain baik melebihi dari apa yang bisa saya pikirkan tentang performa mereka,” ucap Guardiola, juru taktik asal Spanyol.
Kami telah memasuki bagian terpenting di musim ini, jadi kami akan melanjutkan perubahan taktik yang telah kami lakukan dalam enam tahun terakhir. (Pep Guardiola)
Raihan positif atas Brentford membuat City menjadi tim pertama yang mengoleksi 60 poin di Liga Inggris musim ini. ”The Citizens” unggul 12 poin atas Liverpool yang baru menjalani laga melawan Leicester City, Jumat dini hari.
Sterling menegaskan, selisih poin itu tidak boleh membuat City terlena. ”Kami harus terus melaju, terus menang. Tidak ada hal lain yang wajib kami lakukan selain menang dan setiap laga selanjutnya adalah vital,” kata Sterling.
Simon Stone, jurnalis senior BBC, menganggap, mengalirnya peran pemain City itu telah keluar dari pakem disiplin taktik yang diterapkan oleh tim-tim sepak bola Inggris di masa lalu. Guardiola, lanjutnya, tidak membatasi peran untuk mencetak gol dan melakukan tembakan terhadap penyerang dan gelandang saja.
”Menyaksikan permainan City di musim ini seperti melihat kilas balik ‘Total Football’ dan era keemasan sepak bola Belanda pada dekade 1970-an bersama Rinus Michels,” ungkap Stone. (AFP)