Tim nasional bola basket Indonesia masih belum berkutik menghadapi tim Asia Barat yang punya keunggulan fisik. Pelatih Rajko Toroman butuh ide baru untuk mengakhiri rentetan kekalahan timnas.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -Timnas Indonesia tampil monoton dengan rencana permainan yang terlalu mudah dibaca ketika takluk dari Arab Saudi 66-95 pada kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023. Selain kurang persiapan karena badai Covid-19, timnas tidak berdaya karena minimnya ide pelatih Rajko Toroman saat melawan tim-tim Asia Barat yang punya pemain tinggi dan atletis.
Tim asuhan Toroman menelan tiga kekalahan beruntun di Grup C. Setelah kalah telak dua kali dari Lebanon saat jendela pertama kualifikasi, mereka kembali takluk dari tuan rumah Arab Saudi pada jendela kedua di Arena King Abdullah Sports City, Jeddah, Kamis (24/2/2022) malam WIB.
Timnas tidak berkutik menghadapi keunggulan fisik lawan yang lebih tinggi di semua posisi. Dua pemain naturalisasi, Brandon Jawato dan Lester Prosper, yang diharapkan bisa mengangkat performa tim, juga kesulitan menghadapi para pemain tuan rumah. Indonesia pun tenggelam dengan total akurasi lemparan hanya 39,4 persen (26 dari 66).
"Keunggulan kami dari berbagai aspek cukup untuk membicarakan apa yang terjadi di laga ini. Kami menyadari mereka kuat dalam tiga angka sehingga kami berusaha menghentikannya,” kata pelatih kepala Arab Saudi, Ali Alsanhani.
Skuad besutan Ali selalu berhasil menutup skema permainan Indonesia yang ingin mencari ruang tembakan tiga angka. Timnas pun kehabisan cara. Mereka terus mengincar tembakan jauh walaupun sudah terbaca. Akurasi lemparan tiga angka tim pun anjlok hingga 25,9 persen (7 dari 27).
Trio guard inti timnas, Andakara Prastawa, Abraham Damar Grahita, Agassi Goantara, nyaris selalu menemui jalan buntu dalam mengatur serangan. Ketika terdesak, mereka akan memberikan bola kepada Prosper (18 poin) dan Jawato (14 poin) yang jadi pencetak nilai terbanyak timnas.
Alhasil, duet naturalisasi ini sering terpaksa menembak karena waktu 24 detik akan habis. Efektivitas mereka turun drastis, terutama Jawato yang hanya mencatat akurasi tembakan tiga angka 12,5 persen (1 dari 8).
Sebaliknya, Arab Saudi begitu nyaman mendominasi area dalam timnas. Mereka mencetak 56 poin di paint area yang dijaga Prosper. Menurut Ali, mereka sudah menyiapkan rencana untuk mengeksploitasi area dalam. Rencana itu tidak berubah hingga akhir karena Indonesia gagal mengantisipasinya. "Kami sadar lebih unggul dalam tinggi badan," ucap Ali.
Arab Saudi langsung tampil dengan dua center sekaligus, Mohammed Alsuwailem (2,08 meter) dan Mohammed Almarwani (2,06 meter). Keduanya mendominasi dengan mencetak gabungan 30 poin. Prosper (2,07 meter) sebagai satu-satunya pemain timnas yang lebih dari 2 meter, kewalahan menjaga area dalam sendirian.
Toroman tidak mengubah taktik saat area dalam timnya diacak-acak. Dia tidak memasukkan pemain bertubuh besar lain, seperti Vincent Kosasih atau Kevin Yonas Sitorus, untuk membantu Prosper.
Selain mudah kehilangan poin, Indonesia juga kalah telak dalam rebound 34-47. Arab Saudi menghasilkan 15 offensive rebound yang berbuah 19 poin pada serangan kedua. Timnas pun sudah tertinggal 17 poin pada paruh pertama.
Toroman mengatakan, pergantian pemain tidak akan banyak berpengaruh karena anak asuhnya memang kalah atletis. "Arab Saudi lebih atletis dari kami. Mereka unggul dalam rebound dan fast break. Mereka mendominasi setiap sisi lapangan. Itu yang membuat mereka menang," ucapnya.
Adapun Toroman hanya memfokuskan rotasi tim terhadap enam pemain. Satu-satunya pemain cadangan yang tampil lebih dari 10 menit hanyalah forward Kaleb Ramot Gemilang. Tidak ada eksprimen mengejutkan dari sang pelatih. Bahkan dua pemain muda yang dibawa, Yudha Saputera dan Aldy Izzatur, baru dimainkan tiga menit terakhir setelah timnas pasti kalah.
Problem timnas menghadapi tim-tim Asia Barat tampak nyata. Sebelumnya, mereka yang tampil tanpa Prosper, juga dipermalukan oleh Lebanon. Toroman belum punya rencana matang untuk menghadapi tim-tim yang lebih unggul jauh dalam postur tubuh.
Setelah kalah dari Lebanon, Toroman mengatakan, kehilangan Prosper berdampak besar. Ironisnya, kehadiran Prosper di Arab Saudi ternyata tidak membuat hasil lebih baik. Timnas justru merasakan kemasukan terbanyak di paint area, dibandingkan jendela pertama.
Menurut pelatih asal Serbia itu, timnas datang bukan dengan kondisi terbaik. Mereka baru berlatih lima hari sebelum berangkat ke Jeddah. Hal itu karena tujuh pemain yang sempat terpapar Covid-19 setelah penundaan Liga Bola Basket Indonesia (IBL).
Arab Saudi lebih atletis dari kami. Mereka unggul dalam rebound dan fast break. Mereka mendominasi setiap sisi lapangan. Itu yang membuat mereka menang. (Rajko Toroman)
"Prosper tidak bermain di kompetisi selama lima bulan terakhir. Jawato punya klub di Jepang, tetapi juga tidak tampil setahun karena pemulihan cedera. Banyak masalah yang kami hadapi. Kami hanya mencoba untuk bertarung sekuat mungkin. Nyatanya, Arab Saudi lebih siap. Mereka sempat menjalani persahabatan dengan Bahrain,” kata Toroman.
Timnas masih akan menghadapi Jordania di jendela kedua kualifikasi, pada Minggu malam. Toroman akan kembali diuji untuk mencari formula tepat lawan tim Asia Barat. Adapun Indonesia akan berada satu grup bersama Arab Saudi dan Jordania di putaran final Piala Asia 2022.