Indonesia akan menghadapi Jordania, Kuwait, dan Nepal di babak kualifikasi Piala Asia 2023. "Garuda" harus mengakhiri kutukan tak pernah menang setiap menghadapi tim Timur Tengah demi menyegel tiket ke China.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional Indonesia memiliki misi yang sulit untuk mewujudkan ambisi mengakhiri penantian sejak 2007 untuk tampil di putaran final Piala Asia. “Garuda” tergabung di Grup A babak kualifikasi Piala Asia 2023 bersama Kuwait, Jordania, dan Nepal untuk memperebutkan salah satu dari 11 tiket tersisa. Untuk menuju ke China, tahun depan, Indonesia wajib mengakhiri rekor buruk menghadapi dua tim Timur Tengah, yaitu Kuwait dan Jordania.
Pengundian putaran ketiga kualifikasi China 2023 dilangsungkan di kantor pusat Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (23/2/2022). Laga babak kualifiaksi Piala Asia 2023 akan dimainkan pada 8 hingga 14 Juni mendatang.
Konfederasi Piala Asia (AFC) menerapkan sistem terpusat untuk pertandingan setiap grup. Alhasil, salah satu dari anggota grup itu ditunjuk sebagai tuan rumah.
Khusus pertandingan Grup A akan dilangsungkan di Kuwait. Sementara itu, lima tuan rumah lainnya ialah Mongolia (Grup B), Uzbekistan (Grup C), India (Grup D), Malaysia (Grup E), dan Kyrgystan (Grup F).
Piala Asia 2023 diikuti oleh 24 peserta. Sebanyak 13 tim telah memastikan tempat di China, sehingga babak kualifikasi tinggal menyisakan 11 tempat terakhir.
Tim yang lolos dari babak kualifikasi ialah juara di enam grup serta lima tim terbaik di peringkat kedua.
Untuk mendapat tiket ke China, Indonesia secara matematis butuh dua kemenangan. Di atas kertas, Indonesia lebih baik dari Nepal, sehingga skuad asuhan Shin Tae-yong itu harus meraih minimal satu kemenangan dari dua laga menghadapi Kuwait dan Jordania.
Namun, misi menyegel kemenangan atas dua tim Timur Tengah itu bukan perkara mudah. Di sisi lain, Indonesia juga selalu kalah dalam empat laga menghadapi tim asal Timur Tengah di era Shin. Indonesia kalah dua kali dari Afghanistan dengan skor 0-1 dan 2-3. Kemudian, tumbang dari Oman dan Uni Emirat Arab masing-masing dengan skor 1-3 dan 0-5.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menilai, tiga lawan Indonesia itu bukan tim yang mudah untuk ditaklukan. Ia menekankan, tim “Garuda” harus mempersiapkan diri secara matang sebelum bertolak ke Kuwait, awal Juni nanti.
“Meski akan menjalani pertandingan yang sulit, kami yakin timnas bisa bersaing di Grup A. Intinya, seluruh pemain harus bekerja keras dan berjuang untuk mengakhiri penantian kita kembali berpartisipasi di Piala Asia,” ucap Iriawan, Kamis, di Jakarta.
Sejak Piala Asia bergulir pada 1956, Indonesia empat kali tampil di turnamen tersebut secara beruntun pada 1996 hingga 2007. Momen terakhir Indonesia berlaga di putaran final Piala Asia tercipta ketika menjadi tuan rumah bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam pada 2007.
Belum pernah menang
“Garuda” belum pernah menang dalam sejarah pertemuan menghadapi kedua tim Timur Tengah di Grup A. Dalam empat laga menghadapi Kuwait, rekor Indonesia ialah tiga kali bermain imbang dan sekali kalah. Empat duel itu terjadi pada periode 1996 hingga 2011.
Meski akan menjalani pertandingan yang sulit, kami yakin timnas bisa bersaing di Grup A. (Mochamad Iriawan)
Pertemuan pertama Indonesia dengan Kuwait terjadi pada Piala Asia 1996 di Arab Saudi. Laga itu berakhir imbang 2-2 yang menjadi poin pertama pada debut Indonesia di turnamen antarnegara Asia itu. Selain itu, laga itu juga selalu dikenang berkat gol indah melalui salto yang dicetak Widodo C Putro.
Terakhir kali Indonesia menghadapi Kuwait terjadi pada babak kualifikasi Piala Asia 2011 di Stadion Gelora Bung Karno, November 2009. Laga itu berakhir imbang tanpa gol.
Adapun satu-satunya kekalahan Indonesia dari Kuwait tercipta pada laga kualifikasi Piala Asia 2011 di markas Kuwait, Stadion Klub Olahraga Al Kuwait, yang berakhir 1-2. Pada laga itu, Indonesia unggul lebih dulu melalui sumbangan gol Bambang Pamungkas, lalu Kuwait membalas melalui dua gol Bader Al-Mutawa.
Sementara itu, Indonesia selalu menderita kekalahan dalam empat laga persahabatan menghadapi Jordania. Pertemuan itu berlangsung pada 2004 hingga 2019.
Dalam empat pertandingan menghadapi Jordania, Indonesia secara total hanya mencetak dua gol. Sementara itu, Jordania telah 12 kali membobol gawang Indonesia.
Pada pertandingan terakhir yang berlangsung di Stadion Raja Abdullah II, kota Amman, Jordania, 11 Juni 2019, “Garuda” dilibas 1-4.
Jordania menjadi kandidat terkuat untuk lolos sebagai juara Grup A. Tim berjuluk “Si Kesatria” itu selalu menembus putaran final dalam tiga edisi terakhir Piala Asia.
Selain itu, Jordania adalah tim dengan peringkat FIFA terbaik di grup itu. Tim yang dilatih Adnan Hamad itu berada di ranking ke-90 pada peringkat FIFA, Februari 2022.
Adapun Nepal menjadi lawan yang di atas kertas seimbang dengan Indonesia. Tim asal Asia Selatan itu berada di peringkat ke-167 dalam ranking terbaru FIFA atau hanya berjarak tujuh posisi dari “Garuda” yang bertengger di posisi 160.
Indonesia baru satu kali menghadapi Nepal pada ajang uji coba, 25 Juni 2014. Pada laga yang berlangsung di Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur itu, Indonesia unggul 2-0 berkat gol dari Samsul Arif dan Hendro Siswanto.
Asnawi Mangkualam, bek kanan Indonesia, menegaskan, lolos Piala Asia 2023 menjadi targetnya bersama timnas di tahun ini. Ia mengakui babak kualifikasi tidak akan mudah.
“Tampil di Piala Asia menjadi impian saya. Kami akan mempersiapkan diri dengan baik untuk lolos dari babak kualifikasi dan tampil di China, tahun depan,” ucap Asnawi. (SAN)