Chelsea dihantui kutukan sebagai juara Piala Dunia Antarklub saat menghadapi Lille pada babak 16 besar Liga Champions Eropa. Maka itu, ”Si Biru” pantang meremahkan sang juara Perancis.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Chelsea, juara dunia baru, akan menjamu Lille pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Rabu (23/2/2022) dini hari WIB di Stadion Stamford Bridge, London, Inggris. Laga itu tidak mudah bagi Chelsea karena sejarah menunjukkan, juara Piala Dunia Antarklub cenderung menuai hasil negatif seusai memuncaki dunia.
Predikat juara dunia itu disandang ”Si Biru” seusai sukses mengalahkan juara Copa Libertadores, Palmeiras, 2-1, di final Piala Dunia Antarklub 2021 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 12 Februari lalu. Trofi itu menjadi gelar juara ketiga Chelsea bersama Manajer Thomas Tuchel dalam satu tahun terakhir. Tuchel sebelumnya juga mengantarkan Chelsea menjuarai Liga Champions dan Piala Super Eropa pada 2021 lalu.
Maka, sejauh ini, Tuchel senang dengan pencapaian timnya. Namun, ia merasa Chelsea masih harus tampil lebih konsisten selama satu musim penuh untuk meraih gelar-gelar berikutnya pada musim ini.
”Ini seharusnya memberi kami keyakinan bahwa kami adalah tim yang kompetitif. Kami adalah tim yang juga bisa tampil bagus pada laga sistem gugur ataupun liga,” kata Tuchel dikutip dari laman resmi Chelsea.
Kans Chelsea menjuarai Liga Inggris memang masih terbuka. Namun, mereka kini tertinggal 13 poin dari pemuncak klasemen sementara, Manchester City. Maka itu, peluang mereka meraih gelar yang lebih realistis adalah di Liga Champions.
Juara bertahan Liga Perancis, Lille, menjadi ujian pertama Chelsea di babak gugur Liga Champions musim ini. Meskipun lebih diunggulkan, Chelsea mewaspadai Lille yang berpotensi jadi batu sandungan.
Kutukan sebagai juara bertahan Piala Dunia Antarklub juga membayangi Chelsea. Sejarah menunjukkan, klub yang berhasil menjadi juara Piala Dunia Antarklub akan kesulitan meraih hasil positif dalam beberapa bulan berikutnya.
Seusai menjuarai Piala Dunia Antarklub, Chelsea kesulitan menampilkan performa terbaiknya. Hal itu terlihat saat Chelsea bertandang ke markas Crystal Palace.
Stigma itu pernah menimpa Barcelona yang menjuarai Piala Dunia Antarklub pada Desember 2015. Setelah menjadi klub sepak bola terbaik di dunia, Barca kandas di semifinal Liga Champions 2016 lalu seusai kalah dari Atletico Madrid.
Nasib Real Madrid
Kejadian paling fenomenal dialami Real Madrid yang menjuarai Piala Dunia Antarklub pada tahun 2014. Sempat meraih 22 kemenangan berturut-turut di semua kompetisi, performa Real kemudian menurun drastis sehingga tidak berhasil meraih satu gelar pun setelah itu. Kegagalan meraih gelar membuat pelatih Real saat itu, Carlo Ancelotti, lantas dipecat. Mereka baru bisa bangkit saat Zinedine Zidane diangkat pelatih pada tahun berikutnya.
Tanda-tanda serupa kini mulai dialami Chelsea. Seusai menjuarai Piala Dunia Antarklub, Chelsea kesulitan menampilkan performa terbaiknya. Hal itu terlihat saat Chelsea bertandang ke markas Crystal Palace, akhir pekan lalu. Walaupun mendominasi laga, Chelsea harus bersusah payah mengalahkan Palace melalui gol semata wayang Hakim Ziyech di pengujung laga itu.
Performa penyerang Chelsea, Romelu Lukaku, menjadi sorotan pada laga itu. Ia tampil melempem dan nyaris tanpa kontribusi berarti. Lukaku hanya membuat tujuh sentuhan bola dalam laga tersebut. Padahal, striker asal Belgia yang direkrut dari Inter Milan dengan biaya Rp 1,7 triliun itu diharapkan bisa membantu Chelsea meraih banyak gelar pada musim ini.
Tuchel pun menyadari masih banyak kelemahan timnya yang perlu dibenahi. ”Anda bisa lihat, ada banyak tekanan yang terjadi jika Anda pergi ke Piala Dunia Antarklub,” kata Tuchel.
Celakanya pula, Chelsea kemungkinan besar masih harus bermain tanpa tiga pemain andalannya, yakni Mason Mount, Reece James, dan Ben Chilwell, karena cedera. Namun, Tuchel bisa sedikit tenang karena Chelsea memiliki penjaga gawang tangguh, Edouard Mendy, yang telah mencatatkan 13 kali nirbobol dalam 17 laga di semua ajang pada musim ini. Sebanyak empat laga di antaranya terjadi dari lima laga Liga Champions.
Chelsea dan Lille sejauh ini baru dua kali bertemu, yaitu di penyisihan grup Liga Champions 2019-2020. Si Biru memenangi kedua laga itu. Adapun bagi Lille, musim ini adalah kali kedua mereka menembus babak gugur Liga Champions.
Saat ini, Lille dalam performa yang kurang bagus setelah gagal mengalahkan Metz di Liga Perancis, akhir pekan lalu. Kedua tim bermain imbang, 0-0. Padahal, Lille mendominasi jalannya laga tersebut.
”Kami tidak bisa menciptakan banyak peluang, membuat banyak umpan buruk, dan sangat kepayahan. Namun, kami sudah berjuang maksimal pada laga tersebut,” kata Pelatih Lille Jocelyn Gourvennec dikutip dari laman resmi klub itu.
Trauma Juve
Babak 16 besar Liga Champions juga menyuguhkan laga lainnya, yaitu antara Villarreal versus Juventus, di Stadion de la Ceramica, Spanyol. Juve, tim raksasa Italia, berharap bisa melaju ke babak delapan besar seusai gagal di babak 16 besar Liga Champions selama dua musim berturut-turut. Mereka berturut-turut disingkirkan Olympique Lyon dan FC Porto sehingga menimbulkan sedikit trauma.
Menjelang laga nanti, Juve pun sedang dalam performa kurang menggembirakan. Mereka hanya mampu menang sekali dalam empat laga terakhir di ajang Liga Italia.
Adapun bagi Villarreal, musim ini adalah kali pertama mereka bermain pada babak 16 besar Liga Champions dalam 13 tahun terakhir. Optimisme pun kian memayungi skuad ”Kapal Selam Kuning” karena penyerang andalan mereka, Arnaut Danjuma, sedang dalam performa terbaiknya seusai absen selama hampir dua bulan akibat cedera. (AP/AFP)