Persaingan memperebutkan peringkat ke-4 semakin liar. Para klub kandidat peraih empat besar mendadak berada dalam performa inkonsisten.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN – Tiga klub yang sedang berebut peringkat ke-4 Liga Inggris kembali kompak kehilangan poin pada akhir pekan lalu. Saat begitu butuh kemenangan untuk masuk empat besar, mereka membuang kans itu cuma-cuma. Mereka seperti terkena sindrom takut masuk empat besar. Akibatnya, persaingan semakin acak dan tidak bisa ditebak.
Sehari setelah Manchester United, kini peringkat kelima, ditahan imbang Southampton, 1-1, giliran Tottenham Hotspur (sebelumnya ke-7) dan West Ham United (ke-4) yang kehilangan poin pada Minggu (13/2/2022) malam WIB. Spurs takluk dari Wolverhampton Wanderers 0-2 di kandang sendiri, sedangkan West Ham hanya imbang dengan tuan rumah Leicester City 2-2.
Kehilangan poin di liga paling kompetitif sedunia adalah hal biasa. Namun, ketiga tim ini sama-sama sedang berkompetisi memperebutkan peringkat ke-4. Mereka pun serentak kehilangan peluang untuk menjauhkan diri dari para pesaing.
Spurs paling memperlihatkan ketidaksiapan masuk empat besar. Skuad asuhan manajer Antonio Conte ini sebenarnya bisa berada di peringkat ke-4 jika memenangi seluruh laga sisa yang ditunda akibat Covid-19. Namun, mereka justru kalah tiga kali beruntun, termasuk dua kali di kandang.
Alih-alih nyaman berada di empat besar, Spurs justru terpukul mundur hingga peringkat ke-8. Posisi mereka dikudeta Wolves setelah hasil kemarin. Tren 9 laga tak terkalahkan sejak kedatangan Conte jadi sia-sia akibat penurunan performa dadakan tersebut.
“Untuk tim yang ingin masuk kualifikasi Liga Champions, saya rasa itu mustahil jika Anda kalah dua kali di kandang ditambah lawan Chelsea. Para pemain harus bisa bangkit dan menemukan atmosfer yang tepat. Mereka harus melepas tekanan dari target yang dibebankan,” kata Conte, yang baru menjabat manajer Spurs empat bulan lalu, kepada Sky Sports.
Masalah terbesarnya, Spurs kembali kalah akibat kecerobohan pada 18 menit pertama. Mereka kemasukan dua gol beruntun, dari penyerang Raul Jimenez dan gelandang Leander Dendoncker, karena lini belakang tidak siap dengan sergapan lawan. Hal itu memperlihatkan krisis mentalitas pemenang di skuad Spurs.
Kisah MU nyaris serupa. Sehari sebelumnya, klub berjuluk “Setan Merah” ini punya kesempatan merebut peringkat ke-4 milik West Ham. Namun, mereka yang tampil di kandang, membuang peluang itu begitu saja ketika ditahan Southampton.
MU sudah unggul lebih dulu saat turun minum, tetapi tidak bisa mempertahankan keunggulan itu saat paruh kedua baru dimulai dua menit. Bagi klub asuhan manajer Ralf Rangnick ini, kehilangan poin setelah posisi unggul merupakan yang kedua kali beruntun. Mereka juga ditahan Burnley pada laga sebelumnya.
Wajar saja jika Rangnick pesimistis bisa lolos empat besar setelah melihat performa inkonsisten anak asuhnya. “Kami harus realistis menghadapi situasi saat ini. Dengan hasil seperti ini, kami akan kesulitan untuk masuk empat besar pada akhir musim. Kami harus lebih mematikan lagi dalam laga seperti ini,” ucap manajer asal Jerman tersebut.
Para pemain harus bisa bangkit dan menemukan atmosfer yang tepat. Mereka harus melepas tekanan dari target yang dibebankan.
Dari peringkat ke-4 sampai ke-7, satu-satunya tim yang tidak kehilangan poin hanyalah Arsenal. Itu pun karena mereka tidak berlaga pada akhir pekan. Laga Arsenal melawan Chelsea ditunda karena Chelsea berlaga di Piala Dunia Antarklub.
West Ham memang masih menggenggam peringkat ke-4 saat ini. Namun, mereka telah memainkan 25 laga, sedangkan pesaing lain baru menjalani 22-24 laga. Adapun West Ham hanya mengoleksi satu kemenangan dalam empat laga terakhir. Dengan trend kurang baik itu, mereka bisa kehilangan posisi empat besar kapan saja.
Dengan liga yang masih menyisakan belasan pekan, perebutan peringkat ke-4 pun akan semakin ramai. Sekarang, Wolves dan Brighton Hove Albion yang semula tidak terlihat, mulai terlibat dalam persaingan. Artinya, ada enam tim sekaligus yang sedang berburu satu tempat. Dari tim peringkat ke-4, West Ham, hingga peringkat ke-9, Brighton, hanya terpaut 8 poin.
Wolves menjadi salah satu kuda hitam yang patut diwaspadai. Mereka menang 4 kali dalam 5 laga terakhir. Istimewanya, kemenangan itu diraih atas tim kompetitor yang punya kualitas di atas mereka, seperti MU dan Spurs.
“Saya tidak menjanjikan apa pun (finis di papan atas). Setiap kali kami menang, para penggemar pasti antusias melihat tabel liga dan poin yang kami miliki. Namun, bagi saya tantangannya adalah bagaimana memulihkan tim dan menentukan strategi untuk laga berikutnya,” jelas Manajer Wolves, Bruno Lage.
Pembalasan MU
MU punya kesempatan untuk menebus dosa mereka saat menghadapi Brighton di Stadion Old Trafford, pada Rabu dini hari WIB. Jika menang, Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan bisa masuk empat besar untuk sementara.
Akan tetapi, anak asuhan Rangnick harus bisa menyelesaikan problem mereka terlebih dulu. Di tiga laga sebelumnya, termasuk satu pertandingan Piala FA, mereka selalu gagal menang ketika sudah berada di posisi unggul. Petaka mereka selalu datang pada paruh kedua.
Menurut Rangnick, problem utama timnya bukan stamina. Mereka selalu kecolongan pada babak kedua karena pemain kurang agresif. Para pemain sering merasa nyaman ketika unggul. Terbukti saat kedudukan imbang, MU bisa mendominasi permainan lagi, menghasilkan banyak peluang.
“Dari yang saya lihat, para pemain kurang bekerja keas. Tim ini punya banyak talenta hebat, tetapi mereka juga harus bekerja keras. Saya merasa kasihan kepada sang manajer. Dia mencoba hal terbaik untuk tim ini. Namun, mereka entah tidak mendengar, tidak bisa melakukan, atau tidak mau melakukannya,” ucap Paul Scholes, mantan gelandang MU kepada BT Sport. (AP/REUTERS)