Setelah kalah dari Australia, Indonesia akan kembali menemui lawan amat sulit, yakni Thailand, pada laga kedua Piala Asia 2022, Senin. Dalam 10 pertemuan sebelumnya, ”Garuda Pertiwi” selalu kalah telak dari Thailand.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MUMBAI, MINGGU — Tim nasional putri Indonesia fokus memperbaiki kondisi mental jelang laga kedua Piala Asia Putri 2022 melawan Thailand di Stadion DY Patil, Mumbai, India Senin (24/1/2022) pukul 19.00 WIB. Seusai mencatatkan rekor kekalahan terburuk karena dilibas Australia, 0-18, tim ”Garuda Pertiwi” berupaya memberikan perlawanan lebih baik kepada Thailand, ratu sepak bola Asia Tenggara.
Pelatih Indonesia Rudy Eka Priyambada menganggap kekalahan besar dari Australia membuka mata semua pemain dan insan sepak bola mengenai kualitas sepak bola putri Indonesia yang masih jauh tertinggal di level Asia. Meski begitu, Rudy memastikan, anak asuhannya tidak terlalu lama meratapi kekalahan itu karena masih ada dua laga untuk menampilkan kebangkitan atau setidaknya menunjukkan peningkatan proses permainan.
Untuk membantu pemulihan fisik dan mental skuadnya, Rudy memberikan materi latihan yang ringan dan santai kepada para pemainnya dalam dua sesi latihan jelang laga menghadapi Thailand.
Senyum hadir dari wajah sejumlah pemain timnas putri dalam sesi latihan, Minggu (23/1/2022) malam WIB, di Lapangan Yashvant Rao, Mumbai. Kondisi itu menunjukkan mereka mulai melepaskan beban dan melupakan hasil laga melawan ”Matildas”, julukan Australia.
Rudy ingin semua pemain Garuda Pertiwi menghadirkan semangat juang ketika menghadapi Thailand. Ia mengakui, Indonesia memiliki kualitas di bawah Thailand, tetapi para pemain wajib menunjukkan kualitas terbaik di luar hasil akhir pada laga nanti.
”Kita ibaratnya bayi baru lahir, sedangkan Thailand adalah anak yang sudah sekolah karena memiliki kompetisi (putri) yang rutin. Kami main dengan modal semangat juang dan garuda di dada untuk bisa mengimbangi Thailand yang (perkembangan sepak bola putri) lima langkah di depan kita,” kata Rudy seusai memimpin latihan tim, Minggu malam WIB.
Tim Garuda Pertiwi berencana tetap akan memainkan formasi 5-4-1 yang menjadi andalannya. Formasi itu juga yang telah disiapkan timnas putri dalam masa pemusatan latihan di Jakarta, Desember 2021 hingga pertengahan Januari 2022.
Dalam formasi itu, Indonesia menitikberatkan lini serang pada kedua sisi sayap. Cara bermain itu gagal terlihat karena Australia menempatkan dua pemain di setiap sisi lebar lapangan.
Para pemain itu bahkan telah memiliki pengalaman dan jam terbang yang amat tinggi, seperti Ellie Carpenter dan Caitlin Foord. Mereka telah tampil di Piala Dunia Putri dan Olimpiade, lalu tampil kompetitif di liga Eropa dan Liga Champions Putri.
Pada laga perdana itu, Indonesia hanya mengkreasikan satu tembakan mengarah ke gawang yang dihasilkan Zahra Muzdalifah pada babak pertama. Secara total, dalam laga melawan Australia, Garuda Pertiwi menghasilkan tiga tembakan.
Selain Zahra, Indonesia memiliki Carla Bio Pattinasarany. Carla, yang bermain pada babak kedua saat melawan Australia, mencatatkan dua dribel sukses. Kecepatan dan kualitas dribel Zahra dan Carla bisa menjadi andalan Rudy dalam skema serangan balik.
Bek tengah Indonesia, Shalika Aurelia Viandrisa, menambahkan, setiap pemain saling memberikan semangat satu sama lain demi menghadirkan kembali semangat juang untuk laga melawan Thailand.
Kami sudah biasa menderita kekalahan dan mendapatkan ulasan buruk dari orang-orang, jadi kami saling menyemangati satu sama lain, pelatih ke pemain dan sebaliknya. Thailand tim kuat, tetapi mereka bisa dikalahkan Filipina, jadi kami akan berjuang juga untuk menang.
”Kami sudah biasa menderita kekalahan dan mendapatkan ulasan buruk dari orang-orang, jadi kami saling menyemangati satu sama lain, pelatih ke pemain dan sebaliknya. Thailand tim kuat, tetapi mereka bisa dikalahkan Filipina, jadi kami akan berjuang juga untuk menang,” kata Shalika yang telah dikontrak oleh tim Serie B Italia, Roma Calcio Femminile.
Pelampiasan
Adapun bagi Thailand, laga melawan Indonesia menjadi kesempatan mereka untuk mencari pelampiasan seusai secara mengejutkan tumbang dari Filipina, 0-1, pada laga perdana. Pada laga pertama itu, Thailand lebih unggul dalam penguasaan bola dengan 64 persen berbanding 36 persen.
Namun, ”Chaba Kaew”, julukan Thailand, gagal tampil efektif untuk menciptakan peluang. Sembilan tembakan yang dihasilkan Thailand tidak ada yang berbuah gol.
Pelatih Thailand Miyo Okamoto mengakui, anak asuhannya melakukan banyak kesalahan di sepertiga akhir zona pertahanan Filipina. Hal itu membuat pemain Thailand gagal menghadirkan ancaman berbahaya bagi lini belakang Filipina.
”Kami harus meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam memaksimalkan peluang pada laga melawan Indonesia. Terpenting, kami harus menyiapkan semua pemain untuk menjalani situasi pertandingan demi memenuhi ambisi lolos ke babak selanjutnya,” kata Okamoto, yang ditunjuk sebagai juru taktik Thailand sejak Januari 2021 lalu.
Lebih lanjut, Okamoto pun menargetkan timnya bisa melaju ke Piala Dunia 2023 di Australia dan Selandia Baru. Untuk itu, Okamoto berharap anak asuhannya bisa memetik poin penuh pada laga melawan Indonesia, kemudian meraih poin dari Australia pada laga pamungkas fase grup.
Untuk menghadapi Indonesia, Okamoto berpeluang tetap memainkan formasi 4-4-2 dengan duet Saowalak Pengngam dan Miranda Nild sebagai tumpuan gol. Kedua pemain itu telah menghasilkan akumulasi 25 gol untuk Chaba Kaew.
Selain mereka, Thailand juga memiliki sosok penyerang senior, Taneekarn Dangda. Penyerang yang merupakan adik bintang timnas Thailand, Teerasil Dangda, itu telah menciptakan 32 gol dari 80 penampilan dalam 10 tahun berseragam Thailand.
Selalu kalah
Dalam sejarah sepak bola putri Indonesia yang memainkan laga internasional pertama pada Agustus 1977, Thailand adalah lawan yang paling sering dihadapi Garuda Pertiwi. Sudah 10 kali Indonesia menghadapi Thailand.
Hasil dari 10 duel itu, Indonesia selalu menderita kekalahan. Garuda Pertiwi secara total kemasukan 49 gol atau rata-rata hampir kebobolan lima gol di setiap pertemuan dengan Thailand. Di sisi lain, Indonesia baru tiga kali mencetak gol ke gawang Chaba Kaew.
Dua dari tiga gol itu tercipta dalam tiga duel terakhir yang tercipta pada durasi 2015 hingga 2019. Pada tiga laga itu, Indonesia dipermalukan 1-10 pada babak penyisihan Piala AFF 2015, kemudian dibenamkan 0-3 pada laga uji coba pada Mei 2018, serta menderita kekalahan 1-5 pada fase grup Piala AFF 2019.
Kapten dan bek Indonesia, Ade Mustikiana Oktafiani, menambahkan, dirinya bersama rekan setimnya telah melupakan laga perdana yang berakhir memalukan demi fokus menghadapi pertandingan kedua. Ia berharap bisa tampil lebih baik ketika menghadapi Thailand, terutama untuk tidak terbebani dengan rentetan hasil buruk dari Thailand pada masa lalu.
”Kami ingin bermain lepas dan tanpa beban. Semoga kami bisa mendapatkan poin dari Thailand,” kata Ade.
Duel lain di Grup B akan mempertemukan Australia dengan Filipina, Senin pukul 17.00 WIB, di Mumbai Football Arena. Pemenang pada laga itu akan menjadi duta pertama dari Grup B di fase gugur.
Pada laga di Grup A yang berlangsung, Minggu (23/1) kemarin. China membenamkan Iran, 7-0. Hasil itu membuat China sebagai tim pertama yang menyegel tiket ke babak delapan besar.