Kasus deportasi petenis Serbia Novak Djokovic oleh otoritas pemerintah Australia, menjadi preseden penegakan protokol kesehatan selama pandemi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Djokovic tiba di Melbourne pada 5 Januari 2022, untuk mengikuti Australia Terbuka, turnamen Grand Slam yang biasa digelar awal tahun. Djokovic kemudian harus meninggalkan Australia pada Minggu (16/1/2022) atau sehari menjelang penampilannya pada babak pertama.
Visa petenis nomor satu dunia itu dibatalkan, meski sebelumnya diizinkan masuk dengan menggunakan surat pengecualian medis sebagai pengganti vaksin penuh. Dia menggunakan dokumen hasil positif Covid-19 dari tes PCR pada 16 Desember 2021. (Kompas, 18/1/2022).
Deportasi terhadap Djokovic dijatuhkan pemerintah Australia, karena si petenis itu bersikeras menolak divaksin.
Sejauh ini, petenis 34 tahun kelahiran Monte Carlo, Monako itu, dikenal sebagai figur publik yang antivaksin. Ia berpendapat, divaksin atau tidak menjadi pilihan berbeda bagi setiap orang, dan tak ingin orang lain memaksanya.
Sikap semacam ini jelas berisiko di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Mengingat, banyak negara, sebut saja dalam kasus ini Australia, yang mewajibkan para pendatang dari luar negeri sudah divaksin.
Namun, ibarat bermain kartu, Djokovic sudah memainkan kartunya. Ia harus rela menerima konsekuensi dari sikap pribadinya itu. Termasuk, kesulitan bermain di luar Serbia.
Peringatan telah muncul dari Kementerian Olahraga Perancis terkait Grand Slam Perancis Terbuka, 22 Mei-5 Juni. Perancis dan beberapa negara Eropa lain, seperti Spanyol dan Italia, kini mengizinkan pendatang tanpa vaksin dengan syarat hasil negatif tes PCR dan antigen serta menjalani karantina.
Namun, sumber di Kementerian Olahraga Perancis mengatakan, sertifikat vaksinasi akan menjadi syarat bagi semua orang untuk memasuki ruang publik, dan saat melakukan perjalanan jarak jauh dengan kereta.
Pandemi Covid-19 membuat pemerintah di banyak negara, dengan pedoman dan supervisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), menetapkan berbagai peraturan terkait protokol kesehatan. Beragam peraturan tersebut mengharuskan semua pendatang, tanpa kecuali, mengikuti dan menjalankannya.
Para tokoh atau figur publik, apakah itu pemimpin negara, selebritas, budayawan, termasuk di dalamnya atlet, sepatutnya menjadi contoh bagi masyarakat. Bahkan, dengan pertimbangan mereka juga sosok-sosok panutan, beberapa sejumlah figur publik menjadi bintang iklan layanan masyarakat. Sebut saja misalnya gerakan hidup bersih, hidup hemat, termasuk mengenakan masker dan divaksin, saat pandemi.
Pengalaman pahit Djokovic di Australia ini selayaknya menjadi pelajaran bagi tokoh-tokoh lain, tak terkecuali Djokovic sendiri. Jika tidak menyesuaikan diri dengan situasi terkini saat pandemi, ada sejumlah konsekuensi yang akan mengiringi. Maklum, pandemi belum berakhir.