Arsenal sudah tidak lagi khawatir akan kehilangan Aubameyang. ”Si Meriam” punya Martinelli. Sang penyerang muda sedang dalam performa terbaiknya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LEEDS, MINGGU — Tanda tanya besar tertuju kepada lini depan Arsenal ketika sang manajer Mikel Arteta mendepak penyerang andalan Pierre-Emerick Aubameyang dari skuad utama. Tak perlu menunggu lama, enigma itu terjawab lewat ledakan performa penyerang muda, Gabriel Martinelli (20). ”Si Meriam” sama sekali tak merasakan kehilangan Auba.
Martinelli kembali menjadi pahlawan ketika Arsenal menang atas tuan rumah Leeds United, 4-1, di Stadion Elland Road, Minggu (19/12/2021) dini hari WIB. Sepasang golnya pada 28 menit pertama membuka kemenangan Arsenal. Berkat sumbangsih itu, tim asuhan Arteta berhasil lepas dari tren buruk kekalahan dalam tiga laga tandang beruntun.
”Hari ini kami bermain baik saat jauh dari rumah. Saya sebenarnya ingin mencetak gol lebih banyak, tetapi yang utama adalah kemenangan. Saya sangat senang bisa tampil lima kali beruntun sebagai starter. Semua kemampuan terbaik akan saya berikan di dalam dan di luar lapangan,” ucap Martinelli.
Martinelli baru dipercaya tampil lagi pada akhir November ketika melawan Newcastle United. Meskipun baru enam kali bermain sejak saat itu, dia sudah terlibat dalam 6 gol Arsenal, 4 gol dan 2 asis. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan Auba, 4 gol dan 1 asis, yang menjadi starter dalam 12 laga Si Meriam.
Sang penyerang muda asal Brasil itu sangat berkembang musim ini. Dia lebih bagus dalam kontrol bola dan penyelesaian akhir. Dua teknik tersebut melengkapi kecepatan larinya yang sudah ditunjukkan sejak pertama datang ke klub. Saat ini, Martinelli punya paket lengkap untuk menjadi predator mematikan di lini depan.
Perkembangannya paling terlihat di teknik mengontrol bola. Musim lalu, dia sering kali kehilangan bola ketika mendapat umpan. Sentuhan pertamanya selalu mental 2-3 meter dari kaki. Sekarang bola seperti selalu lengket di kakinya. Martinelli pun mencetak dua gol ke gawang Leeds berkat kontrol bola sempurna.
”Itulah yang bisa dilakukannya (Martinelli). Dia telah mencapai level kedewasaan bermain sepak bola. Dia mau belajar demi kecintaannya di permainan ini. Anda bisa melihat gairah besarnya di lapangan. Dia masih bisa berkembang lebih banyak lagi ke depan,” kata Arteta yang sempat mencadangkan Martinelli pada tiga bulan pertama musim ini.
Visi bermain Martinelli juga meningkat cukup pesat. Penyerang kurus ini tidak lagi sering memaksakan diri untuk mendribel bola, lalu menendang sendiri. Dia lebih sering memberikan umpan silang ketika melihat rekan-rekannya bergerak di kotak penalti.
Martinelli cocok bermain dalam sistem 4-2-3-1 ala Arteta. Dia mengisi sayap kiri serangan Arsenal. Walaupun di sayap, dia merupakan penyerang utama Si Meriam. Pemain tim nasional U-23 Brasil ini sering kali berlari ke posisi tengah untuk meminta umpan terobosan atau umpan silang dari rekan-rekannya.
Adapun penyerang tengah tim, Alexandre Lacazette, berperan sebagai false 9 yang sering menjemput bola hingga lini tengah. Lacazette lebih ditugaskan sebagai kontributor daripada pencetak gol.
Itulah yang bisa dilakukannya. Dia telah mencapai level kedewasaan bermain sepak bola. Dia mau belajar demi kecintaannya di permainan ini.
Martinelli sebenarnya sudah mulai memperlihatkan potensi besar pada musim lalu. Sayangnya, cedera menghambat perkembangan sang pemain. Pada awal musim ini pun, dia baru bermain sembilan menit di Liga Inggris, sampai diturunkan sebagai pemain pengganti di laga versus Newcastle.
Kuasa Arsenal
Turun dengan kekuatan penuh, kecuali Auba yang dikeluarkan dari tim utama karena kasus indisipliner, Arsenal sangat dominan sejak awal laga. Mereka jauh mengungguli tim tuan rumah yang pincang karena badai cedera.
Leeds tidak bisa menurunkan pemain kunci, seperti Kalvin Phillips dan Patrick Bamford, yang sudah cedera sejak awal Desember, ataupun Daniel James yang cedera pada tengah pekan lalu. Saking kekurangan pemain, manajer Marcelo Bielsa sampai menurunkan dua pemain debutan, Sam Greenwood dan Liam McCarron.
Arsenal menutup babak pertama dengan keunggulan tiga gol tanpa balas. Setelah sepasang gol Martinelli, gilliran penyerang sayap Bukayo Saka yang mencetak gol lewat aksi individunya.
Dominasi itu ditunjukkan tim tamu dengan total 11 tendangan ke arah gawang hanya dalam 45 menit. Menurut Squawka, jumlah itu merupakan tendangan terbanyak yang dilakukan klub Liga Inggris dalam satu babak selama enam musim terakhir.
Martinelli dan rekan-rekan sedikit menurunkan intensitas pada babak kedua. Akibatnya, Leeds mencuri momentum lewat titik putih. Bek Arsenal yang merupakan mantan pemain Leeds, Ben White, membuat kesalahan tekel yang berujung penalti. Penyerang tuan rumah, Raphinha, memanfaatkan penalti dengan sempurna.
Saat tuan rumah mendapat angin segar, Arteta memasukkan gelandang muda berbakat, yaitu Emile Smith Rowe. Pemain tim nasional Inggris yang mulai dijuluki ”supersub” ini langsung mencetak gol tak lama setelah masuk lapangan. Smith Rowe mencetak gol ke-7 musim ini.
Arsenal cukup beruntung. Di tengah badai Covid-19 yang melanda Inggris, mereka bisa memainkan skuad nyaris lengkap. Hanya gelandang pelapis, Albert Sambil Lokonga, yang tidak bisa tampil akibat positif Covid-19. Adapun Arteta memakai materi pemain sama seperti dua laga sebelumnya. ”Kami benar-benar beruntung bisa bermain dengan segala yang terjadi saat ini,” ucap Arteta.
Di sisi lain, tim asuhan Bielsa harus kembali gigit jari. Mereka sudah kalah tiga kali beruntun dengan kemasukan total 14 gol. Permainan terbuka ala Bielsa menjadi bumerang karena rendahnya kualitas pemain yang tersedia.
”Kami dihukum karena sering kehilangan bola di setengah lapangan sendiri. Hal itu meningkatkan kemampuan serangan lawan, juga meningkatkan bahaya di pertahanan kami. Kami ingin membangun serangan dari belakang, tetapi tidak berjalan. Itu yang membuat perbedaan,” jelas Bielsa. (AP/REUTERS)