Max Verstappen, Kelahiran Genetika ”Oranye” F1
Max Verstappen menghadirkan pasukan oranye di tribune sirkuit-sirkuit Formula 1. Gaya membalapnya pun bak ”totaalvoetbal”, super agresif, tetapi cerdik, perpaduan genetika ayah dan ibunya yang mantan pebalap kawakan.
Max Verstappen menghadirkan pasukan oranye di tribune sirkuit-sirkuit Formula 1. Gaya membalapnya pun bak totaalvoetbal, super agresif, tetapi cerdik, hasil perpaduan genetika ayah dan ibunya yang mantan pebalap kawakan.
Max Verstappen mewarisi genetika petarung dari ayahnya, mantan pebalap Formula 1 Jos Verstappen, dan DNA kecerdikan dari ibunya, mantan pebalap gokar papan atas, Sophie Kumpen. Darah pebalap dalam tubuh Verstappen membuat dia keranjingan memacu quad bike, sejenis kendaraan ATV untuk anak-anak, saat baru berusia 2,5 tahun. Bahkan, di usia itu, dia sudah berani bermanuver dengan dua roda merambat di dinding.
Jos dan Sophie pun menyadari bahwa Verstappen kecil mungkin kelak akan mengikuti jejak mereka di lintasan balap. Namun, Jos tidak ingin buru-buru membentuk putranya itu menjadi pebalap. Pebalap F1 pada 1994-2003 itu berencana menunggu hingga Verstappen berusia enam tahun supaya putranya bisa lebih memahami instruksinya saat berlatih.
Namun, rencana itu berubah lebih cepat karena jos tak kuasa menolak rengekan Verstappen. Itu terjadi pada 2002 saat Verstappen baru berusia 4,5 tahun dan melihat anak-anak yang lebih muda darinya sudah balapan gokar di dekat rumahnya di Genk, Belgia. Dia pun menelepon ayahnya yang sedang balapan di Kanada, merengek untuk ikut balapan. Saat itulah Verstappen mulai dipersiapkan menjadi pebalap.
Jos kemudian membelikan Verstappen baby kart. Namun, mobil kecil itu tidak bisa bertahan lama di tangan Verstappen. Jos mengenang, Verstappen langsung tancap gas hingga semuanya bagian bergetar, bahan karburator lepas berkali-kali. Mobil kecil itu hanya bertahan sehari dan keesokannya Jos membelikan putranya mini-kart yang perlu dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan tubuh Verstappen yang masih terlalu kecil.
Sebenarnya, Jos melakukan itu untuk meyakinkan dirinya apakah putranya benar-benar memiliki bakat membalap yang bisa dikembangkan. Ternyata, Verstappen memang seolah lahir untuk menjadi pebalap. Dia mampu membalap dengan cepat dan bersaing dengan anak-anak yang lebih tua hingga empat tahun dari dirinya.
Jika dia tidak memiliki bakat, saya tidak akan melangkah begitu jauh ke dalam ini karena gokar sangat mahal jika ikut hingga level internasional. Jadi, kami berlatih.
”Jika dia tidak memiliki bakat, saya tidak akan melangkah begitu jauh ke dalam ini karena gokar sangat mahal jika ikut hingga level internasional. Jadi, kami berlatih,” ungkap Jos kepada Andrew Benson, kepala penulis F1 BBC.
Momentum melatih Verstappen lebih serius datang seiring karier balap F1 Jos yang meredup setahun berikutnya. Jos pun menutup karier balapnya di akhir 2003 dan mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran, serta kasih sayangnya untuk membentuk Verstappen menjadi pebalap top dunia.
”Dia selalu mengemudi sepanjang waktu. Dia memiliki feeling dengan mesin. Tidak masalah apakah itu quad bike, jip listrik—anda tahu, mobil kecil untuk anak-anak—atau apa pun. Dia selalu sibuk mengemudi. Setiap hari dia perlu melakukan itu,” ungkap Jos.
Verstappen dididik dengan keras oleh ayahnya. Dia pernah mengakui, pola yang diajarkan oleh ayahnya berbeda, bukan perlahan-lahan, tetapi langsung secepat mungkin tancap gas. Pola latihan itu disemai bertahun-tahun, selama dia merintis karier di ajang gokar. Pada usia 10 tahun, saat musim dingin, Verstappen dan Jos setiap akhir pekan balapan di Italia. Jos menjemput Verstappen sepulang sekolah dan mengemudi mobil yang jarak sekali jalan bisa mencapai 1.250 kilometer untuk balapan gokar di Italia pada Sabtu dan Minggu. Pada Senin pagi, Verstappen sudah diantar ayahnya kembali ke sekolah.
Verstappen latihan di sirkuit di dekat rumahnya di Genk dua hingga tiga kali sepekan. Jos tak kenal ampun karena pada suhu -2 derajat celsius pun latihan tetap berjalan jika itu perlu untuk menguji sesuatu. Jika Verstappen mulai kedinginan, dia akan menghangatkan diri di dalam mobil, kemudian latihan lagi.
Latihan itu tidak mudah dan kadang tidak menyenangkan bagi Verstappen, tetapi dia tetap menjalani itu. Dia tetap menjaga tekad dan motivasinya untuk menjadi lebih baik. Jos kadang memarahi dia karena bermain-main. Bagi Jos, jika Verstappen tidak serius, tidak akan bisa mendapatkan masukan dari sisi pebalap yang berguna untuk perbaikan mobil atau teknik mengemudi.
Tanpa ayah saya, saya tidak akan duduk sini sekarang. Sejak dia berhenti balapan di F1, dia mencurahkan waktunya mempersiapkan saya dengan cara sebaik mungkin.
”Tanpa ayah saya, saya tidak akan duduk sini sekarang. Sejak dia berhenti balapan di F1, dia mencurahkan waktunya mempersiapkan saya dengan cara sebaik mungkin. Kami tumbuh bersama-sama, dia mekanik gokar saya. Membalap menggunakan minibus dari Belanda atau Belgia ke semua balapan gokar di seluruh Eropa,” tutur Verstappen.
Verstappen menikmati didikan keras ayahnya itu hingga dia menjadi juara dunia kelas tertinggi gokar pada usia 16 tahun. Dia pun memasuki momentum krusial pada 2013 karena saatnya naik ke kelas mobil kursi tunggal. Dia pun menjalani tes dengan sejumlah tim Formula Renault. Di luar dugaan, dia bisa langsung cepat dengan mobil kursi tunggal itu, hingga diputuskan untuk langsung ke level Formula 3.
Verstappen bergabung dengan tim Formula 3 milik Frits van Amersfoort pada 2014 dan ini menjadi satu-satunya musim di mobil kursi tunggal sebelum promosi ke Formula 1. Van Amersfoort mengenang, setelah sehari tes dengan mobil F3, dia langsung mengatakan bahwa Verstappen bisa langsung ke F1 keesokan harinya. Dia membalap dengan fenomenal, mampu cepat menguasai mobil yang baru pertama kali dipacu.
Dia menilai, Verstappen diprogram dengan sangat baik oleh Jos dan Sophie. Keduanya membentuk Verstappen yang ganas seperti ayahnya dan secerdik ibunya. Sophie adalah pebalap gokar top yang saat muda bersaing dengan Jenson Button, Jan Magnussen, Giancarlo Fisichella, dan Jarno Trulli.
Gaya membalap agresif Verstappen muncul sejak dia masih di gokar. Dia sangat jeli melihat ruang untuk mendahului. Jika ada ruang sedikit saja terbuka, dan dia merasa bisa mendahului, dia akan masuk. Itu yang dia lakukan di Formula 1, yang kadang menimbulkan kontroversi. Namun, agresivitas Verstappen itu pula yang menghidupkan balapan Formula 1.
Kepala Tim Red Bull Christian Horner pun menilai Verstappen adalah perpaduan genetika kedua orangtuanya. ”Itu (gaya membalap super agresif) datang dari ayahnya. Ibunya pebalap yang cerdik. Dia mewarisi agresi dari ayahnya dan kecerdikan membalap dari ibunya,” kata Horner.
Verstappen juga pebalap yang ngotot. Itu dikisahkan Van Amersfoort dalam balapan penutup F3 musim 2014 di Macau. Verstappen waktu itu berada di posisi kedua kualifikasi, tetapi dia berjuang lebih keras untuk meraih pole position, tetapi justru mengalami kecelakaan.
Baca Juga: Verstappen Lega, tetapi Belum Tuntas
Dalam balapan feature pada Minggu, mobilnya rusak parah karena senggolan. Satu-satunya cara melanjutkan balapan adalah kembali ke garis start. Namun, Verstappen tidak mau keluar dari mobilnya hingga diangkat menggunakan katrol untuk membersihkan kecelakaan. Saat mobilnya dikembalikan ke lintasan, dia kembali ke garis start dengan tiga roda. Timnya bisa memperbaiki mobil dan dia finis ketujuh dari start paling belakang.
Dorongan yang luar biasa itu, keinginan dari dalam yang luar biasa untuk menang, saya belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya, dan saya telah melihat banyak pembalap.
”Dorongan yang luar biasa itu, keinginan dari dalam yang luar biasa untuk menang, saya belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya, dan saya telah melihat banyak pembalap,” ucap Van Amersfoort.
Verstappen memenangi 10 balapan di Formula 3, unggul satu dibandingkan Esteban Ocon. Namun, Ocon yang juara karena Verstappen lebih sering mengalami kerusakan mobil. Namun, bakat Verstappen dilihat oleh Helmut Marko, penasehat Red Bull Racing, dan dia pun ditarik ke tim asal Austria itu.
Verstappen direkrut Red Bull pada 2014 untuk membalap di tim Torro Roso. Dia menjadi pebalap termuda yang menjalani musim penuh F1 pada 2015 di tim muda Red Bull itu. Pada Mei 2016, dia promosi ke Red Bull menggantikan Daniil Kvyat saat musim F1 berjalan. Dia memenangi balapan F1 pertamanya di Barcelona musim ini.
Verstappen dinilai sebagai juara F1 yang sedang dibentuk. Setelah dua kali finis di posisi ketiga pada musim 2019 dan 2020, Verstappen menjadi juara dunia pada 2021. Dia mengalahkan juara dunia tujuh kali Lewis Hamilton dalam balapan di Abu Dhani yang kontroversial. Namun, kontroversi itu bukan disebabkan Verstappen, tetapi akibat keputusan pengendali balapan yang dinilai tidak tepat oleh Mercedes.
Verstappen kini menjadi kebanggan publik Belanda. Dia membuat tribune di Abu Dhabi berwarna oranye karena penuh dengan suporter Belanda. Gaya membalap Verstappen yang keras membuat adrenalin bergejolak, seperti melihat adu banteng, dan itu disukai publik Belanda. Dia kini akan selalu didukung oleh pasukan oranye untuk meraih lebih banyak gelar juara Formula 1.
Max Emilian Verstappen
Lahir: Hasselt, Belgia, 30 September 1997
Kebangsaan: Belanda
Karier Formula 1
- Scuderia Toro Rosso 2015-2016
- Red Bull Racing 2016-2021
Nomor Mobil 33
Juara Dunia 2021
Kemenangan 20
Podium 60
Start Terdepan 13
Lap Tercepat 16
Formula 3
- Van Amersfoort Racing 2014