Verstappen Lega, tetapi Belum Tuntas
Max Verstappen bisa merasa lega setelah dua protes Mercedes yang berpotensi menggagalkan gelar juara Formula 1 pebalap Red Bull itu ditolak ”stewards”. Namun, itu belum titik, menyusul niat Mercedes mengajukan banding.
ABU DHABI, MINGGU — Max Verstappen dan tim Red Bull Racing harus menunda pesta juara Formula 1 yang baru saja diraih dalam balapan penutup musim 2021 di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat. Mereka menjalani malam panjang yang menegangkan, tidak hanya di lintasan balap yang keras, tetapi di ruang juri balapan alias stewards menyusul dua protes tim Mercedes. Tiga jam penantian berujung keputusan status juara tetap menjadi milik Max Verstappen. Namun, itu belum selesai karena Mercedes mengajukan niat untuk banding dalam rentang 96 jam.
Niatan tim Mercedes mengajukan banding itu disampaikan pada Senin (13/12/2021) pukul 02.30 WIB, sekitar 30 menit menit setelah stewards menolak protes Mercedes terkait potensi pelanggaran FIA Sporting Regulations Pasal 48.8 dan 48.12. Jika Mercedes jadi mengajukan banding, mereka memiliki waktu 96 jam untuk memasukan dokumen resmi terkait dengan protes kedua mengenai protokol safety car.
Pendaftaran niat mengajukan banding itu memberi waktu kepada Mercedes untuk mempertimbangkan dengan lebih cermat apakah mereka akan benar-benar banding ke FIA International Court of Appeal. Batas akhir pendaftaran resmi banding itu pada Kamis malam, yang akan bersamaan dengan FIA Prize Giving Gala, saat dilakukan pengukuhan gelar juara.
Jika Mercedes serius mengajukan banding, harus dilakukan dengar pendapat dan diputuskan pada Kamis, karena setelah trofi diserahkan kepada juara dunia, proses banding hanya bisa dilakukan melalui Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Kontroversi ini muncul menyusul situasi yang memerlukan safety car masuk ke lintasan balap setelah mobil Nicolas Latifi menabrak pembatas trek pada putaran ke-53. Saat itu, pebalap Mercedes, Lewis Hamilton, memimpin balapan dengan keunggulan waktu 11 detik atas pesaing terkuatnya, pebalap Red Bull, Max Verstappen.
Verstappen berada di posisi kedua, tetapi di belakang lima mobil back markers atau mobil di urutan belakang. Kelima pebalap back markers itu, Lando Norris (mobil bernomor 4), Fernando Alonso (14), Esteban Ocon (31), Charles Leclerc (16), Sebastian Vettel (5), semuanya telah didahului Hamilton. Juara dunia tujuh kali itu sebelumnya juga sudah mendahului tiga back markers lain, yaitu Daniel Ricciardo, Lance Stroll, dan Mick Schumacher.
Baca juga : Keajaiban Memeluk Verstappen, Juara Dunia F1
Pada putaran ke-56 dari total 58 putaran di Yas Marina, race control mengumumkan keputusan bahwa ”mobil-mobil yang telah didahului satu putaran tidak diizinkan mendahului”. Keputusan ini menimbulkan protes dari Red Bull karena mereka ingin balapan berakhir tidak di belakang safety car.
Jika ada satu putaran balapan dan lima back markers di antara Hamilton dan Verstappen diizinkan mendahului pemimpin balapan, Red Bull memiliki peluang menjadikan Verstappen juara dunia. Verstappen hanya perlu satu putaran karena dia sudah unggul kondisi ban kompon lunak baru menggantikan ban kompon keras saat free pit stop pada putaran ke-54. Itu akan membuat Verstappen jauh lebih cepat dibandingkan Hamilton dengan ban kompon keras yang aus karena dipakai sejak lap ke-15.
Situasi berubah pada lap ke-57 saat race control mengumumkan keputusan, ”mobil-mobil yang didahului satu putaran 4 (Norris)-14-31-16-5 untuk mendahului safety car”. Lima pebalap itu diizinkan, tetapi tiga pebalap lain yang juga sudah dilewati satu putaran, Ricciardo, Stroll, dan Schumacher, tidak disebut. Ini yang kemudian menjadi materi protes Mercedes.
Saat balapan akan dilanjutkan pada akhir putaran ke-57, Hamilton melambatkan mobilnya dan berulang kali melakukan akselerasi dan pengereman mendadak. Ini dilakukan untuk menunggu trek kosong begitu safety car meninggalkan lintasan balap. Dalam situasi itu, mobil Verstappen sempat dalam posisi bersampingan dengan mobil Hamilton dan dalam sepersekian detik sayap depan RB16B di depan W12. Ini juga menjadi materi protes Mercedes karena dalam situasi safety car, pebalap tidak boleh mendahului.
Baca juga : Strategi Agresif Verstappen di Balapan Penentu
Balapan berakhir di luar dugaan karena Verstappen finis terdepan dan menjadi juara dunia F1 untuk pertama kali. Dia menjadi pebalap Belanda pertama yang menjuarai Formula 1, menuntaskan urusan yang tidak bisa diselesaikan ayahnya, Jos Verstappen. Verstappen menjadi pebalap ke-34 yang menjuarai Formula 1 melalui balapan sengit dan akan dikenang sepanjang masa. Dia juga menggagalkan peluang Hamilton menancapkan sejarah baru sebagai pebalap F1 pertama yang meraih delapan gelar.
Mercedes tidak terima dengan hasil itu karena menilai ada pelanggaran regulasi oleh pengendali balapan. Mereka mengajukan protes dalam rentang 30 menit setelah balapan finis terkait Pasal 48.8 FIA Sporting Regulation mengenai indikasi Verstappen mendahului Hamilton saat safety car serta Pasal 48.12 tentang protokol safety car.
Stewards kemudian memanggil perwakilan Mercedes, yang terdiri dari Ron Meadows, Andrew Shovlin, dan penasihat hukum tim Paul Harris. Perwakilan Red Bull juga diundang sebagai pihak terkait, yang diwakili oleh Christian Horner, Jonathan Wheatley, dan Adrian Newey. Dengar pendapat itu dilakukan pada pukul 20.30 waktu Abu Dhabi. Dan, setelah mendengar protes Mercedes, tim Red Bull diberi waktu mengajukan pendapat pada pukul 21.30 waktu setempat atau pukul 00.30 WIB.
Protes pertama terkait dengan dugaan Verstappen (mobil nomor 33) mendahului Hamilton (44) dalam kondisi safety car dinilai tidak dapat diterima oleh stewards setelah mendengar pendapat pihak-pihak terkait.
Baca juga : Max Verstappen, Pebalap Belanda Pertama yang Juara Formula 1
Red Bull berargumen bahwa mobil 44 tidak didahului oleh mobil 33 karena kedua mobil itu dalam situasi ”buka dan tutup gas” dan ada ”sejuta preseden” dalam situasi safety car ketika mobil-mobil saling tarik, kemudian kembali ke belakang mobil yang sebelumnya berada di depan.
Stewards menyimpulkan bahwa protes Mercedes itu tidak bisa diterima. Stewards menilai bahwa protes tidak bisa diterima. Setelah mempertimbangan berbagai pernyataan yang disampaikan para pihak. Stewards memutuskan bahwa meskipun mobil 33 melakukan itu pada satu kesempatan, untuk waktu yang sangat singkat, bergerak sedikit di depan mobil 44, pada saat kedua mobil berakselerasi dan mengerem, mobil itu kembali ke belakang mobil 44 dan tidak di depan ketika periode safety car berakhir.
Terkait dengan protes kedua mengenai Pasal 48.12, Mercedes mengklaim ada dua pelanggaran berdasar aturan yang berbunyi, ”...setiap mobil yang telah didahului satu putaran oleh pemimpin balapan akan diminta untuk mendahului mobil-mobil di putaran depan serta safety car”, dan ”...begitu mobil terakhir yang didahului satu putaran telah melewati pemimpin balapan, safety car akan kembali ke pit pada akhir putaran berikutnya”.
Mercedes berargumen bahwa, jika sesuai dengan aturan, mobil 44 akan memenangi balapan. Oleh karena itu, tim ”Panah Perak” meminta stewards mengubah klasemen berdasarkan Pasal 11.9.3 FIA International Sporting Code.
Baca juga : Strategi Janggal Verstappen
Dalam protes kedua ini, Red Bull memberikan argumen dalam lima poin. ”Setiap” bukan berarti ”semua”, sehingga hanya lima mobil dari delapan mobil back markers yang diizinkan mendahului safety car. Pasal 48.13 FIA Sporting Regulations menyebutkan, pesan ”safety car in this lap” merupakan tanda bahwa itu akan masuk ke jalur pit pada akhir putaran tersebut. Argumen ini menegaskan mengapa safety car masuk di akhir lap ke-57, bukan putaran terakhir, yaitu putaran ke-58. Pasal 48.13 itu kemudian berada di atas Pasal 48.12.
Red Bull juga berargumen bahwa Pasal 15.3 memberi direktur balapan ”kewenangan mutlak” atas ”penggunaan safety car”. Oleh karena itu, meskipun semua mobil yang telah didahului satu putaran (total delapan mobil, lima mobil di antaranya diizinkan mendahului safety car), itu tidak akan mengubah hasil balapan.
Direktur balapan Michael Masi juga memberikan pendapat, maksud dari Pasal 48.12 adalah menyingkirkan mobil-mobil yang telah didahului satu putaran itu yang akan mengganggu dalam balapan antara para pebalap di depan dan dalam sudut pandang ini Pasal 48.13 yang diterapkan dalam kasus ini. Masi juga menyatakan, sudah disepakati sejak lama oleh tim-tim bahwa jika dimungkinkan, sangat diinginkan balapan berakhir dalam kondisi ”hijau” (tidak dalam kondisi safety car).
Stewards memutuskan protes Mercedes itu tidak bisa diterima. ”Setelah mempertimbangkan berbagai pernyataan yang dibuat oleh para pihak, stewards memutuskan, Pasal 15.3 mengizinkan direktur balapan untuk mengontrol penggunaan safety car, yang dalam ketetapan kami termasuk pengerahan dan penarikan,” bunyi keputusan stewards.
Baca juga : Verstappen dan Hamilton Menuju Titik Kulminasi
”Meskipun Pasal 48.12 tidak diterapkan sepenuhnya, dalam kaitan dengan safety car kembali ke pit di akhir putaran berikutnya, Pasal 48.13 berada di atas itu, begitu pesan ’safety car in this lap’ telah ditampilkan, menjadi kewajiban untuk menarik safety car di akhir putaran tersebut,” lanjut keputusan itu.
”Terlepas dari permintaan Mercedes agar stewards memperbaiki masalah ini dengan mengubah klasemen untuk mencerminkan posisi di putaran terakhir, ini adalah langkah yang diyakini oleh stewards secara efektif memperpendek balapan secara retrospektif, dan karenanya tidak tepat,” lanjut stewards.
”Dengan demikian, protes tidak diterima. Deposit protes tidak dikembalikan,” pungkas keputusan itu.
Setelah dua keputusan stewards itu diumumkan, Mercedes kemudian mendaftarkan niat untuk mengajukan banding. Mercedes bisa saja membatalkan niat banding itu dan menerima hasil balapan setelah mempertimbangkan masalah ini dengan cermat.
Lega. Ini hari yang penuh tekanan.
Keputusan stewards pada Minggu menjelang tengah malam waktu Abu Dhabi atau Senin dini hari WIB itu melegakan bagi Red Bull dan Verstappen. Mereka kemudian meninggalkan sirkuit untuk menggelar pesta juara.
Baca juga : Pengurangan Poin Intai Verstappen dan Hamilton
”Ini mengecewakan, kami harus melalui itu,” ungkap Kepala Tim Red Bull Christian Horner dalam wawancara dengan Sky Sports F1.
”Ini tahun yang luar biasa, saya bangga pada Max dan seluruh tim. Dia juara dunia dan layak menjadi juara dunia,” lanjut Horner.
”Lega. Ini hari yang penuh tekanan,” ungkap Verstappen.
Menurut Verstappen, target dia ketika masih kecil adalah menjadi pebalap Formula 1. Verstappen kecil pernah berharap meraih berbagai kemenangan, podium, dan mendengar lagu kebangsaan Belanda. ”Dan sekarang berada di sini, sebagai juara dunia, bersama ayah saya di sini. Keluarga saya, teman-teman saya, orang-orang yang mendorong saya menjadi lebih baik, mereka semua di sini,” ujar pebalap berusia 24 tahun itu.
”Melihat semua oranye di sini, di seluruh dunia, cara mereka mendukung saya sungguh luar biasa, dan saya harap saya bisa melakukan ini untuk mereka untuk waktu yang sangat panjang,” ucap pebalap muda dengan gaya mengemudi superagresif itu.