Max Verstappen meraih gelar juara dunia Formula 1 berkat ”keajaiban” di Abu Dhabi, Minggu malam. Ia menyalip rivalnya, Lewis Hamilton, secara dramatis menyusul kecelakaan Nicholas Latifi yang mengubah jalannya balapan.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
ABU DHABI, MINGGU — Max Verstappen, pebalap Red Bull, akan dikenang sebagai pebalap yang mampu memutus dominasi Lewis Hamilton lewat persaingan sengit pada balapan Formula 1 musim 2021. Dia bertarung seperti singa, ”bengis”, dan pantang menyerah. Meskipun demikian, ia tetap memerlukan sebuah keajaiban saat meraih gelar juara dunia F1.
Verstappen menggagalkan upaya Hamilton, pebalap Mercedes, menancapkan rekor delapan gelar juara F1, pada lap terakhir di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (12/12/2021). Verstappen finis terdepan dan meraih gelar juara dunia Formula 1 pertamanya. Ia merupakan pebalap asal Belanda pertama yang menjadi juara dunia F1.
Namun, raihan Verstappen itu melukai Hamilton karena melibatkan keputusan pengendali balapan yang menguntungkan Verstappen. Pebalap Red Bull itu sebetulnya sudah kehilangan peluang juara saat balapan menyisakan enam putaran dari total 59 lap, di mana dia terpaut sekitar 11 detik dari Hamilton di posisi terdepan.
Verstappen ada di posisi kedua dan terjebak di belakang sejumlah back-markers (pebalap di posisi belakang). Ia tidak memiliki pace untuk mengejar Hamilton yang ada di depannya.
Namun, pada lap ke-53, Nicholas Latifi (Williams) mengalami kecelakaan hingga safety car masuk ke lintasan. Momentum ini dimanfaatkan Verstappen untuk mengganti ban kompon keras mobilnya yang sudah mulai aus dengan ban kompon lunak pada lap ke-54.
”Safety car”
Situasi pun berbalik menguntungkan Verstappen karena pengendali balapan mengizinkan tiga mobil back-markers di antara Hamilton dan Verstappen mendahului safety car. Saat balapan dilanjutkan pada akhir lap ke-57, Hamilton dan Verstappen nyaris bersentuhan.
Hamilton, dengan ban kompon keras yang dipakai sejak lap ke-15, tak mampu bersaing dengan Verstappen yang menggunakan ban kompon lunak baru. Verstappen lalu menyusul di paruh lap ke-58 dan melintasi garis finis sebagai juara dunia.
”Ya Tuhan, ini sulit dipercaya. Tim saya dan Honda layak mendapatkan ini. Akhirnya, ada sedikit keberuntungan bagi saya,” teriak Verstappen lewat radio tim Red Bull seusai finis.
Diakui Kepala Tim Red Bull Christian Horner, keberhasilan Verstappen memenangi balapan itu sekaligus menyegel gelar juara dunia pebalap adalah sebuah keajaiban. Mereka meruntuhkan dominasi Mercedes yang selalu meraih juara dunia pebalap F1 pada 2014-2020.
”Max Verstappen, kamu juara dunia. Kami sangat bangga kepadamu,” teriak Horner yang lalu terlihat menangis haru.
Tidak menyerah
Meskipun dianggap beruntung di Yas Marina, Horner berkata, Verstappen layak menjadi juara dunia. ”Saya sangat bangga dengan Max dan tim atas apa yang telah kami lalui tahun ini. Anda tahu, Max tidak akan menyerah. Dia telah berada sejauh ini tahun ini dan kemudian melihat dia menutup ini sebagai juara dunia adalah perasaan yang luar biasa,” tegas Horner.
Saya sangat bangga dengan Max dan tim atas apa yang telah kami lalui tahun ini. Anda tahu, Max tidak akan menyerah.
Horner pun sempat berpikir, timnya memerlukan keajaiban agar Verstappen bisa mendahului Hamilton. ”Dalam sepuluh lap terakhir saya memikirkan apa yang akan saya katakan kepada Max dan orang-orang di tim. Pace Mercedes terlalu kuat hari ini. Tetapi, kemudian datang keberuntungan bersama safety car,” ungkap Horner.
Setelah meraih gelar juara dunia pertamanya yang menjadi impiannya, Verstappen pun menegaskan tetap akan bertahan di Red Bull. Ia belum tergoda hijrah ke tim lain.
”Saya tidak ingin berganti (tim) selamanya. Saya ingin bersama dengan tim di sepanjang hidup saya jika mereka ingin mempertahankan saya. Saya sangat senang. Target kami adalah memenangi kejuaraan ketika kami bersama pada 2016 dan sekarang kami melakukan itu,” ungkap pebalap berusia 24 tahun itu.
Berlangsung ketat
Balapan ini berlangsung sangat ketat sejak start, di mana Hamilton unggul reaksi start 0,25 detik dibandingkan Verstappen di pole position dengan 0,35 detik. Manuver Verstappen saat mendahului Hamilton di tikungan 6, yang memaksa pebalap Mercedes itu keluar lintasan, juga tidak berbuah manis.
Kontroversi justru mencuat sejak itu karena pengendali balapan tidak menginstruksikan supaya Hamilton mengembalikan posisi setelah memotong tikungan 7.
Kepala Tim Mercedes Toto Wolff protes kepada Direktur Balapan FIA Michael Masi.
Persaingan mencapai momentum mendebarkan setelah Verstappen dan Hamilton melakukan pit stop dengan ban keras, masing-masing di lap ke-14 dan 15. Momentum ini menempatkan Perez di posisi terdepan dan diburu oleh Hamilton. Kedua pebalap itu bersaing keras pada lap ke-20 dan 21.
Perez menjalankan rencana B untuk menahan Hamilton dan dia melakukan tugasnya dengan luar biasa. Perez sempat didahului oleh Hamilton, tetapi bisa mengambil alih posisi terdepan lagi dan menahan Hamilton hingga lap ke-21.
Mercedes protes
Namun, Hamilton terlalu cepat dan kembali memimpin balapan hingga kehilangan posisi terdepan pada lap ke-58 akibat keputusan teknis menyusul kecelakaan Latifi. Kepala Tim Mercedes Toto Wolff protes kepada Direktur Balapan FIA Michael Masi.
Namun, Masi menegaskan bahwa FIA menginginkan seri ini diakhiri dengan balapan, bukan finis di belakang safety car. Oleh karena itu, back-markers diizinkan mendahului safety car sebelum balapan bergulir lagi.
”Pertama, selamat kepada Max dan timnya. Saya pikir, kami melakukan pekerjaan yang luar biasa tahun ini. Tim, semua orang di pabrik, semua orang yang kami miliki, bekerja sangat keras sepanjang tahun dalam musim yang sulit ini,” ungkap Hamilton yang gagal mencetak sejarah meraih delapan gelar juara.
”Saya bangga kepada mereka dan sangat bersyukur menjadi bagian perjalanan bersama mereka. Kami memberikan segalanya dalam bagian terakhir musim ini dan tidak pernah menyerah. Itu hal yang terpenting,” lanjut pebalap asal Inggris itu.