Gelar juara dunia yang diraih lifter muda Rahmat Erwin Abdullah adalah buah dari pembinaan atlet muda yang dilakukan dengan serius dan berkelanjutan.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Di tengah sejumlah bencana alam dan banyaknya kabar kurang menyenangkan di Tanah Air, angin segar berembus dari Tashkent, ibu kota Uzbekistan. Lifter muda asal Makassar, Rahmat Erwin Abdullah, berhak menyandang gelar juara dunia setelah merebut dua medali emas pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021.
Berlaga di kelas 73 kilogram putra, lifter berusia 21 tahun itu menjadi yang terbaik pada angkatan total dengan 343 kg, dan angkatan clean and jerk dengan 192 kg. Adapun pada angkatan snatch, Rahmat berada di posisi kelima dengan angkatan seberat 151 kg.
Hasil ini meneruskan langkah cemerlang Rahmat sejak meninggalkan usia yunior dan mulai berlaga di kategori senior, tahun lalu. Juara Asia yunior 2019 dan 2020 ini telah mampu memetik medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 2020 meski saat itu dia berlaga di kelas B.
Terlepas dari absennya para lifter China di Tashkent, termasuk Shi Zhiyong, peraih medali emas kelas 73 kg di Olimpiade Tokyo, prestasi Rahmat tetap perlu diapresiasi. Kesuksesan ini menjadi gabungan dari hasil kerja keras, latihan yang tekun, motivasi yang tinggi, semangat untuk menikmati lomba, dan strategi jitu yang diterapkan pelatih saat pertandingan.
Selain itu, hasil ini menjadi buah dari program pembinaan atlet muda yang dijalankan oleh Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia sejak persiapan menjelang Asian Games 2018. Saat itu, sejumlah atlet remaja (hingga 17 tahun) dan yunior (18-20 tahun) turut bergabung ke pelatnas untuk berlatih bersama para lifter senior.
Saat prestasi para lifter senior mulai menurun, generasi lifter baru telah mampu diandalkan untuk berbicara di tingkat internasional.
Buah dari pembinaan itu mulai bisa dipetik. Saat prestasi para lifter senior, seperti Eko Yuli Irawan, Deni, dan Triyatno, mulai menurun, atau harus mulai selektif memilih turnamen untuk menjaga puncak penampilan, generasi lifter baru telah mampu diandalkan untuk berbicara di tingkat internasional.
Tak hanya Rahmat, lifter putri Windy Cantika Aisah (19) di kelas 49 kg juga berprestasi tinggi dengan meraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo, hanya dua bulan setelah menjadi juara dunia yunior. Namun, Windy terpaksa absen pada kejuaraan dunia 2021 karena cedera tulang kering. Begitu pula sesama juara dunia yunior 2021, Riski Juniansyah, yang absen di Tashkent karena cedera bahu.
Kesuksesan Rahmat, Windy, Riski, dan lifter muda lain memberi harapan kontinuitas prestasi angkat besi pada masa mendatang. Regenerasi yang dilakukan angkat besi menjaga harapan untuk mempertahankan tradisi medali Olimpiade, yang konsisten disumbangkan cabang ini sejak Olimpiade Sydney 2000.
Langkah PABSI ini bisa menjadi contoh pembinaan atlet muda bagi pengurus induk olahraga lain. Sudah waktunya pembinaan atlet muda Indonesia dilakukan secara sistematis dan terencana dengan baik.