Hari ketiga Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 menjadi hari yang tidak mudah bagi GM Susanto Megaranto. Dalam babak keempat dan kelima, dia mesti bersusah payah menundukkan dua pecatur yang jauh lebih mudah.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hari ketiga penyelenggaraan Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Senin (6/12/2021) menjadi hari yang tidak mudah bagi pecatur andalan Indonesia Grand Master atau GM Susanto Megaranto. Pecatur unggulan pertama dari total 194 peserta itu mesti bersusah payah untuk menundukkan dua pecatur yang jauh lebih muda, yaitu International Master (IM) Gilbert Elroy Tarigan (18) di babak keempat dan Dziththauly Ramadhan (19) di babak kelima dari total sembilan babak.
Saya turut bahagia melihat penampilan para pecatur muda di sini. Kemampuan mereka sangat menjanjikan, terutama dari agresivitas dan kalkulasi langkah. Yang kurang dari mereka hanya kesabaran. Kadang, mereka buru-buru mau menang. Tapi, itu bisa diperbaiki seiring bertambah jam terbang.
Meski kalah pengalaman, para pecatur muda itu bisa menunjukkan performa menjanjikan yang menjadi kejutan kejuaraan catur klasik yang berakhir pada Rabu (8/12) tersebut. ”Saya turut bahagia melihat penampilan para pecatur muda di sini. Kemampuan mereka sangat menjanjikan, terutama dari agresivitas dan kalkulasi langkah. Yang kurang dari mereka hanya kesabaran. Kadang, mereka buru-buru mau menang. Tapi, itu bisa diperbaiki seiring bertambah jam terbang,” ujar Susanto.
Pada babak kelima misalnya, Susanto berjumpa dengan pecatur muda tanpa gelar Dziththauly Ramadhan yang sempat memimpin klasemen sampai babak keempat dengan 4,0 poin. Laga itu berlangsung amat ketat dari awal hingga akhir. Bahkan, laga berlangsung sekitar empat setengah jam, yakni dari sekitar pukul 15.00 sampai pukul 19.30-an. Bagi Susanto, itu menjadi pertandingan terlama dibanding empat laga sebelumnya yang rata-rata berlangsung tiga jam per laga.
Dalam laga itu, Susanto bermain dengan buah putih sedangkan Dziththauly yang masih berusia 19 tahun ini dengan buah hitam. Laga dimulai dengan pembukaan pertahanan ratu India. Dziththauly yang menjadi unggulan ke-19 langsung tampil agresif dengan menantang pion putih c4 dengan pion hitam d5 pada langkah kelima.
Tanpa segan, Susanto memakan pion hitam d5 itu dan dibalas Dziththauly memakan pion putih d5. Setelah itu, kedua pecatur mengatur strategi untuk memperkuat pertahanan. Susanto melakukan rokade pendek di langkah ketujuh dan Dziththauly melakukan rokade pendek di langkah kedelapan.
Pada langkah kesembilan, Dziththauly kembali menantang pion putih d4 dengan pion hitam ke c5. Tak digubris Susanto, dia mengancam pion putih d4 dengan kuda hitam ke c6 di gerakan ke-10. Susanto pun memakan pion hitam c5 dengan pion putih di gerakan ke-11 yang langsung dibalas Dziththauly dengan memakan pion putih c5 dengan pion hitam.
Kemudian, kedua pecatur sama-sama merancang serangan. Pada langkah ke-21, Dziththauly memakan pion putih b3 dengan pion hitam. Susanto tak termakan dengan serangan itu. Dia memilih memakan benteng hitam c8 dengan benteng putih di langkah ke-22 yang dibalas Dziththauly memakan benteng putih c8 dengan benteng hitam.
Pada langkah ke-23, Susanto memakan pion hitam b3 dengan pion putih. Secara keseluruhan, kedua catur masih sama kuat dengan jumlah pion dan perwira yang sama. Namun, Dziththauly jauh lebih berinisiatif untuk menyerang. Adapun Susanto lebih sabar untuk pelan-pelan merangsek menyerang dengan memastikan pertahanan terjaga dengan solid.
Jual beli perwira terjadi dari gerakan ke-27 sampai ke-29. Pada langkah ke-31, Dziththauly coba melakukan pengorbanan gajah hitam ke e4 untuk menukar dengan gajah putih e4. Pada langkah ke-38 dan ke-39, keduanya saling makan menteri.
Pada langkah ke-45, Susanto berinisatif melakukan sekak terhadap raja hitam g8 dengan benteng putih ke b8. Dziththauly membalas sekak terhadap raja putih g3 dengan benteng hitam g1 di gerakan ke-49. Akan tetapi, itu suatu kecerobohan yang membuat Susanto bisa memakan pion hitam d5 di gerakan ke-51 yang membuatnya unggul materi. Pada langkah ke-53, Susanto melancarkan serangan kuda putih dari d4 ke f5 untuk mensekak raja hitam g7. Dia melancarkan serangan lagi dengan kuda putih dari g3 ke f5 untuk menskak raja hitam g7 di gerakan ke-60.
Dziththauly sempat mencoba menyerang dengan mensekak raja putih g3 dengan benteng hitam dari b1 ke g1 di gerakan ke-72. Susanto membalasnya dengan mensekak raja hitam g7 dengan benteng putih dari c6 ke c7 di gerakan ke-74.
Walau telah terdesak, Dziththauly masih sempat mensekak raja putih g3 dengan benteng hitam dari h1 ke g1 di gerakan ke-79. Namun, itu menyebabkan pertahanannya terbuka sehingga Susanto memakan pion hitam f6 dengan benteng putih f5 ke f6 sekaligus mensekak raja hitam h6 di gerakan ke-84. Susanto praktis semakin unggul secara materi.
Melihat celah menang sangat tipis, Dziththauly menyerah di langkah ke-86 dengan waktu berpikir tersisa 2 menit 41 detik dari total 1 jam 30 menit. Sedangkan Susanto masih menyisakan waktu berpikir 7 menit 34 detik.
Hasil itu membuat Susanto kokoh di urutan kedua dengan 5,0 poin. Dia berada di bawah pecatur tanpa gelar Surya Wahyudi di puncak klasemen dengan 5,0 poin tetapi unggul tie break. Sementara itu, Dziththauly melorot ke peringkat kesembilan dengan 4,0 poin.
”Semakin mendekati akhir kejuaraan, pertandingan pasti semakin sulit. Semua lawan tidak bisa diremehkan, termasuk yang masih muda. Sebab, semuanya pasti bermain lebih hati-hati dan menyiapkan laga dengan baik,” jelas Susanto yang berusia 34 tahun ini.
Ketua Komisi Catur Sekolah Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Hendry Jamal mengatakan, dari semua pecatur muda yang ambil bagian, Dziththauly menjadi yang paling menonjol. Sebab, pecatur asal Sidoarjo, Jawa Timur ini tidak pernah masuk pelatnas dan belum pernah juara turnamen bergengsi tingkat nasional maupun internasional.
Dziththauly tiba-tiba muncul ke permukaan saat menjuarai kelas yunior A atau KU19 dalam Kejuaraan Nasional Catur Yunior 2021 di Belitung, Provinsi Bangka-Belitung, 20-26 November kemarin. Kemenangannya sekaligus membawa Jawa Timur keluar sebagai juara umum ajang tersebut.
Aksinya ternyata berlanjut di Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021. Dengan usia masih tergolong yunior dan minim pengalaman, dia bisa memenangi empat laga awal dan sempat memimpin klasemen sebelum takluk dari Susanto dan melorot ke urutan kesembilan ”Untuk pecatur muda, bisa menang empat kali dari empat babak pertama kejuaraan catur klasik terbuka seperti ini sudah sangat luar biasa,” terangnya.
Menurut Hendry, Dziththauly memiliki pemahaman catur yang kelasnya setara FIDE master (FM) ataupun Internasional Master (IM). Dia berkarakter agresif praktis. Tipe permainannya mirip dengan Susanto muda tetapi jauh lebih menggigit. Dirinya berani mengorbankan kualitas untuk mengincar kemenangan.
PB Percasi ingin terus memantau perkembangan Dziththauly. Kalau bisa konsisten dan minimal bisa mengumpulkan 6,0 poin dari sembilan babak kejuaraan ini, dia akan diuji untuk ditarik ke pelatnas dan diberi kesempatan mengikuti kejuaraan internasional, termasuk berpeluang tampil di Asian Games Hangzhou 2022 pada September mendatang.
”Yang dibutuhkan pecatur muda adalah konsistensi. Kalau konsisten, mereka perlu diberi lebih banyak pengalaman berkompetisi di level internasional. Selebihnya, mereka wajib menunjukkan kemauan tinggi untuk meningkatkan ilmu atau pemahaman teori catur dengan waktu belajar yang ditingkatkan. Kalau bisa menjalaninya dengan baik, mereka berpotensi menjadi berlian baru catur Indonesia,” ungkap Hendry.