Kontroversi Ballon d’Or Messi
Rasanya sulit menemukan pemain sepak bola untuk masa-masa mendatang yang dapat mengalahkan rekor capaian Ballon d’Or Lionel Messi.

Pemain Atletico Madrid, Luis Suarez (kanan), memberi selamat kepada penyerang Paris Saint-Germain, Lionel Messi, saat menerima trofi Ballon d’Or 2021. Messi telah meraih tujuh trofi Ballon d’Or.
Penghargaan Ballon d’Or 2021 resmi dianugerahkan kepada Lionel Messi. Kritikan dan kontroversi turut mengiringi penghargaan bergengsi itu kali ini. Terlepas dari itu, sepertinya mustahil menemukan pemain lain yang dapat melampaui bahkan mendekati capaian Messi.
Sejauh ini, Messi menjadi satu-satunya pemain sepak bola di dunia yang berhasil mengoleksi tujuh penghargaan Ballon d’Or. Penghargaan yang diprakarsai oleh France Football, media kenamaan Perancis, pada tahun ini berlangsung di Theatre du Chatelet, Paris, pada Selasa, 30 November 2021. Messi mendapat posisi pertama setelah meraup 613 poin dari hasil pemilihan berbagai jurnalis sepak bola di dunia yang terpilih.
Posisi kedua ditempati oleh Robert Lewandowski dengan 580 poin. Disusul pemain tengah asal Italia, Jorginho dengan 460 poin. Sementara itu, saingan berat Messi dalam capaian Ballon d’Or, Cristiano Ronaldo, menempati posisi keenam di bawah Karim Benzema dan N’Golo Kante.

Pemain PSG, Lionel Messi, saat menerima trofi Ballon d’Or 2021 di Theater du Chatelet, Paris, Selasa (30/11/2021).
Selain penghargaan Ballon d’Or, ada juga penghargaan lainnya yang turut diumumkan. Peraih penghargaan Ballon d’Or sepak bola wanita diraih oleh Alexia Putellas yang kini berseragam FC Barcelona dan tim nasional Spanyol. Robert Lewandowski justru mendapat penghargaan lainnya, yakni Striker of the Year. Untuk tingkat klub, Chelsea dianugerahi Club of the Year setelah merebut trofi Liga Champions pada musim lalu.
Rupanya, penghargaan Ballon d’Or yang diberikan kepada Messi untuk tahun ini mendapat sindiran dari berbagai pihak, terutama para pemain sepak bola lainnya. Mantan kiper Spanyol, Iker Casillas, memberikan komentar melalui akun Twitter miliknya. Ia berujar, makin sulit memercayai penghargaan sepak bola, lagi pula masih ada pemain lain yang lebih menonjol performanya pada musim ini yang lebih layak mendapat penghargaan itu.
Dalam siniar miliknya, Toni Kross turut menyampaikan ketidaksetujuannya atas Ballon d’Or tahun ini. Menurut pemain gelandang asal Jerman itu, Messi dan Ronaldo memang pemain sepak bola yang memiliki kualitas di atas pemain lainnya dalam dekade ini. Namun, rekan setimnya di Real Madrid, Karim Benzema, dinilai lebih layak untuk penghargaan Ballon d’Or 2021.

Tidak hanya para pemain, Juergen Klopp juga mempertanyakan alasan Messi meraih Ballon d’Or tahun ini. Pelatih FC Liverpool ini beranggapan bahwa Lewandowski dan Mohamed Salah diperlakukan tidak adil dalam penilaian.
Baginya, penghargaan sekelas Balon d’Or dapat menjustifikasi pemain sepanjang kariernya di sepak bola dan itu tidak adil ketika hanya Messi yang dihargai. Dengan gaya satirnya, Klopp menyindir bahwa Ballon d’Or hanyalah penilaian subyektif para jurnalis dan merekalah yang patut disalahkan.
Berbeda dengan tanggapan para pemain dan pelatih tersebut, Pep Guardiola justru memberikan pembelaan terhadap mantan anak asuhnya ketika di FC Barcelona. Pep berpendapat bahwa siapa pun tidak dapat mengatakan bahwa Messi tidak layak meraih Ballon d’Or tahun ini. Tampaknya komentar ini wajar karena ketika bersama Pep, Messi memenangkan empat Ballon d’Or selama kurun 2009 hingga 2012.

Sistem pemilihan
Berangkat dari sindiran Klopp dan pihak lain yang tidak menyetujui keputusan Ballon d’Or tahun ini, perlu dipahami sistem dan mekanisme pemilihan Ballon d’Or dari tahun ke tahun. Penghargaan Ballon d’Or (Bola Emas) diinisiasi oleh oleh penulis majalah France Football, Gabriel Hanot, yang meminta rekan-rekannya untuk memilih pemain terbaik di Eropa pada 1956. Kala itu, yang terpilih ialah Stanley Matthews yang bermain di Blackpool FC, Inggris.
Pada awalnya, penghargaan ini dipilih oleh wartawan di Eropa dan hanya boleh memilih pemain sepak bola asal Eropa yang bermain di klub-klub Eropa. Sejak 1995, peraturan tersebut diubah dan memperbolehkan pemain di luar Eropa juga masuk nominasi. Kemudian pada 2010, Ballon d’Or dan penghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA sempat digabungkan. Namun, pada 2016 Ballon d’Or kembali dimiliki sepenuhnya oleh France Football karena kontrak dengan FIFA sudah habis.
Untuk pemilihan tiap tahunnya, tim editorial France Football merilis daftar 30 nama pemain sepak bola yang masuk nominasi. Kemudian, seluruh juri yang terdiri dari para jurnalis sepak bola di dunia yang terpilih diminta untuk memberi urutan. Mereka memilih nama pesepak bola dalam nominasi yang dianggap layak di urutan pertama hingga ketiga.
Kemudian, diadakan proses seleksi juri untuk pemilihan final. Para juri yang terpilih ini kemudian memilih lima pemain teratas dari daftar 30 nama tersebut. Dari sinilah kemudian sistem penilaian poin ditentukan.

Lionel Messi saat menerima penghargaan FIFA Ballon d’Or 2013, 7 Januari 2013.
Namun, para juri itu juga terikat dengan aturan yang harus diikuti, bukan hanya berdasarkan selera atau preferensi favorit individu. Ada beberapa aturan, yakni penampilan individu dan kolektif (bersama tim) sepanjang tahun, kelas pemain (terkait bakat dan sikap fair play), hingga akhirnya penilaian keseluruhan karier pemain.
Sistem penentuan poinnya sebagai berikut. Pemain peringkat teratas dari setiap pilihan jurnalis akan menerima enam poin. Lalu pemain peringkat kedua mendapatkan empat poin dan peringkat tiga mendapat dua poin. Kemudian satu poin untuk peringkat keempat dan kelima.
Jika ada poin yang seri di akhir pemilihan,diadakan pemungutan suara baru untuk memilih pemenang di antara pemain yang seri. Seandainya masih juga terjadi seri, maka keputusan berada di tangan direktur editorial France Football yang juga menyandang jabatan sebagai ketua juri.
Namun, pada 2020 tidak ada penghargaan Ballon d’Or. Selain imbas dari pandemi Covid-19, France Football berasalan bahwa 220 juri yang tersebar di seluruh dunia fokusnya sudah teralihkan. Lagi pula penilaian dirasa telalu sempit waktunya, hanya ada dua bulan waktu normal (Januari dan Februari) dari 11 bulan masa penilaian yang biasa digunakan.

Penghargaan Ballon d’Or memang terkesan begitu subyektif sebab kriteria aspek bakat dan sikap fair play tidak memiliki acuan yang jelas dalam penilaian juri. Bisa jadi, para juri memiliki bias berdasarkan preferensi favorit masing-masing. Ditambah lagi, penilaian pemain sebenarnya terkait dengan kompetisi liga yang berbeda persaingannya satu sama lain.
Di luar kritikan itu, Ballon d’Or tetap memiliki pesonanya. Dari wawancara eksklusif The New York Times, ketua editor France Football, Pascal Ferre, mengaku bahwa tiap tahun dirinya selalu dihubungi oleh berbagai pihak menjelang penghargaan Ballon d’Or. Entah dari presiden klub sepak bola, para agen, berbagai media massa, hingga pemain sepak bola ternama. Sebab, dirinyalah orang pertama yang tahu pemenang Ballon d’Or tiap tahunnya.
Baginya, Ballon d’Or tidak ada hubungannya dengan uang karena itu adalah trofi. Namun, trofi itu memiliki nilai sejarah tidak ternilai bagi pemain yang mendapatkannya. Bayangkan saja, pemain legenda seperti George Best, Franz Beckenbauer, Alfredo di Stefano, dan Johan Cruyff pernah mengangkat trofi itu secara individual di hadapan dunia. Tentunya berbeda dengan trofi kejuaraan yang diangkat bersama klub dan rekan-rekan setim.

Kapten timnas Argentina, Lionel Messi (tengah), mengangkat piala setelah menjuarai Copa America usai mengalahkan Brasil di final dengan skor 1-0 di Stadion Maracana di Rio de Janeiro, Brasil, 10 Juli 2021.
Fenomena Messi
Tahun ini dunia sepak bola memang tidak bisa memalingkan perhatian sejenak dari Messi. Selagi Eropa sedang riuh dengan Piala Eropa di tengah tahun ini, Messi tampil mentereng bersama Argentina dan memenangkan Copa America 2021. Setelah mengangkat trofi di klub nasional untuk pertama kalinya, Messi membuat geger dunia sepak bola.
Kepindahan Messi ke Paris Saint-Germain diiringi kekecewaan dan antusias bagi dua pihak. Kekecewaan menaungi fans Barcelona dan rekan setimnya, sementara antusias dirasakan oleh para fans Paris Saint-Germain dan awak media. Karier Messi selama 17 tahun bersama Barcelona berakhir sudah.
Selagi media massa dan fans menyoroti sepak terjang Messi di klub barunya, kabar penghargaan Ballon d’Or kemarin kembali menyeret nama Messi ke publik. Terlepas dari kontroversi dan kritik untuk Ballon d’Or, patut diakui bahwa Messi menjadi fenomena sepak bola sepanjang tahun ini. Dirinya tidak pernah lepas dari sorotan media dan perhatian penggemar sepak bola.

Pemain Paris Saint-Germain, Lionel Messi (tengah), melewati pemain Manchester City, Raheem Sterling (kanan), pada laga Grup A Liga Champions di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, 25 November 2021. PSG finis di posisi kedua Grup A.
Performa Messi di PSG memang masih dalam tahap adaptasi dan belum terlihat gemilang. Namun, Messi tetaplah fenomena dalam sejarah sepak bola. Dirinya masih menjadi satu-satunya pemain di dunia yang meraih Ballon d’Or sebanyak tujuh kali pada 2009, 2010, 2011, 2012, 2015, 2019, dan 2021. Sementara rival terdekatnya, Cristiano Ronaldo, baru mengoleksi lima Ballon d’Or.
Musim lalu ketika berseragam Barcelona, La Pulga berhasil membawa timnya meraih Copa Del Rey 2020/2021. Di Liga Spanyol, ia meraih Pichichi Trophy (pencetak gol terbanyak di Liga Spanyol) dengan 30 gol dari 36 pertandingan sepanjang musim 2020/2021. Sepanjang karier hidupnya di Barcelona dan PSG hingga November 2021, Messi telah mencetak 676 gol dan 407 asis dari 797 pertandingan yang ia jalani.
Messi memang sebuah fenomena dan keajaiban dalam sepak bola, terutama sepanjang dekade ini. Namun, kini performa Messi mulai menurun dan banyak pemain muda berbakat yang masih menunjukkan potensi serta performa terbaiknya di lapangan. Mungkin saja, tahun depan Messi sudah harus rela melepaskan trofi Ballon d’Or bagi para penerusnya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Barcelona Tanpa Messi, Untung atau Rugi?