Skuad MU menghadirkan malam yang tidak akan terlupakan di ”Teater Impian”. Ronaldo, Fernandes, dan Carrick, mengemas kenangan indah masing-masing dalam kemenangan dramatis, 3-2, atas Arsenal.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Stadion Old Trafford menjadi saksi bisu malam bersejarah Manchester United saat menang dramatis atas sang rival, Arsenal, 3-2, Jumat (3/12/2021) dini hari WIB. Kemenangan di ”Teater Impian” itu begitu sempurna karena diiringi pencapaian pribadi dua ikon klub, Cristiano Ronaldo dan Bruno Fernandes, serta perpisahan manis bersama sang manajer interim, Michael Carrick.
Setelah melewati tiga pertandingan, Carrick memimpin klub untuk terakhir kalinya dalam laga klasik tersebut. Ia akan digantikan oleh Ralf Rangnick. Mantan gelandang MU itu menghadiahkan perpisahan spesial lewat kemenangan atas Arsenal yang merupakan pertama kali terjadi dalam enam pertemuan terakhir sejak Januari 2019.
Hadiah istimewa darinya disambut dengan tepukan tangan dan sorakan oleh puluhan ribu pendukung MU di tribune Old Trafford, termasuk oleh Rangnick yang turut hadir. ”Saya mengatakan kepada para pemain untuk bermain dengan emosi dan tanggung jawab untuk memicu mereka,” ucap Carrick yang tidak terkalahkan dalam tiga laga sebagai manajer, yaitu dua kali menang dan sekali imbang.
Carrick sekaligus mengumumkan akan pergi dari klub. Dia tidak akan kembali ke kursi asisten manajer, seperti pada era Ole Gunnar Solskjaer dan Jose Mourinho. ”Saya sudah 15 tahun lebih di sini. Ini adalah keputusan sulit, tetapi rasanya ini menjadi waktu yang sempurna untuk pergi,” tambahnya.
Pesta perpisahan Carrick juga sekaligus menjadi panggung untuk Ronaldo dan Fernandes yang menyumbang seluruh gol tuan rumah. Ronaldo mencetak sepasang gol pada babak kedua, sementara Fernandes menghasilkan satu gol penyeimbang pada pengujung babak pertama.
Ronaldo, yang sempat dicadangkan di laga sebelumnya, tidak hanya berperan sebagai pahlawan kemenangan. Dia juga mencatatkan malam bersejarah untuk dirinya sendiri. Gol pertamanya, yang berawal dari umpan silang Marcus Rashford, merupakan yang ke-800 kali sepanjang kariernya, baik di klub maupun tim nasional.
Gaya bermain ini mendekati dengan filosofi Rangnick yang terkenal dengan sistem ”gegenpressing”.
Saat bersamaan, Fernandes juga memberikan kenangan manis dalam laganya yang ke-100 berseragam MU. Gol sang gelandang serang jelang turun minum membuat ”Setan Merah” kembali percaya diri. Tuan rumah pun bisa tampil lebih nyaman seusai jeda.
”Selamat kepada semua rekan saya. Spirit yang hebat malam ini! Pikiran kami selalu siap untuk laga selanjutnya. Tidak ada waktu untuk selebrasi. Kemenangan hari ini sangat penting untuk kembali ke jalur yang tepat. Namun, jalan masih panjang untuk mencapai tujuan kami,” tulis Ronaldo di akun Instagram miliknya.
Formasi berbeda
MU memainkan formasi berbeda dibandingkan saat melawan Chelsea. Carrick mengganti formasi 4-3-1-2 menjadi 4-2-3-1. Sang manajer menurunkan Ronaldo sebagai ujung tombak dengan disokong trio Rashford, Fernandes, dan Jadon Sancho.
Walaupun tampil dengan formasi menyerang, MU justru tertinggal lebih dulu dari tim tamu. Arsenal unggul cepat lewat gol kontroversial gelandang muda Emile Smith Rowe yang memanfaatkan cederanya kiper tuan rumah, David De Gea.
Rowe menendang bola secepat mungkin saat De Gea sedang tergeletak cedera. Wasit Martin Atkinson tidak sempat meniup peluit untuk menghentikan pertandingan karena kejadian berlangsung sangat kilat. Gol itu pun diresmikan setelah pemeriksaan oleh asisten wasit peninjau video (VAR). De Gea ternyata kesakitan akibat kontak fisik dengan rekannya sendiri, Fred.
Setelah unggul, ”Si Meriam” langsung bertahan lebih dalam. Manajer Arsenal Mikel Arteta meminta timnya untuk lebih menekan agresif ketika kehilangan bola. Namun, mereka tidak berkutik karena terus dikepung para pemain MU.
Gaya agresif
Di titik ini, Ronaldo dan rekan-rekan terlihat berbeda dibandingkan dengan mayoritas laga musim ini, terutama dalam kepemimpinan Solskjaer. Mereka memainkan gaya menekan agresif hingga pertahanan lawan saat kehilangan bola. Ada enam pemain yang menekan di setengah lapangan lawan.
Gaya bermain ini mendekati dengan filosofi Rangnick yang terkenal dengan sistem ”gegenpressing”. Carrick mengatakan, dia memang meminta pendapat Rangnick sebelum laga ini. Sedikit masukan tersebut dipakainya dalam laga ini. Arsenal pun kewalahan menahan gempuran bertubi-tubi tersebut hingga akhirnya kebobolan gol.
Ketika Anda kemasukan tiga gol di Old Trafford, sangat sulit untuk berharap membawa pulang sesuatu. Ini menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi. (Mikel Arteta)
Arsenal kembali punya harapan membawa pulang poin pada babak kedua. Dua menit setelah gol Ronaldo, mereka menyeimbangkan kedudukan lewat sepakan terukur Martin Odegaard di dalam kotak penalti. Gol tersebut membangunkan moral ”Si Meriam”. Mereka bermain lebih tenang dan mulai menguasai pertandingan.
Namun, Odegaard justru menjadi biang kekalahan tim tamu. Sang gelandang, Norweigia, menjatuhkan Fred di kotak penalti. Tendangan dari titik putih itu dieksekusi sempurna oleh Ronaldo.
”Saya kecewa. Kami tidak mendapatkan apa pun dari laga ini. Ketika Anda kemasukan tiga gol di Old Trafford, sangat sulit untuk berharap membawa pulang sesuatu. Ini menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi,” ucap Arteta. (AP/REUTERS)